Oleh Marsigit
Tukang Cukur:
Aku adalah tukang cukur. Aku hanya mencukur orang-orang yang tidak mencukur diri sendiri.
Pelanggan1:
Wahai tukang cukur, bersediakah engkau mencukur diriku?
Tukang cukur:
Wahai pelanggan1, apakah engkau tidak mencukur dirimu sendiri?
Pelanggan1:
Wahai tukang cukur, aku senyatanya tidaklah mencukur diriku sendiri.
Tukang Cukur:
Baiklah kalau begitu, marilah anda saya cukur.
Pelanggan2:
Wahai tukang cukur, bersediakah engkau mencukur diriku?
Tukang cukur:
Wahai pelanggan2, apakah engkau tidak mencukur dirimu sendiri?
Pelanggan2:
Wahai tukang cukur, aku senyatanya mencukur diriku sendiri.
Tukang Cukur:
Karena engkau mencukur dirimu sendiri, maka pergilah. Aku tidak bersedia mencukurmu.
Pelanggan2:
Baiklah aku bersedia pergi, tetapi aku mempunyai satu pertanyaan buatmu. Siapakah yang mencukur dirimu?
Tukang Cukur:
Aku mencukur sendiri. Maka aku akan mencukur sendiri.
Pelanggan2:
Stop. Janganlah engkau cukur dirimu itu. Karena engkau hanya mencukur orang-orang yang tidak cukur sendiri.
Tukang Cukur:
A..aa...a..k...ku. , tidak cukur sendiri.
Pelanggan2:
Kalau begitu segeralah engkau cukur dirimu, karena engkau hanya mencukur orang-orang yang tidak cukur sendiri.
Tukang Cukur:
B...b...ba...ik...lah. Aku akan cukur sendiri diriku.
Pelanggan2:
Stop. Janganlah engkau cukur dirimu itu. Karena engkau hanya mencukur orang-orang yang tidak cukur sendiri.
Tukang Cukur:
B...b...ba...ik...lah. A..aa...a..k...ku. , tidak cukur sendiri.
Pelanggan2:
Kalau begitu segeralah engkau cukur dirimu, karena engkau hanya mencukur orang-orang yang tidak cukur sendiri.
Tukang Cukur:
Wahai pelanggan2, mohon maafkan aku.. Kenapa aku engkau buat bingung? Maka bagaimanakah solusinya? Kemudian aku harus bertanya kepada siapakah?
Pelanggan2:
Engkau telah termakan oleh mitosmu sendiri. Agar engkau bisa keluar dari persoalan ini, maka silahkan bertanya kepada orang tua berambut putih.
Tuesday, March 31, 2009
Sunday, March 29, 2009
Elegi Menggapai Ujian Sisipan I Filsafat
Oleh Marsigit
Dalam elegi ini, mahasiswa diharapkan secara aktif mempersiapkan diri mengembangkan kompetensi dari referensi yang telah saya tetapkan. Saya telah menetapkan bahwa untuk bahan Ujian Sisipan I Filsafat , silahkan pelajari semua aspek dari History of Philosophy Timeline seperti yang dapat di akses pada website berikut:
http://radicalacademy.com/diahistphil.htm
Selamat belajar dan selamat menempuh Ujian Sisipan I Filsafat.
Semoga sukses.
Amien
Marsigit
Dalam elegi ini, mahasiswa diharapkan secara aktif mempersiapkan diri mengembangkan kompetensi dari referensi yang telah saya tetapkan. Saya telah menetapkan bahwa untuk bahan Ujian Sisipan I Filsafat , silahkan pelajari semua aspek dari History of Philosophy Timeline seperti yang dapat di akses pada website berikut:
http://radicalacademy.com/diahistphil.htm
Selamat belajar dan selamat menempuh Ujian Sisipan I Filsafat.
Semoga sukses.
Amien
Marsigit
Elegi Menggapai Kategori
Oleh Marsigit
(Diolah dari pemikiran Immanuel Kant)
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori1:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku mampu menampung semuanya. Aku adalah satu. Semua ada di dalamku. Tetapi ada orang yang memanggilku sebagai universal.
Kategori2:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah bagian-bagian. Aku juga kelompok-kelompok. Aku pandai berserikat. Tetapi ada orang yang memanggilku sebagai partikular.
Kategori3:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah bagian-bagian. Aku adalah banyak. Aku bersifat mandiri. Tetapi ada orang yang memanggilku sebagai singular.
Pengetahuan:
Wahai kategori 1, 2, dan 3. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama universal, partikular dan singular. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai kuantitas.
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori4:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah semua yang bersifat positif. Aku menjelaskan kenyataan-kenyataan. Aku adalah kalimat atau pernyataan-pernyataan. Au terdiri dari subyek dan predikat. Tetapi ada orang memanggilku sebagai afirmatif.
Kategori5:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah semua yang bersifat mengingkar. Aku menjelaskan kenyataan-kenyataan. Aku adalah kalimat atau pernyataan-pernyataan. Aku terdiri dari subyek dan predikat. Tetapi ada orang memanggilku sebagai negatif.
Kategori6:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah semua yang bersifat tak terbatas. Tetapi fungsiku adalah untuk membatasi. Tetapi ada orang memanggilku sebagai infinit.
Pengetahuan:
Wahai kategori 4, 5, dan 6. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama afirmatif, negasi dan infinit. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai kualitatif.
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori7:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tugasku adalah membedakan satu hal dengan hal yang lain. Tetapi ada orang memanggilku sebagai kategori.
Kategori8:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah sebab akibat. Jika ada sebab aku selalu mdencari akibat. Jika ada akibat aku selalu mencari sebab. Tetapi ada orang memanggilku sebagai hipotetik.
Kategori9:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang aktif dan pasif. Aku adalah interaksi antara aktif dan pasif. Tetapi ada orang memanggilku sebagai komunitas
Pengetahuan:
Wahai kategori 7, 8, dan 9. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama kategori, hipotetik dan komunitas. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai hubungan.
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori10:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang mungkin dan yang tak mungkin. Aku bersifat problematik. Aku selalu berusaha mencari kepastian relatif. Tetapi ada orang memanggilku sebagai probabilitas.
Kategori11:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang ada dan yang tak ada. Tetapi ada orang memanggilku sebagai asetorik.
Kategori12:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang persyaratan-persyaratan. Aku dimulai dengan kesepakatan. Mencarai syarat-syarat terjadinya sesuatu itulah pekerjaanku. Pekerjaanku hanyalah berdasarkan konsistensi. Tetapi ada orang memanggilku sebagai apodiktik. Ada orang awam memanggilku sebagai matematika. Ya boleh saja.
Pengetahuan:
Wahai kategori 10, 11, dan 12. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama probabilitas, asetorik dan apodiktik. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai modalitas.
Orang tua berambut putih:
Wahai pengetahuan. Sudah jelaslah engkau itu. Bahwa pengetahuanmu, di dalam pikiranmu itu terdiri dari kategori-kategori. Dikarenakan di dalam pikiranmu sudah ada kategori-kategori itulah maka engkau dapat memperoleh pengetahuanmu. Ketahui bahwa secara umum kategori itu meliputi empat hal yaitu kuantitas, kualitas, hubungan dan modalitas. Masing-masing kategori memuat tiga aspek. Jadi ketahuilah bahwa di dalam pikiranmu itu terdapat duabelas kategori, yang memungkinkan engkau dapat membangun pengetahuanmu. Itulah teori yang dibuat oleh Immanuel Kant.
(Diolah dari pemikiran Immanuel Kant)
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori1:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku mampu menampung semuanya. Aku adalah satu. Semua ada di dalamku. Tetapi ada orang yang memanggilku sebagai universal.
Kategori2:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah bagian-bagian. Aku juga kelompok-kelompok. Aku pandai berserikat. Tetapi ada orang yang memanggilku sebagai partikular.
Kategori3:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah bagian-bagian. Aku adalah banyak. Aku bersifat mandiri. Tetapi ada orang yang memanggilku sebagai singular.
Pengetahuan:
Wahai kategori 1, 2, dan 3. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama universal, partikular dan singular. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai kuantitas.
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori4:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah semua yang bersifat positif. Aku menjelaskan kenyataan-kenyataan. Aku adalah kalimat atau pernyataan-pernyataan. Au terdiri dari subyek dan predikat. Tetapi ada orang memanggilku sebagai afirmatif.
Kategori5:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah semua yang bersifat mengingkar. Aku menjelaskan kenyataan-kenyataan. Aku adalah kalimat atau pernyataan-pernyataan. Aku terdiri dari subyek dan predikat. Tetapi ada orang memanggilku sebagai negatif.
Kategori6:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah semua yang bersifat tak terbatas. Tetapi fungsiku adalah untuk membatasi. Tetapi ada orang memanggilku sebagai infinit.
Pengetahuan:
Wahai kategori 4, 5, dan 6. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama afirmatif, negasi dan infinit. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai kualitatif.
