Oleh: Marsigit
Matematika1:
Aku adalah matematika. Matematika ya matematika. Aku bukanlah ilmu alam. Tetapi sebetul-betulnya aku adalah ilmu tentang bicara. Guruku adalah Thales.
Matematika2:
Au adalah matematika. Jika aku geometri maka aku bukanlah bilangan. ku ada di dalam pikiranmu. Sesungguhnya sifatku itu abstrak. Yang konkrit itu hanyalah contohku. Aku telah ada secara lengkap dalam pikiranmu. Jika engkau tidak bisa menemukanku, itu hanyalah kekurang pahamanmu. Guruku adalah Plato.
Matematika3:
Aku adalah matematika. Aku adalah ilmu yang koheren. Bilanganku dapat mengatur alam. Tetapi sulit dibedakan atara aku dengan ilmu alam. Tetapi hidupku memang memerlukan bukti. Bagiku ruang adalah diskret. Dalil Pythagoras adalah diriku yang paling terkenal. Bisa saja orang-orang mengagumiku. Tetapi dalam diriku terdapat incommensurability. Guruku adalah Pythagoras.
Matematika4:
Aku adalah logika pertama. Aku tersusun atas proposisi-proposisi. Jiwaku adalah silogisma. Di dalam diriku terdapat infinite regress. Aku bersifat apodiktic. Postulat dan aksioma adalah landasanku. Guruku adalah Aistoteles.
Matematika5:
Aku adalah matematika. Aku bersifat aksiomatik. Yang utama dari diriku adalah geometri. Metodeku adalah deduksi. Postulat ke 5 adalah yang paling terkenal. Guruku adalah Euclides.
Matematika6:
Aku adalah matematika. Aku bersifat empiris. Aku adalah persoalan konkrit sehar-hari. Bagiku logika tidak meberikan informasi apapun. Guruku adalah Bacon, Locke, Berkely dan Hume.
Matematika7:
Aku adalah matematika. Diriku yang utama adalah geometri. Aku berada di dalam pikiranmu. Aku beranat dari keragu-raguanmu. Aku bersifat deduktif. Guruku adalag Rene Descartes.
Matematika8:
Aku adalah matematika. Aku bersifat sintetik a priori. Aku berada dalam intuisimu. Ituisimu adalah ruang dan waktumu. Keputusanmu adalah diriku yang tertinggi. Guruku adalah Immanuel Kant.
Matematika9:
Aku adalah matematika. Sebenarnya diriku adalah logika. Logika itulah matematika. Kalkulus pernyataan adalah contohku. Guruku adalah Leibniz, Frege dan Russell.
Matematika10:
Aku adalah matematika. Intuisimu adalah metodeku. Aku lebih mementingkan membangun dari sekedar diberikan. Guruku adalah Brouwer.
Matematika11:
Aku adalah matematika. Aku adalah pengamatanmu. Maka aku adalah kekeliruanmu. Guruku adalah Lakatos.
Matematika12:
Aku adalah matematika. Aku lebih mementingkan sistem. Aku adalah konsistensimu. Aku bersifat rigor. Sistemku benar-benar tunggal. Aku memerlukan dasar yang kokoh. Konsistensi adalah nyawaku. Orang biasa menyebut diriku sebagai formalisme. Guruku adalah Hilbert.
Matematika13:
Aku adalah matematika. Tetapi wujudku adalah bahasa. Walaupun aku itu empiris. tetapi aku tetap logika. Guruku adalah Wittgenstein.
Matematika14:
Aku adalah matematika. Matematika ya matematika. Aku tidak dipengaruhi oleh benda-benda kongkrit.
Kebenaranku terbebas dari nilai-nilai. Orang sering menyebut diriku sebagai absolutisme.
Matematika15:
Aku adalah matematika. Jika aku lengkap maka aku tidaklah konsisten. Tetapi jika aku konsisten, maka aku tidaklah lengkap. Guruku adalag Godel.
Matematika16:
Aku adalah matematika. Konstructivis adalah jiwaku. Guruku adalah Aristoteles, Piaget, dan Paul Ernest
Matematika17:
Aku adalah matematika. Diriku yang utama adalah pola-pola dan relasi. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika18:
Aku adalah matematika. Diriku tiada lain adalah komunikasi. Tiadalah diriku yang tidak dapat dikomunikasikan. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika19:
Aku adalah matematika. Diriku adalah investigasi. Kegiatan penelitian itu adalah diriku. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika20:
Aku adalah matematika. Diriku bisa obyektif dan bisa subyektif. Diriku obyektif jika berada di luar dirimu. Diriku subyektif jika berada di dalam dirimu. Diperlukan pergaulan agar engkau mengetahui aku yang subyektif dan obyektif. Guruku adalah Paul Ernest.
Matematika21:
Aku adalah matematika. Bidangku tidaklah datar. Bidangku adalah kurva-kurva lengkung. Jumlah besar sudut pada segitigaku tidaklah sama dengan seratus delapan puluh derajat. Guruku bukanlah Euclides. Guruku adalah Lobachevski
Tunggal:
Aku adalah matematika. Aku bersifat tunggal. Landasanku bersifat kokoh. tetapi kebanyakan orang meyebut aku sebagai mitos.
