Sunday, March 22, 2009

Elegi Menggapai Belajar dan Mengajar

Oleh Marsigit

Guru:
Wahai murid1, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?

Murid1:
Aku menginginkan pelajaranmu itu menyenangkan. Aku juga menginginkan agar pelajaranmu itu dapat memberi semangat kepadaku. Aku juga ingin teman-temanku semua menyenangi pelajaran mu itu. Aku juga ingin pelajaranmu itu bermanfaat bagiku. Aku juga ingin bahwa pelajaranmu itu ada yang mudah, ada yang sedang dan kalau bisa jangan terlalu sukar. Dalam mengikuti pelajaranmu, aku harap engkau juga menghargai pengetahuan lamaku. Aku ingin juga bahwa pelajaranmu juga mempunyai nilai-nilai etik, estetika dan nilai religius. Aku mohon agar aku diberi kesempatan untuk berdoa sebelum pelajaranmu dimulai. Aku ingin agar persoalanku sehari-hari dapat digunakan dalam belajar. Ketahuilah wahai guruku bahwa rasa senang itu juga milikku, walaupun engkau juga berhak mempunyai rasa senang. Tetapi menurutku, rasa senang itu tidaklah engkau berikan kepadaku, melainkan harus muncul dari dalam diriku sendiri. Oleh karena itu maka janganlah selalu engkau merasa dapat memberikan rasa senang atau motivasi kepadaku. Tetapi aku harap agar pelajaranmu itu engkau persiapakn sebaik-baiknya agar aku dapat melakukan berbagai aktivitas. Aku juga memohon agar engkau bersikap adil, tidak pilih kasih. Menurutku, belajar itu adalah hak dari setiap murid-muridmu ini. Maka janganlah engkau hanya berbicara kepada seseorang saja, tetapi juga berbicara dengan yang lainnya. Aku juga memohon agar engkau tidak bersikap otoriter. Tetapi aku mohon agar engkau dapat bersikap demokratis. Oleh karena itu, aku mohon agar engkau jangan terlalu banyak bicara apalagi terkesan mengguruiku atau teman-temanku ini. Karena jika engkau terlalu banyak bercerita dan mengguruiku maka sebenar-benar diriku merasa tersinggung. Aku juga mohon agar engkau tidak hanya bercerita, tetapi hendaknya memberikanku kesempatan untuk beraktivitas. Aku ingin agar engkau guruku, dapat membuat atau menyiapkan LKS agar aku bisa berlatih di situ, sekaligus aku akan mempunyai catatan dan informasi-informasi. Aku mohon juga agar engkau jangan menilai aku hanya dari test saja, tetapi tolonglah agar penilaianmu terhadap diriku itu bersifat komprehensif, lengkap meliputi proses kegiatanku dan juga hasil-hasilku. Aku juga menginginkan dapat menampilkan karya-karyaku. Wahai guruku, ketahuilah bahwa aku juga ingin menunjukkan kepada teman-temanku bahwa aku juga dapat menarik kesimpulan dari tugas-tugasmu. Ketahuilah wahai guruku bahwa kesimpulan-kesimpulan dari tugas-tugasmu itu sebenarnya adalah milikku. Aku juga mohon agar engkau menggunakan berbagai variasi metode mengajar, variasi penilaian, variasi pemanfaatan sumber belajar. Aku juga menginginkan agar engkau mampu menggunakan teknologi canggih seperti website dalam pembelajaranmu. Aku juga menginginkan agar engkau dapat menasehatiku bagaiman bersikap dan berperilaku sebagai siswamu agar aku dapat meraih cita-citaku. Aku ingin engkau menunjukkiku di mana sumber-sumber belajar yang baik. Aku juga akan merasa bangga jika engkau sebagai guruku mampu membuat modulmodul pembelajaran, apalagi jika engkau dapat pula membuat buku-buku teks pelajaran untukku. Aku juga menginginkan engkau dapat memberi kesempatan kepadaku untuk memperoleh keterampilanku. Aku ingin agar ilmuku bermanfaat tidak hanya untuk diriku tetapi juga untuk orang lain. Syukur-syukur jika engkau dapat membimbingku agar aku memperoleh prestasi secara nasional atau internasional. Aku juga menginginkan masih tetap bisa berkonsultasi dengan mu di luar jam pelajaran.


Guru:
Wahai murid2, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?