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori7:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tugasku adalah membedakan satu hal dengan hal yang lain. Tetapi ada orang memanggilku sebagai kategori.
Kategori8:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Aku adalah sebab akibat. Jika ada sebab aku selalu mdencari akibat. Jika ada akibat aku selalu mencari sebab. Tetapi ada orang memanggilku sebagai hipotetik.
Kategori9:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang aktif dan pasif. Aku adalah interaksi antara aktif dan pasif. Tetapi ada orang memanggilku sebagai komunitas
Pengetahuan:
Wahai kategori 7, 8, dan 9. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama kategori, hipotetik dan komunitas. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai hubungan.
Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?
Kategori10:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang mungkin dan yang tak mungkin. Aku bersifat problematik. Aku selalu berusaha mencari kepastian relatif. Tetapi ada orang memanggilku sebagai probabilitas.
Kategori11:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang ada dan yang tak ada. Tetapi ada orang memanggilku sebagai asetorik.
Kategori12:
Aku tidak mengetahui siapa namaku. Tetapi aku dapat menjelaskan sifat-sifatku. Tempat tinggalku di antara yang persyaratan-persyaratan. Aku dimulai dengan kesepakatan. Mencarai syarat-syarat terjadinya sesuatu itulah pekerjaanku. Pekerjaanku hanyalah berdasarkan konsistensi. Tetapi ada orang memanggilku sebagai apodiktik. Ada orang awam memanggilku sebagai matematika. Ya boleh saja.
Pengetahuan:
Wahai kategori 10, 11, dan 12. Ternyata engkau semua adalah bagian dariku. Aku setuju bahwa angkau masing-masing bernama probabilitas, asetorik dan apodiktik. Ketahuilah bahwa engkau semua merupakan kategori dalam pikiranku. Berkat engkau semua itulah maka aku dapat memikirkan apa yang aku sebut sebagai modalitas.
Orang tua berambut putih:
Wahai pengetahuan. Sudah jelaslah engkau itu. Bahwa pengetahuanmu, di dalam pikiranmu itu terdiri dari kategori-kategori. Dikarenakan di dalam pikiranmu sudah ada kategori-kategori itulah maka engkau dapat memperoleh pengetahuanmu. Ketahui bahwa secara umum kategori itu meliputi empat hal yaitu kuantitas, kualitas, hubungan dan modalitas. Masing-masing kategori memuat tiga aspek. Jadi ketahuilah bahwa di dalam pikiranmu itu terdapat duabelas kategori, yang memungkinkan engkau dapat membangun pengetahuanmu. Itulah teori yang dibuat oleh Immanuel Kant.
Saturday, March 28, 2009
Elegi Obrolan Filsafat
Oleh Marsigit
Subyek1:
Dimana bisa beli sate?
Subyek2:
Itu lihat Papan Nama nya, di atas pohon?
Subyek1:
Masa, makan sate harus di atas pohon?
Subyek2:
Berapa sebelas dibagi dua?
Subyek1:
Tergantung bagaimana cara membaginya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika membaginya membujur maka sebelar dibagi dua hasilnya satu. Jika membaginya dengan cara melintang maka hasilnya sebelas juga.
Subyek2:
Mana yang lebih besar, empat atau tujuh?
Subyek1:
Tergantung cara menulisnya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika aku tulis empat dengan spidol besar dan tujuh dengan spidol kecil, maka empat lebih besar dari tujuh.
Subyek2:
Berapa empat ditambah lima.
Subyek1:
Tergantung keadaannya.
Subyek 2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika empat nya kurus dan lima nya kurus, maka empat ditambah lima sama dengan sembilan kurus.
Subyek2:
Apakah sikuku ini sudut lancip?
Subyek1:
Bukan, sikumu itu sudut tumpul.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Tidak ada barang lancip di dunia ini.
Subyek2:
Bukankah jarum itu lancip?
Subyek1:
Ujung jarum terdiri dari molekul yang terdiri dari atom, yang lintasannya melingkar.
Subyek2:
Bagaimana membuat lingkaran?
Subyek1:
Tergantung bahannya.
Subyek2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika bahannya terdiri dari epung maka siapkan cetakannya. Jika bahannya dari kayu maka siapkan gergaji.
Subyek2:
Berapakah dua ditambah empat.
Subyek1:
Dua ditambah empat sama dengan dua puluh empat.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Ambil dua, ambil empat kemudian tambahkan atau jajarkan.
Subyek2:
Berapakah lima kali nol?
Subyek1:
Lima kali nol sama dengan satu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika nol adalah ikhlasmu, insyaallah engkau ketemu Tuhan mu yang satu.
Subyek2:
Berapakah sepuluh dibagi tak berhingga?
Subyek1:
Sepuluh dibagi tak berhingga itu diampuni dosamu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika sepuluh adalah dosamu dan tak terhingga adalah permohonan ampunanmu, maka jika Tuhan mengijinkan, dosamu akan diampuni.
Subyek2:
Berapakah seratus pangkat nol itu?
Subyek1:
Mungkin engkau akan ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Apapun pangkatmu, jika engkau nol atau ikhlas, insyaallah engkau bisa ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Berapakah tujuh pangkat negatif setengah itu?
Subyek1:
Itu korupsi.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Tujuh pangkat negatif setengah adalah pangkat tak sebenarnya. Bukankah koruptor itu mempunyai pangkat tetapi tidak sebenarnya pangkat. Jadi korupsilah dia.
Subyek2:
Berapa lama engkau sampai ke tujuan?
Subyek1:
Aku tidak pernah bisa mencapai tujuan.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Untuk mencapai tujuan aku harus menempuh separo jalan. Untuk mencapai separoh jalah aku harus menempuh separohnya lagi. ...dst. Aku tdak pernah selesai membagi dua. Jadi aku tak pernah sampai tujuan.
Subyek2:
Cepat manakah becak dengan pesawat?
Subyek1:
Cepat becak
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Aku naik becak telah sampai di Bandara. Padahal pesawat belum berangkat.
Subyek2:
Jika kaca aku lempar batu, kemudian pecah. Mengapa kaca pecah?
Subyek1:
Kaca pecah karena kena batu.
Subyek2:
Bukan.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Kaca pecah belum tentu kena batu.
Subyek1:
Kapan Plato lahir?
Subyek2:
Tadi pagi.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Jika waktu aku padatkan.
Subyek1:
Dimana kutub utara.
Subyek2:
Di sini.
Subyek1:
Jika ruang aku mampatkan.
Subyek2:
Di mana dirimu?
Subyek1:
Di dalam dirimu.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Jika engkau memikirkan aku.
Subyek2:
Dari mana engkau lahir?
Subyek1:
Dari rahim ibuku.
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Mengapa?
Subyek2:
Egkau lahir dari jiwa ibumu.
Subyek1:
Apakah itu suara musik?
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Suara apa?
Subyek2:
Itu harmoni alam
Subyek1:
Apa hubungan setiap hal di dunia ini?
Subyek2:
Pikiranmu.
Subyek1:
Kenapa engkau tersenyum melihat batu?
Subyek2:
Aku melihat patung di dalamnya.
Subyek1:
Kenapa engkau diam?
Subyek2:
Enggak. Aku ramai dalam hatiku.
Subyek1:
Kenapa engkau bingung?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati.
Subyek1:
Kenapa engkau malas?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati?
Subyek1:
Kenapa engkau protes?
Subyek2:
Enggak. Aku bernyanyi.
Subyek1:
Kenapa engkau tergesa-gesa?
Subyek2:
Enggak. Aku efisien.
Subyek1:
Kenapa engkau pelit?
Subyek2:
Enggak. Aku selektif.
Subyek1:
Kenapa engkau marah?
Subyek2:
Enggak. Aku menasehati.
Subyek1:
Kenapa engkau menjawab?
Subyek2:
Kenapa engkau selalu bertanya?
Subyek1:
Enggak. Aku silaturahim.
Subyek2:
Kenapa engkau selalu mencibir?
Subyek1:
Enggak. Aku sedang membangun.
Subyek2:
Kenapa engkau tidak usul?
Subyek1:
Enggak. Aku memberi kesempatan.
Subyek2:
Kenapa engkau sombong?
Subyek1:
Enggak. Aku membela diri.
Subyek1:
Dimana bisa beli sate?
Subyek2:
Itu lihat Papan Nama nya, di atas pohon?
Subyek1:
Masa, makan sate harus di atas pohon?
Subyek2:
Berapa sebelas dibagi dua?
Subyek1:
Tergantung bagaimana cara membaginya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika membaginya membujur maka sebelar dibagi dua hasilnya satu. Jika membaginya dengan cara melintang maka hasilnya sebelas juga.
Subyek2:
Mana yang lebih besar, empat atau tujuh?
Subyek1:
Tergantung cara menulisnya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika aku tulis empat dengan spidol besar dan tujuh dengan spidol kecil, maka empat lebih besar dari tujuh.
Subyek2:
Berapa empat ditambah lima.
Subyek1:
Tergantung keadaannya.