Universal:
Aku adalah matematika. Aku bersifat universal. Tetapi kebanyakan orang juga mengatakan bahwa aku adalah mitos.
Pasti:
Aku adalah matematika. Aku menjamin kepastianku. Tetapi dengan demikian, aku juga dikatkan sebagai mitos.
Obyektif:
Aku adalah matematika. Aku menjamin obyektivitas. Tetapi dengan demikian, aku juga dikatkan sebagai mitos.
Friday, March 20, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
7 comments:
Aku..
Aku adalah matematika. Matematika bisa berarti banyak, tergantung siapa guruku...
Tunggal, Universal, Pasti, Obyektif juga matematika. Tetapi kebanyakan orang menyebutku dengan mitos...
Kenapa sih aku tidak bisa seperti matematika yang lain, misal seperti matematika1, matematika2,matematika3,...sampe matematika(n+1)...sampai matematika ke-n mungkin??
Kenapa juga kebanyakan orang itu menyebutku dengan mitos...
Bukankah, sebenar-benarnya mitos itu adalah musuh dari filsafat??
Wah,,,ini tidak adil. Aku harus tuntut keadilan.Mereka dan aku toh sama-sama "Matematika" tetapi kenapa aku mempunyai nasib yang berbeda dengan mereka??Senyatanya aku ingin merdeka.Bukankah hal terbesar dalam hidup adalah "Kemerdekaan dan Kebebasan"...?
Mohon jawabannya Pak...
Terimakasih.
_Kesi Rusdiana Dewanti_
05301244102
Kesi Rusdiana Dewanti
Selamat atas pertanyaanmu. Karena pertanyaanmu menunjukkan ilmumu. Ketahuilah bahwa segala ilmu itu dimulai dari bertanya. Ketahuilah juga bahwa pertanyaanmu dan pertanyaanku itu sebenar-benar akan dapat mengenal mitos-mitos. Itulah kekuatan refleksi sebuah kegiatan berpikir kritis. Bagi orang-orang biasa maka Tunggalnya matematika, Universalnya matematika, Pastinya matematika, dan Obyektifnya matematika, sebagai suatu yang final. tetapi dengan filsafat engkau masih mempertanyaakan benarkan matematika itu tunggal, universal, pasti dan obyektif. Setidaknya Kurt Godel telah membuktikan bahwa jika matematika tunggal maka matematika tidak konsisten, dan jika matematika konsisten maka matematika tidak tunggal. Itulah mitos pertama yang telah ditemukan oleh seorang Godel. Sedangkan untuk yang lainnya aku sengaja tinggalkan agar engkau dan teman-temanmu senantiasa berpikir kritis. Berpikir kritis itulah sebenar-benar ilmumu. Sekali lagi selamat juga, karena engkau yang pertama berani mengajukan hal yang demikian. Saya menunggu komentar dari yang lainnya.
Matematika1 mengatakan ”Aku adalah matematika”. Matematika2 pun mengatkan ”Aku adalah matematika”. Matematika3, Matematika4, Matematika5 sampai Matematika21, Tunggal, Universal, Pasti, dan Obyektif juga mengatakan hal yang sama bahwa ”Aku adalah Matematika”.
Pertanyaan saya: ”Apakah Matematika adalah Aku, yaitu Matematika1 atau Matematika2 atau Matematika3 atau Matematika4 dst... ataukah Matematika21 ???”
Dari matematika 1,matematika 2,….,matematika 21 selalu menyebut :aku adalah matematika sebenarnya siapa mereka?” selain itu yang bersifat tunggal, universal, pasti dan obyektif juga sama menyebutkan “aku adalah matematika “ sebenarnya siapakah aku apakah aku adalah matematika atau tunggal, universal, pasti dan obyektif? Selain itu ada juga yang menyebutkan aku adalah mitos! Jadi apa bedanya antara matematika 1, matematika 2,…,matematika 21 dan tunggal, universal, pasti dan obyektif yang terkandung dalam peryataan tadi apakah sama atau saling berkesinambungan jadi harus dijaga apakah siapakah diri kita?
Fithria Aisyah R, itulah sebenar-benar dimensi. Meningkatnya dimensimu akan menambah pemahamanmu terhadap hakekat matematika. Maka baca dan bacalah.
apakah sebenarnya matematika,apakah hanya berisi angka-angka,rumus-rumus,variabel dan simbol2?
apakah yang terkandung di dalam nya?
apakah ada pelajaran tentang kehidupan di dalam setiap pembahasan matematika?
ataukah matematika hanya salah satu cabang ilmu yang penuh dengan menghitung,menghitung,menghitung lagi,sekali lagi menghitung dan terakhir kali juga menghitung?
Apakah maksud dari tunggal, universal, pasti dan obyektif juga dikatakan sebagai mitos dalam elegi ini?
Post a Comment