Murid2:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah wahai guruku, bahwa diriku itu adalah diriku. Tiadalah seseorang di muka bumi ini selain diriku sama dengan diriku. Oleh karena itu dalam pelajaranmu nanti aku berharap agar engkau dapat mengenalku dan mengerti siapa diriku. Tetapi aku juga mengetahui bahwa diriku yang lain juga saling berbeda satu dengan yang lain. Maka sesungguh-sungguhnya dirimu sebagai guru akan menghadapi murid-muridmu sebanyak empat puluh ini, juga sebanyak empat puluh macam yang berbeda-beda. Oleh karena itu aku memohon agar engkau jangan menggunakan metode tunggal dalam mengajarmu. Menurutku, untuk melayani sebanyak empat puluh siswa-siswa yang berbeda-beda ini, maka tidaklah bisa kalau engkau hanya menggunakan metode mengajar tradisional. Ketahuilah wahai guruku, menurut bacaanku metode tradisional adalah metode ceramah. Di dalam metode tradisional, biasanya guru setelah menerangkan, guru kemudian membuat contoh, setelah itu kemudian guru memberi tugas, setelah itu kemudian guru memberi PR. Hal demikian diulang-ulang sepanjang mengajarnya. Menurut bacaanku, maka untuk dapat melayani diriku yuang beraneka ragam ini, engkau perlu mengembangkan RPP yang flesibel, perlu membuat LKS dan yang penting lagi adalah engkau sebagai guruku harus percaya bahwa aku mampu belajar. Mungkin engkau perlu membuat bermacam-macam LKS sesuai dengan banyaknya persoalan atau banyaknya kelompok belajar. Itulah yang aku ketahui bahwa engkau harus lebih berpihak kepada kami. Keberpihakan engkau kepada kami itulah yang disebut sebagai student center. Maka jikalau engkau mempunyai alat peraga, maka biarkan aku dapat menggunakannya dan jangan hanya engkau taruh di depan saja.

Guru:
Wahai murid3, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?

Murid3:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1 dan murid2. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah bahwa disamping sebagai makhluk individu saya juga sebagai makhluk sosial. Aku tidak dapat hidup menyendiri. Aku belajar dari teman-temanku. Aka sangat menikmati pergaulanku. Aku bahkan dapat belajar lebih efektif jika belajar bersama-sama dengan teman-temanku. Oleh karena itu wahai guruku, maka dalam pelajaranmu nanti berikan kami kesempatan untk belajar bersama-sama. Terserahlah engkau, apakah aku akan belajar berpasang-pasangan berdua-berdua, atau akan belajar dalam kelompok belajar. Terserang engkau pula bagaimana dan dengan siapa aku bekerja dan diskusi dalam kelompok. Oleh karena itu aku memohon agar metode mengajarmu dapat memberikan aku dapat belajar dalam kelompok. Aku juga mohon agar engkau membuat LKS. Menurut bacaanku ternyata belajar kelompok itu sangat banyak variasinya. Ada jigsaw, ada STAD. Maka aku selalau bersemangat jika guruku menggunakan metode kooperatif learning. Aku juga mohon agar engkau memberikan kesempatan kepada diriku untuk membangun konsepku dan pengertianku sendiri. Ketahuilah wahai guruku, bahwa temuanku itu sebenar-benarnya akan bersifat lebih awet dan langgeng dari pada hal demikian hanya sekedar pemberianmu. Oleh karena itu aku selalu bersemangat jika engkau menggunakan pendekatan konstructivis.

Guru:
Wahai murid4, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?

Murid4:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1 dan murid2 dan murid3. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah wahai guruku. Aku adalah muridmu yang hidup di masyarakat. Aku berasal dari keluargaku. Aku mempunyai pengalaman dengan lingkunganku. Aku mempunyai pengalaman pergi jauh. Sebenar-benar ilmu bagiku adalah jika hal tersebut sesuai dengan pengalamanku. Aku juga menyadari bahwa teman-temanku yang lain juga mempunyai latar belakang dan pengalamannya masing-masing. Kita bahkan menggunakan bahasa daerah kita masing-masing. Maka aku memohon kepadamu wahai guruku, janganlah aku engkau berikan ilmu yang sangat asing bagi kami. Aku mohon engkau menggunakan langkah-langkah secara bertahap sesuai dengan pengalaman hidup kita masing-masing. Syukur kalau aku dapat mempelajari ilmumu menggunakan pengalamanku. Oleh karena itu aku sangat gembira jikalau engkau dapat menggunakan pendekatan contekstual dalam mengajarnya. Aku akan menggunakan pengalaman belanja di Mall, bepergian dengan Kereta API, Naik Pesawat, naik Kapal laut dsb. Temanku yang berasal dari desa juga ingin menggunakan pengalamannya bercocok tanam untuk bisa mempelajari ilmu-ilmumu.