Subyek 2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika empat nya kurus dan lima nya kurus, maka empat ditambah lima sama dengan sembilan kurus.
Subyek2:
Apakah sikuku ini sudut lancip?
Subyek1:
Bukan, sikumu itu sudut tumpul.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Tidak ada barang lancip di dunia ini.
Subyek2:
Bukankah jarum itu lancip?
Subyek1:
Ujung jarum terdiri dari molekul yang terdiri dari atom, yang lintasannya melingkar.
Subyek2:
Bagaimana membuat lingkaran?
Subyek1:
Tergantung bahannya.
Subyek2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika bahannya terdiri dari epung maka siapkan cetakannya. Jika bahannya dari kayu maka siapkan gergaji.
Subyek2:
Berapakah dua ditambah empat.
Subyek1:
Dua ditambah empat sama dengan dua puluh empat.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Ambil dua, ambil empat kemudian tambahkan atau jajarkan.
Subyek2:
Berapakah lima kali nol?
Subyek1:
Lima kali nol sama dengan satu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika nol adalah ikhlasmu, insyaallah engkau ketemu Tuhan mu yang satu.
Subyek2:
Berapakah sepuluh dibagi tak berhingga?
Subyek1:
Sepuluh dibagi tak berhingga itu diampuni dosamu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika sepuluh adalah dosamu dan tak terhingga adalah permohonan ampunanmu, maka jika Tuhan mengijinkan, dosamu akan diampuni.
Subyek2:
Berapakah seratus pangkat nol itu?
Subyek1:
Mungkin engkau akan ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Apapun pangkatmu, jika engkau nol atau ikhlas, insyaallah engkau bisa ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Berapakah tujuh pangkat negatif setengah itu?
Subyek1:
Itu korupsi.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Tujuh pangkat negatif setengah adalah pangkat tak sebenarnya. Bukankah koruptor itu mempunyai pangkat tetapi tidak sebenarnya pangkat. Jadi korupsilah dia.
Subyek2:
Berapa lama engkau sampai ke tujuan?
Subyek1:
Aku tidak pernah bisa mencapai tujuan.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Untuk mencapai tujuan aku harus menempuh separo jalan. Untuk mencapai separoh jalah aku harus menempuh separohnya lagi. ...dst. Aku tdak pernah selesai membagi dua. Jadi aku tak pernah sampai tujuan.
Subyek2:
Cepat manakah becak dengan pesawat?
Subyek1:
Cepat becak
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Aku naik becak telah sampai di Bandara. Padahal pesawat belum berangkat.
Subyek2:
Jika kaca aku lempar batu, kemudian pecah. Mengapa kaca pecah?
Subyek1:
Kaca pecah karena kena batu.
Subyek2:
Bukan.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Kaca pecah belum tentu kena batu.
Subyek1:
Kapan Plato lahir?
Subyek2:
Tadi pagi.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Jika waktu aku padatkan.
Subyek1:
Dimana kutub utara.
Subyek2:
Di sini.
Subyek1:
Jika ruang aku mampatkan.
Subyek2:
Di mana dirimu?
Subyek1:
Di dalam dirimu.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Jika engkau memikirkan aku.
Subyek2:
Dari mana engkau lahir?
Subyek1:
Dari rahim ibuku.
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Mengapa?
Subyek2:
Egkau lahir dari jiwa ibumu.
Subyek1:
Apakah itu suara musik?
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Suara apa?
Subyek2:
Itu harmoni alam
Subyek1:
Apa hubungan setiap hal di dunia ini?
Subyek2:
Pikiranmu.
Subyek1:
Kenapa engkau tersenyum melihat batu?
Subyek2:
Aku melihat patung di dalamnya.
Subyek1:
Kenapa engkau diam?
Subyek2:
Enggak. Aku ramai dalam hatiku.
Subyek1:
Kenapa engkau bingung?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati.
Subyek1:
Kenapa engkau malas?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati?
Subyek1:
Kenapa engkau protes?
Subyek2:
Enggak. Aku bernyanyi.
Subyek1:
Kenapa engkau tergesa-gesa?
Subyek2:
Enggak. Aku efisien.
Subyek1:
Kenapa engkau pelit?
Subyek2:
Enggak. Aku selektif.
Subyek1:
Kenapa engkau marah?
Subyek2:
Enggak. Aku menasehati.
Subyek1:
Kenapa engkau menjawab?
Subyek2:
Kenapa engkau selalu bertanya?
Subyek1:
Enggak. Aku silaturahim.
Subyek2:
Kenapa engkau selalu mencibir?
Subyek1:
Enggak. Aku sedang membangun.
Subyek2:
Kenapa engkau tidak usul?
Subyek1:
Enggak. Aku memberi kesempatan.
Subyek2:
Kenapa engkau sombong?
Subyek1:
Enggak. Aku membela diri.
Elegi Menggapai Ramai
Oleh Marsigit
Suara1:
Aku adalah suara1. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Suaraku terdengar keras sampai kemana-mana. Seluruh kampung bahkan mendengar suaraku, karena aku menggunakan pengeras suara. Terasa begitu dekat jarak antara bibirku dan kampungku. Tetapi aku merasa bahwa suaraku tidak dapat menggapai kecamatanku. Kecamatanku terlalu luas untuk mendengar suaraku, bahkan ketika aku telah menggunakan pengeras suara sekalipun. Aku mendengar suaraku begitu jelas di dalam telingaku.
Suara2:
Aku adalah suara2. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Suaraku terdengar keras sampai kemana-mana. Seluruh kelas mendengar suaraku, tetapi kelas lain tidak mendengar suaraku, karena aku tidak pakai pengeras suara.Terasa begitu dekat jarak antara bibirku dan kelasku. Aku mendengar suaraku begitu jelas di dalam telingaku.
Suara3:
Aku adalah suara3. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Tetapi aku mendengar suaraku di dalam mulutku.
Suara4:
Aku adalah suara4. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga tidak mendengar suaraku di dalam mulutku. tetapi aku mendengar suaraku di leherku.
Suara5:
Aku adalah suara5. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga tidak mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga tidak mendengar suaraku di leherku. Tetapi aku mendengar suaraku di dadaku. Jika aku sebut dadaku sebagai hatiku maka aku mendengar suara di hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang satu.
Suara6:
Aku adalah suara6. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak menggunakan hanya hatiku yang satu. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga tidak mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga tidak mendengar suaraku di leherku. Aku juga tidak mendengar suaraku di hatiku yang satu. Tetapi aku mendengar suaraku di dadaku sebelah kiri, sebelah tengah dan sebelah kanan. Jika aku sebut dadaku sebelah kiri, sebelah tengah dan sebelah kanan sebagai hatiku maka aku mendengar suara di tiga tempat hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang tiga.
Suara7:
Aku adalah suara7. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak menggunakan hanya hatiku yang satu. Aku tidak hanya menggunakan hatiku yang tiga. Tetapi aku menggunakan seluruh tubuhku sebagai hatiku. Anehnya aku mulai mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga juga mulai mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga mulai mendengar suaraku di leherku. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang satu. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang tiga. Tetapi aku juga mendengar suaraku di seluruh tubuhku. Jika aku sebut seluruh tubuhku sebagai hatiku maka aku mendengar suaraku di semua hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang tersebar di seluruh tubuhku.
Suara8:
Aku adalah suara8. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak menggunakan hanya hatiku yang satu. Aku tidak hanya menggunakan hatiku yang tiga. Aku tidak hanya menggunakan seluruh tubuhku sebagai hatiku. Tetapi aku juga menggunakan seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku sebagai hatiku. Anehnya aku mulai mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga juga mulai mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga mulai mendengar suaraku di leherku. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang satu. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang tiga. Aku tidak hanya mendengar suaraku di seluruh tubuhku. Tetapi aku mendengar suaraku di seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku. Jika aku sebut seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku adalah hatiku maka aku mendengar suaraku di semua hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang tersebar di seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku.
Suara9:
Padahal aku tahu suara apakah yang aku ucapkan itu. Itulah setinggi-tinggi ucapanku yaitu menyebut nama Tuhanku. Maka ketika aku menyebut nama Tuhan ku dengan segenap daya, upaya, jiwa dan ragaku, aku mendengar suara yang ramai membahana luar biasa. Suara itu terdengar tidak hanya di seluruh sel-sel tubuhku tetapi suara itu juga aku dengar di seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku. Maka aku merasa menemukan dunia dan di luar duniaku penuh dengan suara yang memanggil nama Tuhan ku. Ya Allah ya Robbi, ampunilah segala dosa-dosaku. Tiadalah sesuatu kecuali kuasa dan rakhmat Mu. Amien.
Suara1:
Aku adalah suara1. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Suaraku terdengar keras sampai kemana-mana. Seluruh kampung bahkan mendengar suaraku, karena aku menggunakan pengeras suara. Terasa begitu dekat jarak antara bibirku dan kampungku. Tetapi aku merasa bahwa suaraku tidak dapat menggapai kecamatanku. Kecamatanku terlalu luas untuk mendengar suaraku, bahkan ketika aku telah menggunakan pengeras suara sekalipun. Aku mendengar suaraku begitu jelas di dalam telingaku.
Suara2:
Aku adalah suara2. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Suaraku terdengar keras sampai kemana-mana. Seluruh kelas mendengar suaraku, tetapi kelas lain tidak mendengar suaraku, karena aku tidak pakai pengeras suara.Terasa begitu dekat jarak antara bibirku dan kelasku. Aku mendengar suaraku begitu jelas di dalam telingaku.
Suara3:
Aku adalah suara3. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Tetapi aku mendengar suaraku di dalam mulutku.
Suara4:
Aku adalah suara4. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga tidak mendengar suaraku di dalam mulutku. tetapi aku mendengar suaraku di leherku.
Suara5:
Aku adalah suara5. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga tidak mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga tidak mendengar suaraku di leherku. Tetapi aku mendengar suaraku di dadaku. Jika aku sebut dadaku sebagai hatiku maka aku mendengar suara di hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang satu.
Suara6:
Aku adalah suara6. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak menggunakan hanya hatiku yang satu. Aku tidak mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga tidak mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga tidak mendengar suaraku di leherku. Aku juga tidak mendengar suaraku di hatiku yang satu. Tetapi aku mendengar suaraku di dadaku sebelah kiri, sebelah tengah dan sebelah kanan. Jika aku sebut dadaku sebelah kiri, sebelah tengah dan sebelah kanan sebagai hatiku maka aku mendengar suara di tiga tempat hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang tiga.
Suara7:
Aku adalah suara7. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak menggunakan hanya hatiku yang satu. Aku tidak hanya menggunakan hatiku yang tiga. Tetapi aku menggunakan seluruh tubuhku sebagai hatiku. Anehnya aku mulai mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga juga mulai mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga mulai mendengar suaraku di leherku. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang satu. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang tiga. Tetapi aku juga mendengar suaraku di seluruh tubuhku. Jika aku sebut seluruh tubuhku sebagai hatiku maka aku mendengar suaraku di semua hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang tersebar di seluruh tubuhku.
Suara8:
Aku adalah suara8. Aku diucapkan dengan sepenuh dayaku oleh subyekku. Tiadalah orang di luar diriku mendengar suaraku, karena aku menutup bibirku. Aku juga menutup mulutku. Aku juga menutup leherku. Aku tidak menggunakan hanya hatiku yang satu. Aku tidak hanya menggunakan hatiku yang tiga. Aku tidak hanya menggunakan seluruh tubuhku sebagai hatiku. Tetapi aku juga menggunakan seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku sebagai hatiku. Anehnya aku mulai mendengar suaraku di dalam telingaku. Aku juga juga mulai mendengar suaraku di dalam mulutku. Aku juga mulai mendengar suaraku di leherku. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang satu. Aku juga mulai mendengar suaraku di hatiku yang tiga. Aku tidak hanya mendengar suaraku di seluruh tubuhku. Tetapi aku mendengar suaraku di seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku. Jika aku sebut seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku adalah hatiku maka aku mendengar suaraku di semua hatiku. Aku mendengar suaraku di hatiku yang tersebar di seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku.
Suara9:
Padahal aku tahu suara apakah yang aku ucapkan itu. Itulah setinggi-tinggi ucapanku yaitu menyebut nama Tuhanku. Maka ketika aku menyebut nama Tuhan ku dengan segenap daya, upaya, jiwa dan ragaku, aku mendengar suara yang ramai membahana luar biasa. Suara itu terdengar tidak hanya di seluruh sel-sel tubuhku tetapi suara itu juga aku dengar di seluruh lingkunganku sampai batas pikiranku. Maka aku merasa menemukan dunia dan di luar duniaku penuh dengan suara yang memanggil nama Tuhan ku. Ya Allah ya Robbi, ampunilah segala dosa-dosaku. Tiadalah sesuatu kecuali kuasa dan rakhmat Mu. Amien.
Elegi Menggapai Rumah Paradoks
Oleh Marsigit
(Diolah dari Paradoks Russell)
Rumah paradoks:
Aku adalah rumah paradoks. Penghuniku hanyalah orang-orang yang tidak sama dengan dirinya sendiri.
Alfa:
Wahai rumah paradoks, namaku adalah Alfa. Aku ingin bertanya. Apakah aku penghuni rumahmu atau bukan?
Rumah paradoks:
Engkau bisa menghuni rumahku bisa juga tidak menghuni rumahku.
Alfa:
Kapan aku menghuni rumahmu?
Rumah paradoks:
Jika engkau tidak sama dengan dirimu sendiri. Yaitu engkau tidak sama dengan Alfa.
Alfa:
Baik, aku sekarang akan menghuni rumahmu.
Rumah paradoks:
Apa yang engkau maksud dengan “aku”
Alfa:
Yang aku maksud dengan “aku” adalah diriku yaitu Alfa. Jadi aku adalah Alfa.
Rumah paradoks:
Karena engkau sama dengan Alfa maka engkau harus keluar, dan tidak boleh menghuni rumahku.
Alfa:
Bukankah aku telah menghuni rumahmu. Maka aku tidak sama dengan Alfa.
Rumah paradoks:
Baiklah karena engkau tidak sama dengan Alfa maka engkau boleh menghuni rumahku.
Alfa:
Bagaimana engkau ini, wahai rumah paradoks. Aku itu penghuni rumahmu atau bukan?
Rumah paradoks:
Sebenarnya engkau itu sekaligus penghuni rumahku dan bukan penghuni rumahku.
(Diolah dari Paradoks Russell)
Rumah paradoks:
Aku adalah rumah paradoks. Penghuniku hanyalah orang-orang yang tidak sama dengan dirinya sendiri.
Alfa:
Wahai rumah paradoks, namaku adalah Alfa. Aku ingin bertanya. Apakah aku penghuni rumahmu atau bukan?
Rumah paradoks:
Engkau bisa menghuni rumahku bisa juga tidak menghuni rumahku.
Alfa:
Kapan aku menghuni rumahmu?
Rumah paradoks:
Jika engkau tidak sama dengan dirimu sendiri. Yaitu engkau tidak sama dengan Alfa.
Alfa:
Baik, aku sekarang akan menghuni rumahmu.
Rumah paradoks:
Apa yang engkau maksud dengan “aku”
Alfa:
Yang aku maksud dengan “aku” adalah diriku yaitu Alfa. Jadi aku adalah Alfa.
Rumah paradoks:
Karena engkau sama dengan Alfa maka engkau harus keluar, dan tidak boleh menghuni rumahku.
Alfa:
Bukankah aku telah menghuni rumahmu. Maka aku tidak sama dengan Alfa.
Rumah paradoks:
Baiklah karena engkau tidak sama dengan Alfa maka engkau boleh menghuni rumahku.
Alfa:
Bagaimana engkau ini, wahai rumah paradoks. Aku itu penghuni rumahmu atau bukan?
Rumah paradoks:
Sebenarnya engkau itu sekaligus penghuni rumahku dan bukan penghuni rumahku.
Friday, March 27, 2009
Elegi Menggapai Karakter
Oleh Marsigit
(Di gali dari butir-butir pemikiran Krathwhol)
Kesadaran:
Ada ilmu baru dihadapanku. Aku akan menyadari ilmu ini jika ilmu ini memang bermanfaat untuk dunia maupun akhirat. Tetapi untuk itu aku perlu pengakuan dan dukungan orang-orang disekiratku. Wahai ikhlas, sebetulnya aku menginginkan bertanya kepada banyak orang, tetapi mereka berada jauh dari diriku. Lagi pula mereka saling berderet-deret secara teratur ada yang paling dekat, dekat, agak dekat, agak jauh, jauh, paling jauh dan sangat jauh. Sedangkan engkau tahu bahwa orang yang paling dekat adalah dirimu. Sedangkan engkau tahu bahwa dirimu itu sebetulnya adalah ikhlasku. Maka jawablah pertanyaan-pertanyaanku, karena aku tahu bahwa pertanyaanku itu adalah awal dari ilmuku.
Ikhlas:
Wahai kesadaran, engkau akan bertanya apakah kepada diriku?
Kesadaran:
Begini. Ini ada ilmu yang baru saja dikenalkan oleh dosenku. Apakah engkau bisa menerima ilmu tersebut?
Ikhlas:
Sepanjang ilmu itu adalah demi kebaikan, maka aku selalu ikhlas.
Kesadaran:
Apa yang engkau maksud sebagai kebaikan?
Ikhlas:
Kebaikan adalah membawa manfaat yang baik, baik bagi dunia maupun akhirat.
Kesadaran:
Sepanjang yang saya ketahui, ilmu itu membawa manfaat yang baik, baik bagi dunia maupun akhirat.
Ikhlas:
Baik kalau begitu. Setelah aku pikir-pikir, ternyata keikhlasanku itu mempunyai prasarat.
Kesadaran:
Apakah prasaratmu itu?