Guru:
Wahai murid-muridku. Aku merasa terharu mendengar semua permintaanmu itu. Setelah mendengar semua permintaanmu, aku menjadi merasa ingin bertanya kembali kepada dosenku.

Guru:
Wahai dosen1, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu?

Dosen1:
Sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh murid-muridmu adalah obyek dan metodenya. Obyek ilmunya adalah pengertian, kesepakatan, lambang-lambang, aksioma, dalil, bukti, sifat-sifat, ruang lingkup, kasus-kasus, contoh-contoh dan penerapannya. Sedangkan metodenya adalah langsung, tidak langsung, pengamatan, berpikir kritis, pengumpulan data, analisis, deduksi, induksi, mengurutkan, membedakan, mengelompokkan, mengenal pola, mengenal hubungan, tesis, antitesis, hipotesis, dan sintesis.

Guru:
Wahai dosen2, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu

Dosen2:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah untuk memecahkan persoalan-persoalan. Maka kembangkanlah kemampuan memecahkan masalah sehari-hari bagi murid-muridmu itu. Agar memahami bagaimana dapat memecahkan masalah maka berilah kesempatan mereka mengenali dan mempelajari sifat-sifat ilmu-ilmu dan obyek-obyek. Kenalkanlah beberapa prosedur pemacahan masalah. Berikan contoh. Kembangkan contoh. Beri kesempatan menemukan masalah. Beri kesempatan membuat model pemecahan masalah.

Guru:
Wahai dosen3, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.

Dosen3:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1dan dosen2. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah menuju kegiatan penelitian. Maka tiadalah ada gunanya jika mereka tidak diberi kesempatan untuk mengadakan penelitian. Hendaknya engkau memahami bahwa penelitian yang dimaksud adalah dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Esensi kegiatan penelitian adalah rasa ingin tahu atau curiosity. Maka dalam pelajaranmu itu berikan kesempatan pada murid-muridmu agar mereka selalu mempunyai rasa ingin tahu, kenalkan berbagai macam metode menyelidiki sesuatu, hingga ke kegiatan penelitian sederhana.

Guru:
Wahai dosen4, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.

Dosen4:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1, dosen2 dan dosen3. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah komunikasi. Tiadalah suatu ilmu yang tidak dapat dikomunikasikan. Ilmu adalah komunikasi. Oleh karena itu dalam pelajaranmu, berikenlah kesempatan siswa-siswamu untki berkomunikasi satu dengan yang lain. Komunikasi juga dapat dilakukan antar guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dan guru. Berikan pula agar mereka mampu mengkomunikasikan temuan-temuan belajarnya. Berilah pula pengalaman untuk membuat arsip-arsip agar lebih mampu melakukan komunikasi.


Guru:
Wahai dosen5, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.


Dosen4:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1, dosen2 , dosen3 dan dosen4. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah doa, niat, semangat dan motivasi. Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga sikap, perilaku, perbuatan, etika dan estetikanya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga pengetahuannya, bacaannya, dan referensinya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga keterampilannya dan kemampuan menerapkannya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga pengalaman-pengalamannya.

Guru:
Terimakasih murid-muridku. Terimakasih dosen-dosenku. Doakanlah sebentar lagi aku akan mempunyai tugas mengajar di kelas. Semoga sukses. Amien.

15 comments:

hardiyanto_pmatnrc said...

Terima kasih kepada Bpk yang telah menulis elegi ini karena dengan membaca elegi ini saya jadi tahu apa yang diinginkan oleh murid, apa yang dibutuhkan oleh murid, apa yang harus diberikan guru kepada muridnya, kompetensi apa yang harus dimiliki seorang guru, bagaimana menghadapi murid sebagai individu yang semuanya memiliki keunikan masing-masing, bagaimana menghadapi murid sebagai mahluk sosial, bagaimana seorang guru harus bersikap kepada muridnya, bagaimana mengajar yang baik dengan metode yang bervariasi, dll. Tak lama lagi saya pun akan mempunyai tugas mengajar di kelas. Insya Allah, saya akan berusaha memenuhi semua permintaan murid1, murid2, murid3, dan murid4. Untuk itu, saya mohon doa dari Bpk, semoga kelak saya bisa menjadi seorang guru yang baik dan membaikkan bagi murid-murid saya. Amien.
Sekali lagi, terima kasih Pak!!!