Ikhlas:
Aku ikhlas menerima ilmu itu jika ilmu itu memang dalam jangkauan kesadaranmu dan menjadi perhatianku.
Kesadaran:
Sejauh yang aku sadari, ilmu itu terjangkau oleh kesadaranku. Tetapi aku tidak tahu apakah ilmu itu menjadi perhatianku atau tidak.
Kesadaran dan keikhlasan secara bersama bertanya:
Wahai perhatian, apakah engkau merasa bahwa ilmu yang dikenalkan oleh dosenku itu benar-benar menjadi perhatianmu?
Perhatian:
Sesungguhnya pertanyaanmu berdua itu sungguh aneh bagi diriku. Bukankan antara kesadaran, keikhlasan dan perhatian itu sebenarnya satu kesatuan. Mengapa engkau bertanya seperti itu?
Kesadaran dan keikhlasan:
Tetapi engkau tahu bahwa kita berduapun tidak berarti apa-apa tanpa perhatian.
Perhatian:
Baiklah. Suatu ilmu atau pengetahuan baru akan menjadi perhatianku jika bermanfaat baik untuk dunia maupun akhirat.
Kesadaran dan keikhlasan:
Kalau begitu tiadalah berbeda syarat-syaratmu itu dengan syarat-syarat kita berdua.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Kalau begitu kita bertiga berketetapan hati bahwa ilmu baru ini memang bermanfaat di dunia maupun akhirat. Marilah kita deklarasikan perihal penerimaan kita untuk memulai mempelajari ilmu itu.
Respon:
Wahai kesadaran, keikhlasan dan perhatian, mengapa engkau bertiga telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal penerimaan anda bertiga untuk memulai mempelajari ilmu itu, tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Wahai respon, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang sikapmu. Anda boleh postitif juga boleh negatif, tetapi juga boleh netral.
Respon:
Baik kalau begitu. Untuk menentukan sikapku maka gantian aku ingin bertanya. Sebetulnya ada masalah apa engkau menemuiku?
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Begini. Kita bertiga berkenalan dengan ilmu baru. Kita bertiga sepakat bahwa ilmu baru itu ternyata bermanfaat bagi dunia maupun akhirat. Maka kami bersepakat pula untuk membuka diri kami untuk menerima memulai mempelajari ilmu itu. Tetapi kami bertiga menyadari bahwa langkah kami itu semata-mata ditentukan oleh sikapmu itu. Jika sikapmu positif maka engkau adalah orang ke empat yang menjadi rombongan kita untuk memulai perjalanan mempelajarai ilmu ini. Bagaimanakah jawabanmu?
Respon:
Ketahuilah bahwa aku itu terdiri dari dua hal. Pertama aku adalah kesudianku. Kedua aku adalah kemauanku. Jika aku sudi tetapi aku tidak mau, apalah artinya sikapku itu. Sebaliknya jika aku mau tetapi aku tidak sudi, maka apalah juga artinya sikapku itu. Agar aku sudi maka aku harus yakin dulu bahwa ilmu itu bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Agar aku mau aku juga harus yakin bahwa ilmu itu juga bermanfaat bagi dunia maupun akhirat.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Baiklah kalau begitu syarat-syaratmu ternyata sama dengan syarat-syarat kami bertiga. Kalau begitu engkau bisa cepat bergabung dengan kami.
Respon:
Nanti dulu. Ketahuilah bahwa aku masih mempunyai satu unsur lagi. Unsurku yang ketiga adalah kepuasanku. Jadi aku harus yakin bahwa ilmu itu juga memberikan kepuasan terhadap diriku.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Lalu apakah kepuasanmu itu?
Respon:
Pertama aku harus mengetahui dulu, apakah engkau bertiga mempunyai payung yang dapat melindungiku dan dua unsurku yang lain?
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu itu.
Respon:
Aku enggan selalu berkata dengan masing-masing dirimu. Aku lebih suka berkata denganmu sekaligus. Jikalau aku menyebut dirimu dengan satu nama saja, maka kira-kira engkau akan menggunakan nama apa?
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Baiklah, sesuai dengan sifat-sifat yang kami miliki maka nama yang paling cocok dengan diri kami bertiga adalah penerimaan. Apakah dengan jawabanku ini engkau akan segera bergabung dengan diriku?
Respon:
Nanti dulu. Aku masih mempunyai satu syarat lagi. Syaratku yang satu lagi adalah bahwa agar aku mempunyai respon yang positif terhadap ilmu itu maka aku harus merasa puas terhadapnya. Aar aku merasa puas terhadapnya maka aku harus bisa berkomunikasi dengan nya. Padahal komunikasi yang aku minta adalah bahwa aku harus aktif memahaminya. Aku dengan ilmu itu harus bisa saling menterjemahkan dan diterjemahkan. Apakah engkau mampu menerima syarat-syaratku itu?
Penerimaan:
Dari sifat-sifat dan komunikasiku menterjemahkan dan diterjemahkan dengan ilmu itu, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa ilmu itu mempunyai sifat-sifat seperti apa yang engkau syaratkan. Jadi silahkan engkau bersikap seperti yang telah engkau tetapkan melalui syarat-syaratmu itu.
Respon:
Baiklah kalau begitu aku bersedia bergabung dengan dirimu wahai penerimaan.
Nilai:
Wahai penerimaan dan respon, mengapa engkau berdua telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal penerimaan dan respon positif anda berdua terhadap ilmu barumu itu,
tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Wahai nilai, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang sikapmu. Anda boleh menilai baik, juga boleh menilai negatif, tetapi juga boleh netral.
Nilai:
Baik kalau begitu. Untuk menentukan sikapku maka gantian aku ingin bertanya. Sebetulnya ada masalah apa engkau menemuiku?
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Begini. Kita berdua berkenalan dengan ilmu baru. Kita bertiga sepakat bahwa ilmu baru itu ternyata bermanfaat bagi dunia maupun akhirat. Maka kami bersepakat pula untuk membuka diri kami untuk menerima memulai mempelajari ilmu itu. Tidak hanya itu, kami juga sepakat untuk menerima dan merespon positif ilmu itu dengan syarat-syarat tambahan yang telah kami tentukan. Syarat-syarat tambahan itu antara lain bahwa kami dapat saling menterjemahkan dan diterjemahkan dengan ilmu itu. Tetapi kami berdua menyadari bahwa langkah kami itu semata-mata ditentukan oleh penilaian itu terhadap ilmu itu. Jika penilaianmu positif maka engkau adalah orang ke tujuh yang menjadi rombongan kita untuk memulai perjalanan mempelajarai ilmu ini. Bagaimanakah jawabanmu?
Nilai:
Ketahuilah bahwa aku itu terdiri dari tiga hal. Pertama aku adalah kehendakku. Kedua aku adalah referensiku. Ketiga aku adalah komitmenku. Agar aku berkehendak menilai ilmu itu, maka aku harus mempunyai referensi. Tetapi begitu aku memutuskan untuk menilai baik ilmu itu maka seketika aku berubah menjadi komitmenku. Ketiga hal tersebut itu tidak dapat aku pisahkan. Agar aku mempunyai kehendak untuk menilai maka aku harus yakin dulu bahwa ilmu itu bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Aku juga harus bisa menterjemahkan dan diterjemahkan dengan ilmu itu. Artinya aku juga bersifat aktif dan tidak hanya pasif saja. Untuk itu maka aku juga memerlukan catatan-catatanmu.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Ternyata syarat-syaratmu itu sesuai juga dengan syarat-syaratku. Dan kami berdua juga bersedia memenuhi segala syarat-syarat tambahanmu. Apakah engkau bersedia bergabung dengan diriku?
Nilai:
Nanti dulu. Aku masih mempunyai syarat tambahan. Syarat tambahanku adalah apakah engkau dan aku kira-kira mempunyai payung untuk berlindung bersama?
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Aku tidak mengerti apa maksudmu.
Nilai:
Maksudku adalah, jika aku telah menetapkan untuk menilai positif ilmu itu, apakah aku dan engkau bisa bergabung dengan satu nama saja.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Kami sebenarnya sangat toleran terhadap dirimu. Akan memberi nama apakah engkau bagi diri kita bertiga?
Nilai:
Jika engkau berdua tidak keberatan maka kita berdua melebur saja jadi satu dan kita beri nama sebagai minat.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Nama yang bagus. Kami setuju. Jadi?
Minat:
Jadi diriku sekarang adalah penerimaan, respon dan nilai. Tetapi tiga dalam diriku itu jika dijabarkan akan terdiri dari sembilan aspek yaitu kesadaran, sudi menerima, perhatian, sudi merespon, mau merespon, kepuasan, kehendak menilai, referensi untuk menilai dan komitmen.
Pengertian:
Wahai minat. Mengapa engkau telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal minatmu untuk mempelajari ilmu itu, tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Minat:
Wahai pengertian, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. Tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang sikapmu. Anda boleh memahami ilmu itu sesuai dengan pengertianmu.
Pengertian:
Wahai minat. Sebetulnya syaratku mudah saja. Syaratku adalah asalkan engkau memang berkehendak untuk menilainya, engkau juga mempunyai referensi untuk menilainya dan engkau juga mempunyai komitmen untuk menilainya. Maka aku dengan serta merta akan membangun pengertianku terhadap ilmumu itu.
Nilai:
Ketahuilah pengertian. Sebetulnya syarat-syaratmu itu telah terkandung di dalam diriku.
Pengertian:
Baik kalau begitu. Aku telah mengerti akan ilmumu itu. Itulah sebenar-benar ilmumu dan ilmuku.
Tetapi ketahuilah bahwa pengertianku terhadap ilmumu itu ternyata tidak tunggal. Maka aku perlu mengelola pemngertian-pengertian itu. Aku perlu menggabung-ganbungkannya. Aku perlu merangkumkannya. Katakanlah bahwa aku terdiri dari konsep-konsep dan organisasi dari konsep-konsep tentang ilmu itu. Tetapi ketahuilah agar pengertianku itu bersifat komprehensif maka aku masih mempunyai permintaan terhadap dirimu.
Nilai:
Wahai pengertian, apakah permintaan tambahanmu itu?
Pengertian:
Aku mau menindaklanjuti pengertianku asal aku dan engkau menjadi satu saja yaitu sebagai sikap.
Nilai:
Nama yang bagus. Aku setuju. lalu?
Sikap:
Inilah sebenar-benar diriku yang telah menentukan sikap positif terhadap ilmuku yang baru ini. Maka sebenar-benar diriku adalah terdiri dari nilai dan pengertian.
Karakter:
Wahai sikap. Engkau telah berbuat lancang telah mendeklarasikan sikap positifmu terhadap ilmu barumu itu, tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Sikap:
Wahai karakter, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. Tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang karaktermu. Tetapi jika engkau telah
menampakkan karaktermu itu, maka karaktermu itu harus sesuai dengan diriku. Maka tinggal pilihlah engkau itu.
Karakter:
Sebetulnya jarak antara diriku dengan dirimu sangatlah dekat. Maka aku telah melakukan kesimpulan umum. Dan dari kesimpulan umum tentang pengertianmu maka aku mulai mempunyai ciri khas keilmuan barumu itu. Lebih dari itu aku bahkan kelihatan menonjol dalam dirimu. Ilmumu itu juga semakin tampak dalam karakterku. Tidak terasa aku telah mulai berubah dikarenakan ilmu baruku ini. Perubahan diriku itulah yang kemudian aku sebut sebagai karakterisasi. Aku bersyukur telah mampu mempelajari ilmu baru sehingga telah memberikan aku karakter sesuai dengan ciri keilmuan baruku itu. Bahkan aku mulai merasakan bahwa karakterku itu mempengaruhi kata-kata, ucapan, gerak, pikiran, kegiatan bahkan hatiku. Ternyata dengan karakterku yang baru ini aku tetap terjaga oleh hatiku. Amien.
(Di gali dari butir-butir pemikiran Krathwhol)
Kesadaran:
Ada ilmu baru dihadapanku. Aku akan menyadari ilmu ini jika ilmu ini memang bermanfaat untuk dunia maupun akhirat. Tetapi untuk itu aku perlu pengakuan dan dukungan orang-orang disekiratku. Wahai ikhlas, sebetulnya aku menginginkan bertanya kepada banyak orang, tetapi mereka berada jauh dari diriku. Lagi pula mereka saling berderet-deret secara teratur ada yang paling dekat, dekat, agak dekat, agak jauh, jauh, paling jauh dan sangat jauh. Sedangkan engkau tahu bahwa orang yang paling dekat adalah dirimu. Sedangkan engkau tahu bahwa dirimu itu sebetulnya adalah ikhlasku. Maka jawablah pertanyaan-pertanyaanku, karena aku tahu bahwa pertanyaanku itu adalah awal dari ilmuku.
Ikhlas:
Wahai kesadaran, engkau akan bertanya apakah kepada diriku?
Kesadaran:
Begini. Ini ada ilmu yang baru saja dikenalkan oleh dosenku. Apakah engkau bisa menerima ilmu tersebut?
Ikhlas:
Sepanjang ilmu itu adalah demi kebaikan, maka aku selalu ikhlas.
Kesadaran:
Apa yang engkau maksud sebagai kebaikan?
Ikhlas:
Kebaikan adalah membawa manfaat yang baik, baik bagi dunia maupun akhirat.
Kesadaran:
Sepanjang yang saya ketahui, ilmu itu membawa manfaat yang baik, baik bagi dunia maupun akhirat.
Ikhlas:
Baik kalau begitu. Setelah aku pikir-pikir, ternyata keikhlasanku itu mempunyai prasarat.
Kesadaran:
Apakah prasaratmu itu?
Ikhlas:
Aku ikhlas menerima ilmu itu jika ilmu itu memang dalam jangkauan kesadaranmu dan menjadi perhatianku.
Kesadaran:
Sejauh yang aku sadari, ilmu itu terjangkau oleh kesadaranku. Tetapi aku tidak tahu apakah ilmu itu menjadi perhatianku atau tidak.
Kesadaran dan keikhlasan secara bersama bertanya:
Wahai perhatian, apakah engkau merasa bahwa ilmu yang dikenalkan oleh dosenku itu benar-benar menjadi perhatianmu?
Perhatian:
Sesungguhnya pertanyaanmu berdua itu sungguh aneh bagi diriku. Bukankan antara kesadaran, keikhlasan dan perhatian itu sebenarnya satu kesatuan. Mengapa engkau bertanya seperti itu?
Kesadaran dan keikhlasan:
Tetapi engkau tahu bahwa kita berduapun tidak berarti apa-apa tanpa perhatian.
Perhatian:
Baiklah. Suatu ilmu atau pengetahuan baru akan menjadi perhatianku jika bermanfaat baik untuk dunia maupun akhirat.
Kesadaran dan keikhlasan:
Kalau begitu tiadalah berbeda syarat-syaratmu itu dengan syarat-syarat kita berdua.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Kalau begitu kita bertiga berketetapan hati bahwa ilmu baru ini memang bermanfaat di dunia maupun akhirat. Marilah kita deklarasikan perihal penerimaan kita untuk memulai mempelajari ilmu itu.
Respon:
Wahai kesadaran, keikhlasan dan perhatian, mengapa engkau bertiga telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal penerimaan anda bertiga untuk memulai mempelajari ilmu itu, tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Wahai respon, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang sikapmu. Anda boleh postitif juga boleh negatif, tetapi juga boleh netral.
Respon:
Baik kalau begitu. Untuk menentukan sikapku maka gantian aku ingin bertanya. Sebetulnya ada masalah apa engkau menemuiku?
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Begini. Kita bertiga berkenalan dengan ilmu baru. Kita bertiga sepakat bahwa ilmu baru itu ternyata bermanfaat bagi dunia maupun akhirat. Maka kami bersepakat pula untuk membuka diri kami untuk menerima memulai mempelajari ilmu itu. Tetapi kami bertiga menyadari bahwa langkah kami itu semata-mata ditentukan oleh sikapmu itu. Jika sikapmu positif maka engkau adalah orang ke empat yang menjadi rombongan kita untuk memulai perjalanan mempelajarai ilmu ini. Bagaimanakah jawabanmu?
Respon:
Ketahuilah bahwa aku itu terdiri dari dua hal. Pertama aku adalah kesudianku. Kedua aku adalah kemauanku. Jika aku sudi tetapi aku tidak mau, apalah artinya sikapku itu. Sebaliknya jika aku mau tetapi aku tidak sudi, maka apalah juga artinya sikapku itu. Agar aku sudi maka aku harus yakin dulu bahwa ilmu itu bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Agar aku mau aku juga harus yakin bahwa ilmu itu juga bermanfaat bagi dunia maupun akhirat.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Baiklah kalau begitu syarat-syaratmu ternyata sama dengan syarat-syarat kami bertiga. Kalau begitu engkau bisa cepat bergabung dengan kami.
Respon:
Nanti dulu. Ketahuilah bahwa aku masih mempunyai satu unsur lagi. Unsurku yang ketiga adalah kepuasanku. Jadi aku harus yakin bahwa ilmu itu juga memberikan kepuasan terhadap diriku.
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Lalu apakah kepuasanmu itu?
Respon:
Pertama aku harus mengetahui dulu, apakah engkau bertiga mempunyai payung yang dapat melindungiku dan dua unsurku yang lain?
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu itu.
Respon:
Aku enggan selalu berkata dengan masing-masing dirimu. Aku lebih suka berkata denganmu sekaligus. Jikalau aku menyebut dirimu dengan satu nama saja, maka kira-kira engkau akan menggunakan nama apa?
Kesadaran, keikhlasan dan perhatian berkata secara bersama-sama:
Baiklah, sesuai dengan sifat-sifat yang kami miliki maka nama yang paling cocok dengan diri kami bertiga adalah penerimaan. Apakah dengan jawabanku ini engkau akan segera bergabung dengan diriku?