Anonymous said...

sesuatu yang saya sadariu saat ini adalah betapa jauhnya saya dari apa yang seharusnya disebut sebagai guru bagi para siswa, keberagaman individu.. karakter masing masing dan cara belajar masing masing siswa menjadikan saya serasa harus berjuang keras.. karena harus berubah dari seorang siswa menjadi guru sekaligus siswa bagi diri saya pribadi khususnya.. terima kasih pak marsigit..

Kawit Sayoto (06301241053)

dewiervianita_philosphy said...

Setelah saya membaca Elegi Menggapai Belajar Mengajar dari apa yang telah disampaikan Bapak Marsigit,saya menemukan dalam proses belajar mengajar murid harus menyesuaikan diri dengan metode pengajar(guru) karena tidak mungkin seorang guru harus menyesuaikan diri untuk berubah demi murid permurid dalam kelas tetapi bagaimana agar semua murid dapat memahami apa yang disamapaikan guru begitu juga guru mampu membawa diri agar dapat menciptakan lingkungan belajar mengajar yang kondusif dan hasil optimal.

Dewi Ervianita
Kls:P.mat R 06
07301244045

Arifin P Mat R 06 said...

Setelah membaca elegi ini, saya jadi tersadar dengan kekurangan saya untuk dikatakan sebagai seorang guru yang baik. Selama ini saya hanya bisa mengoreksi kekurangan pengajaran setiap guru dan tidak memposisikan saya pada posisi mereka. Saya menjadi tersadar bahwa tak lama lagi saya akan menjadi seperti mereka, brubah dari siswa menjadi guru. Terima kasih pak marsigit, terima kasih untuk semuanya.
Saya mau bertanya, bagaimana cara untuk menjadi guru yang baik dengan kekurangan saya yang susah dalam berbahasa, susah dalam menyampaikan pendapat di muka umum, bahkan susah untuk berkomunikasi dengan orang lain. selama ini kertas yang saya andalkan...Makasih pak

Dr. Marsigit, M.A said...

Dewi Ervianita
Jika guru dalam tanda petik memaksakan metodenya, atau kehendaknya, itulah sebenar-benar godaan bagi sang penguasa. Guru adalah berkuasa atas siswanya, maka godaan yang paling kuat adalah menggunakan kekuasaan itu. Itulah cerita sejak jaman kuno bagaimana nikmatnya menggunakan kekuasaan, yang selalu didambakan oleh orang-orang. Tetapi di sini paradigmanya sudah bergeser. Paradigmanya sudah menyadari bahwa siswa itu ibarat benih yang memerlukan perkembangan dan pertumbuhan. Maka peran guru sudah bergeser dari serba menentukan berubah menjadi sebagai fasilitator. Itulah sebenar-benar dimensi. Agar engkau memahaminya maka tingkatkan dimensi anda dengan cara baca-baca-baca dan baca.

Dr. Marsigit, M.A said...

Masih untuk Dewi Ervianita, bacalah juga Elegi-elegi yang lain. Juga bacalah Elegi Seorang Guru Menggapai batas. Semua Elegi yang aku tulis itulah sebenar-benar jika engkau mampu memahaminya, insyaallah akan meningkatkan dimensimu. Engkau juga perlu membaca Elegi menggapai Merdeka. Betapa menangis dan menjeritlah bagi murid-muridmu yang menjadi OBYEK mu, sementara engkau sebagai SUBYEK nya berbuat semena-mena. Renungkanlah. Jangan lupa tanyakan di kelas kuliah.

Achira said...

Pak bagaimana caranya agar dalam mengajar kita tidak dihantui waktu, di bebani dengan nilai siswa yang kurang memuaskan......apalagi ketika kita sulit menentukan arah kemana maunya siswa karena ternyata kita menghadapi siswa yang beraneka ragam.... sehingga terkadang muncul suatu otoriteritas kita sebagi guru... apakah itu di bolehkan???

haris fadilah said...