Respon:
Nanti dulu. Aku masih mempunyai satu syarat lagi. Syaratku yang satu lagi adalah bahwa agar aku mempunyai respon yang positif terhadap ilmu itu maka aku harus merasa puas terhadapnya. Aar aku merasa puas terhadapnya maka aku harus bisa berkomunikasi dengan nya. Padahal komunikasi yang aku minta adalah bahwa aku harus aktif memahaminya. Aku dengan ilmu itu harus bisa saling menterjemahkan dan diterjemahkan. Apakah engkau mampu menerima syarat-syaratku itu?
Penerimaan:
Dari sifat-sifat dan komunikasiku menterjemahkan dan diterjemahkan dengan ilmu itu, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa ilmu itu mempunyai sifat-sifat seperti apa yang engkau syaratkan. Jadi silahkan engkau bersikap seperti yang telah engkau tetapkan melalui syarat-syaratmu itu.
Respon:
Baiklah kalau begitu aku bersedia bergabung dengan dirimu wahai penerimaan.
Nilai:
Wahai penerimaan dan respon, mengapa engkau berdua telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal penerimaan dan respon positif anda berdua terhadap ilmu barumu itu,
tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Wahai nilai, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang sikapmu. Anda boleh menilai baik, juga boleh menilai negatif, tetapi juga boleh netral.
Nilai:
Baik kalau begitu. Untuk menentukan sikapku maka gantian aku ingin bertanya. Sebetulnya ada masalah apa engkau menemuiku?
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Begini. Kita berdua berkenalan dengan ilmu baru. Kita bertiga sepakat bahwa ilmu baru itu ternyata bermanfaat bagi dunia maupun akhirat. Maka kami bersepakat pula untuk membuka diri kami untuk menerima memulai mempelajari ilmu itu. Tidak hanya itu, kami juga sepakat untuk menerima dan merespon positif ilmu itu dengan syarat-syarat tambahan yang telah kami tentukan. Syarat-syarat tambahan itu antara lain bahwa kami dapat saling menterjemahkan dan diterjemahkan dengan ilmu itu. Tetapi kami berdua menyadari bahwa langkah kami itu semata-mata ditentukan oleh penilaian itu terhadap ilmu itu. Jika penilaianmu positif maka engkau adalah orang ke tujuh yang menjadi rombongan kita untuk memulai perjalanan mempelajarai ilmu ini. Bagaimanakah jawabanmu?
Nilai:
Ketahuilah bahwa aku itu terdiri dari tiga hal. Pertama aku adalah kehendakku. Kedua aku adalah referensiku. Ketiga aku adalah komitmenku. Agar aku berkehendak menilai ilmu itu, maka aku harus mempunyai referensi. Tetapi begitu aku memutuskan untuk menilai baik ilmu itu maka seketika aku berubah menjadi komitmenku. Ketiga hal tersebut itu tidak dapat aku pisahkan. Agar aku mempunyai kehendak untuk menilai maka aku harus yakin dulu bahwa ilmu itu bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Aku juga harus bisa menterjemahkan dan diterjemahkan dengan ilmu itu. Artinya aku juga bersifat aktif dan tidak hanya pasif saja. Untuk itu maka aku juga memerlukan catatan-catatanmu.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Ternyata syarat-syaratmu itu sesuai juga dengan syarat-syaratku. Dan kami berdua juga bersedia memenuhi segala syarat-syarat tambahanmu. Apakah engkau bersedia bergabung dengan diriku?
Nilai:
Nanti dulu. Aku masih mempunyai syarat tambahan. Syarat tambahanku adalah apakah engkau dan aku kira-kira mempunyai payung untuk berlindung bersama?
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Aku tidak mengerti apa maksudmu.
Nilai:
Maksudku adalah, jika aku telah menetapkan untuk menilai positif ilmu itu, apakah aku dan engkau bisa bergabung dengan satu nama saja.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Kami sebenarnya sangat toleran terhadap dirimu. Akan memberi nama apakah engkau bagi diri kita bertiga?
Nilai:
Jika engkau berdua tidak keberatan maka kita berdua melebur saja jadi satu dan kita beri nama sebagai minat.
Penerimaan dan respon bersama-sama menjawab:
Nama yang bagus. Kami setuju. Jadi?
Minat:
Jadi diriku sekarang adalah penerimaan, respon dan nilai. Tetapi tiga dalam diriku itu jika dijabarkan akan terdiri dari sembilan aspek yaitu kesadaran, sudi menerima, perhatian, sudi merespon, mau merespon, kepuasan, kehendak menilai, referensi untuk menilai dan komitmen.
Pengertian:
Wahai minat. Mengapa engkau telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal minatmu untuk mempelajari ilmu itu, tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Minat:
Wahai pengertian, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. Tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang sikapmu. Anda boleh memahami ilmu itu sesuai dengan pengertianmu.
Pengertian:
Wahai minat. Sebetulnya syaratku mudah saja. Syaratku adalah asalkan engkau memang berkehendak untuk menilainya, engkau juga mempunyai referensi untuk menilainya dan engkau juga mempunyai komitmen untuk menilainya. Maka aku dengan serta merta akan membangun pengertianku terhadap ilmumu itu.
Nilai:
Ketahuilah pengertian. Sebetulnya syarat-syaratmu itu telah terkandung di dalam diriku.
Pengertian:
Baik kalau begitu. Aku telah mengerti akan ilmumu itu. Itulah sebenar-benar ilmumu dan ilmuku.
Tetapi ketahuilah bahwa pengertianku terhadap ilmumu itu ternyata tidak tunggal. Maka aku perlu mengelola pemngertian-pengertian itu. Aku perlu menggabung-ganbungkannya. Aku perlu merangkumkannya. Katakanlah bahwa aku terdiri dari konsep-konsep dan organisasi dari konsep-konsep tentang ilmu itu. Tetapi ketahuilah agar pengertianku itu bersifat komprehensif maka aku masih mempunyai permintaan terhadap dirimu.
Nilai:
Wahai pengertian, apakah permintaan tambahanmu itu?
Pengertian:
Aku mau menindaklanjuti pengertianku asal aku dan engkau menjadi satu saja yaitu sebagai sikap.
Nilai:
Nama yang bagus. Aku setuju. lalu?
Sikap:
Inilah sebenar-benar diriku yang telah menentukan sikap positif terhadap ilmuku yang baru ini. Maka sebenar-benar diriku adalah terdiri dari nilai dan pengertian.
Karakter:
Wahai sikap. Engkau telah berbuat lancang telah mendeklarasikan sikap positifmu terhadap ilmu barumu itu, tanpa terlebih dulu meminta ijin kepadaku.
Sikap:
Wahai karakter, sebetulnya engkau itu merdeka terhadap diri kami. Apapun keadaan kami, maka terserahlah dirimu. Anda boleh ada juga boleh tidak ada di situ. Tetapi jika anda ada disitu maka anda juga boleh menentukan sembarang karaktermu. Tetapi jika engkau telah
menampakkan karaktermu itu, maka karaktermu itu harus sesuai dengan diriku. Maka tinggal pilihlah engkau itu.
Karakter:
Sebetulnya jarak antara diriku dengan dirimu sangatlah dekat. Maka aku telah melakukan kesimpulan umum. Dan dari kesimpulan umum tentang pengertianmu maka aku mulai mempunyai ciri khas keilmuan barumu itu. Lebih dari itu aku bahkan kelihatan menonjol dalam dirimu. Ilmumu itu juga semakin tampak dalam karakterku. Tidak terasa aku telah mulai berubah dikarenakan ilmu baruku ini. Perubahan diriku itulah yang kemudian aku sebut sebagai karakterisasi. Aku bersyukur telah mampu mempelajari ilmu baru sehingga telah memberikan aku karakter sesuai dengan ciri keilmuan baruku itu. Bahkan aku mulai merasakan bahwa karakterku itu mempengaruhi kata-kata, ucapan, gerak, pikiran, kegiatan bahkan hatiku. Ternyata dengan karakterku yang baru ini aku tetap terjaga oleh hatiku. Amien.
Thursday, March 26, 2009
Elegi Menggapai Inovasi Pendidikan
Oleh Marsigit
(Ide di ambil dari P. Ernest, dalam The Philosophy of Mathematics Education)
Masa Depan:
Wahai para inovasi, aku diutus oleh para masa depan untuk menemuimu semua. Para masa depan benar-benar sangat merindukanmu, karena engkau pulalah yang diharapkan dapat menjadi subyek-subyek bagi masa depan. Untuk itu aku akan mewawancaraimu satu persatu bagaimana keadaan, pikiran, hati, kemampuan dan persiapanmua menyongsong masa depanmu.