Guru harus dapat mengerti karakter siswanya,karakter siswa tentunya berbeda-beda.Disini keprofesional guru benar-benar diuji.Bagaimana mengajarkan suatu materi yang sulit sehingga menjadi mudah dan menyenangkan bagi siswa?
Bagaimana guru memberi motivasi dan bimbingan pada siswanya sehingga para siswa dapat lebih semangat dalam belajarnya.
Bagaimana seorang guru menyelipkan pesan-pesan moral dan kereligiusannya kepada siswa sehingga di samping ilmu,mereka dapat membentuk sifat-sifat yang baik.
Guru harus bertanya,mencoba hal yang baru dan mencari tahu agar metode pembelajarannya dapat lebih dimengerti oleh siswa.
Guru dapat di analogikan dengan seorang programmer computer yang harus mampu membuat bermacam-macam program-program yang dapat dijalankan oleh jenis-jenis computer yang berbeda.Disini dapat dikatakan siswalah si computer itu

Marsigit said...

Haris, aku menghargai kesadaranmu. Tetapi aku sungguh sangat mengkhawatirkan dirimu. Mengapa? Karena ungkapan-ungkapan dirimu masih bernuansa memperlakukan muridmu sebagao obyak tak berdaya. Aku tidak sependapat dengan pengandaian guru seperti komputer. Guru adalah seorang yang bernurani. Sikap, kata, dan perbuatannya adalah doa-doanya. Bahwa guru mempunyai berbagai macam kemampuan itu benar adanya, tetap hendaklah jangan parsial. Maka bacalah semua elgi dengan ikhlas agar engkau mampu meningkatkan dimensimu.

Marsigit said...

Fithria Aisyah, pikiran manusia itu kontradiktif. Hidup itu juga kontradiktif. Dilema adalah salah satu bentuk kontradiktif. Maka hidup itu adalah dilema. Maka pendidikan itu adalah dilema. Maka hidup itu adalah pilihan. Maka agar engkau mampu memilih dan menentukan sikapmu, tentukanlah dalam setiap gerak langkahmu itu hatimu sebagai komandanmu. Maka bacalah elegi-elegi yang lainnya pula secara ikhlas agar engkau dapat meningkatkan dimensimu.

haris fadilah said...

sebelumnya saya minya maaf pak saya cuma meluruskan sedikit.Saya berkomentar mengenai murid yang saya analogikan sebagai komputer dan programernya adalah sang guru.Bukan saya menyamakan guru sebagai komputer.Itu pendapat dari saya yang terbatas karena masih rendahnya dimensi saya.Saya cuma berusaha untuk belajar dari alegi yang saya baca.Terimakasih

Dr. Marsigit, M.A said...

Haris, aku setuju kalau komputer diibaratkan mempunyai fungsi seperti manusia. Tetapi seperti tidak berarti sama. Tetapi pengandaian tidak berlaku sebaliknya. Misal, saya tidak setuju jika murid diibaratkan sebagai komputer.

Dr. Marsigit, M.A said...

Kawit Sayoto, perubahan perlu dilakukan secara alami. Tetapi bahwa manusia bisa bekerja keras itu juga alami.

Luthfiana Fatmawati said...

Setelah membaca elegi ini, saya merasa bahwa begitu banyak dan beraneka ragam cara pembelajaran yang dapat dilakukan. Selain agar siswa tidak bosan, ternyata tidak semua siswa faham dengan metode yang kita gunakan. Menurut pengalaman dan cerita dari beberapa siswa saya, mereka merasakan bahwa guru yang menyampaikan materi dengan metode ceramah sekalipun (keterangan dan konsep langsung diberikan oleh guru kepada siswa) tidak selalu mampu diterima oleh siswa.

Luthfiana Fatmawati
06301241028
Pend. Matematika Reg 2006

Sutarto (09709251030) PMB said...

Saya setuju dengan apa permintaan murid dan jawaban dosen karna permintaan dan jawaban itu akan membuat proses belajar mengajar dikelas berjalan dengan efektif.
Pada saat saya mudik kemarin ada tugas observasi kegiatan belajar dan mengajar guru matematika disekolah dan pada saat itu saya sedikit bertanya pada ibu guru itu salah satu jawabannya “ tidak cocok metode-metode itu dipakai dikelas ini murid-muridnya nakal dan pernah dipakai metode kooperatif pada saat buat kelompok aja siswa-siswanya ribut dan main-main jadi mulai saat itu saya pakai aja metode lama”

Mohon komentarnya pak?