Masa Depan:
Wahai inovasi1, apakah yang engkau ketahui tentang tujuan pendidikan dan bagaimana sebenar-benar tujuan dari pendidikanmu untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi1:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam tujuan pendidikan. Pertama, pendidikan hanya bertujuan agar para siswa mampu membaca, menulis dan berhitung. Itulah sebenar-benar gerakan back to basic. Kedua, pendidikan hanya bertujuan memberikan ijazah atau sertifikat tanda lulus bagi siswa-siswanya. Ketiga, pendidikan bertujuan untuk memindahkan ilmu-ilmunya para guru kepada murid-muridnya. Itulah sebenar-benar transfer of knowledge. Keempat, pendidikan bertujuan mengembangkan kreativitas siswa-siswanya. Dan kelima, pendidikan bertujuan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara utuh dan berkelanjutan. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada tujuan keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi2, apakah yang engkau ketahui tentang teori belajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori belajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi2:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori belajar. Pertama, belajar adalah kerja keras, latihan, dan menghapal. Kedua, belajar adalah berpikir dan latihan. Ketiga, belajar adalah memahami dan dapat menerapkan. Keempat, belajar adalah melakukan penelitian. Kelima, belajar adalah percaya diri, bekerjasama, dan instrospeksi. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi3, apakah yang engkau ketahui tentang teori mengajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori mengajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi3:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori mengajar. Pertama, mengajar adalah mengalirkan ilmu-ilmunya guru kepada siswa-siswanya. Itulah sebenar-benar trasfer of knowledge. Kedua, mengajar adalah memberi motivasi kepada siswa. Itulah sebenar-benar external motivation. Ketiga, mengajar adalah ceramah dan menerangkan. Itulah sebenar-benar ekspositori. Keempat, mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mampu menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan gurunya. Itulah sebenar-benar constructivis. Kelima, mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya agar para siswa mampu melakukan kegiatan diskusi dan melakukan kegiatan penelitian. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi4, apakah yang engkau ketahui tentang teori sumber belajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori sumber belajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi4:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori tentang sumber belajar. Pertama, sumber belajar adalah papan tulis dan kapur atau spidol, titik. Kedua, sumber belajar adalah alat peraga pembelajaran. Ketiga, sumber belajar adalah alat bantu pembelajaran. Keempat, sumber belajar adalah lingkungan alam, termasuk alat peraga dan alat bantu. Kelima, sumber belajar adalah lingkungan dan masyarakat dengan segenap isinya. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi5, apakah yang engkau ketahui tentang teori evaluasi belajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori evaluasi belajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi5:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori tentang evaluasi belajar. Pertama, evaluasi belajar dilakukan oleh pihak luar. Kedua, evaluasi belajar dilakukan oleh pihak luar. Ketiga, evaluasi belajar dilakukan oleh pihak luar. Kesatu, kedua, ketiga itulah sebenar-benar external evaluation. Keempat, evaluasi belajar adalah portfolio dan assessment. Kelima, evaluasi belajar adalah portfolio dan konteks belajar. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi6, apakah yang engkau ketahui tentang teori teori kurikulum dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori kurikulum untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi6:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori tentang kurikulum. Pertama, kurikulum adalah untuk kesatuan. Dia digunakan untuk menjadi satu. Semuanya haruslah satu. Dari sabang sampai meroke adalah satu. Itulah sebenar-benar monokultur. Kedua, kurikulum adalah daerah. daerah itulah yang terpenting. Itulah sebenar-benar desentralisasi absolut. Ketiga, kurikulum adalah kompetensi. Maka kurikulum itu harus menetapkan kompetensi. Itulah sebenar-benar competent-based curriculum. Keempat, kurikulum adalah kebutuhan. Maka kurikulum harus melayani kebutuhan subyek didik. Kelima, kurikulum adalah bermacam-macam. Maka kurikulum harus dapat melayani bermacam-macam warga dan masyarakat. Itulah sebenar-benar heterogonomus. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi7, apakah yang engkau ketahui tentang ideologi pendidikan dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang ideologi pendidikan untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi7:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam ideologi pendidikan. Pertama, pendidikan adalah industrialisasi. Maka segenap siswa akan diarahkan untuk menuju industrialisasi negara beserta segenap aspeknya. Kedua, pendidikan adalah untuk melestarikan nilai-nilai lama. Itulah sebenar-benar konservatif. Ketiga, pendidikan hanyalah dari manusia dan untuk manusia. Itulah sebenar-benar humanisme. Keempat, pendidikan adalah untuk memerdekakan diri. Kelima, pendidikan adalah demokrasi. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada ideologi keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa depan:
Wahai inovasi8, apakah yang engkau ketahui tentang hakekat ilmu dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang hakekat ilmu untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi8:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam hakekat ilmu. Pertama, ilmu adalah bentuk. Kedua, ilmu adalah kebenaran. Ketiga, ilmu adalah struktur kebenaran. Keempat, ilmu adalah proses berpikir. Kelima, ilmu adalah kegiatan social. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada hakekat ilmu keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa depan:
Wahai inovasi9, apakah yang engkau ketahui tentang nilai moral dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang nilai moral untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi9:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam nilai moral. Pertama, nilai moral hanyalah tentang baik dan buruk. Kedua, nilai moral itu adalah asas manfaat. Ketiga, nilai moral adalah strata masyarakat. Keempat, nilai moral itu adalah hak azasi manusia. Kelima, nilai moral itu adalah keadilan dan kemerdekaan. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada semuanya. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi10, apakah yang engkau ketahui tentang hakekat siswa dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang hakekat siswa untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi10:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam hakekat siswa. Pertama, siswa itu ibarat tong kosong. Itulah sebenar-benar yang harus kita isi. Kedua, siswa itu ibarat tong kosong. Itulah sebenar-benar yang harus kita isi. Ketiga, siswa adalah karakter building. Itulah yang harus kita bentuk. Keempat, siswa adalah kebutuhannya. Itulah yang harus kita penuhi. Kelima, siswa adalah perkembangannya. Itulah yang harus kita jamin. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan hakekat yang keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
(Ide di ambil dari P. Ernest, dalam The Philosophy of Mathematics Education)
Masa Depan:
Wahai para inovasi, aku diutus oleh para masa depan untuk menemuimu semua. Para masa depan benar-benar sangat merindukanmu, karena engkau pulalah yang diharapkan dapat menjadi subyek-subyek bagi masa depan. Untuk itu aku akan mewawancaraimu satu persatu bagaimana keadaan, pikiran, hati, kemampuan dan persiapanmua menyongsong masa depanmu.
Masa Depan:
Wahai inovasi1, apakah yang engkau ketahui tentang tujuan pendidikan dan bagaimana sebenar-benar tujuan dari pendidikanmu untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi1:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam tujuan pendidikan. Pertama, pendidikan hanya bertujuan agar para siswa mampu membaca, menulis dan berhitung. Itulah sebenar-benar gerakan back to basic. Kedua, pendidikan hanya bertujuan memberikan ijazah atau sertifikat tanda lulus bagi siswa-siswanya. Ketiga, pendidikan bertujuan untuk memindahkan ilmu-ilmunya para guru kepada murid-muridnya. Itulah sebenar-benar transfer of knowledge. Keempat, pendidikan bertujuan mengembangkan kreativitas siswa-siswanya. Dan kelima, pendidikan bertujuan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara utuh dan berkelanjutan. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada tujuan keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi2, apakah yang engkau ketahui tentang teori belajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori belajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi2:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori belajar. Pertama, belajar adalah kerja keras, latihan, dan menghapal. Kedua, belajar adalah berpikir dan latihan. Ketiga, belajar adalah memahami dan dapat menerapkan. Keempat, belajar adalah melakukan penelitian. Kelima, belajar adalah percaya diri, bekerjasama, dan instrospeksi. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi3, apakah yang engkau ketahui tentang teori mengajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori mengajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi3:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori mengajar. Pertama, mengajar adalah mengalirkan ilmu-ilmunya guru kepada siswa-siswanya. Itulah sebenar-benar trasfer of knowledge. Kedua, mengajar adalah memberi motivasi kepada siswa. Itulah sebenar-benar external motivation. Ketiga, mengajar adalah ceramah dan menerangkan. Itulah sebenar-benar ekspositori. Keempat, mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mampu menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan gurunya. Itulah sebenar-benar constructivis. Kelima, mengajar adalah memberi kesempatan seluas-luasnya agar para siswa mampu melakukan kegiatan diskusi dan melakukan kegiatan penelitian. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi4, apakah yang engkau ketahui tentang teori sumber belajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori sumber belajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi4:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori tentang sumber belajar. Pertama, sumber belajar adalah papan tulis dan kapur atau spidol, titik. Kedua, sumber belajar adalah alat peraga pembelajaran. Ketiga, sumber belajar adalah alat bantu pembelajaran. Keempat, sumber belajar adalah lingkungan alam, termasuk alat peraga dan alat bantu. Kelima, sumber belajar adalah lingkungan dan masyarakat dengan segenap isinya. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi5, apakah yang engkau ketahui tentang teori evaluasi belajar dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori evaluasi belajar untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi5:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori tentang evaluasi belajar. Pertama, evaluasi belajar dilakukan oleh pihak luar. Kedua, evaluasi belajar dilakukan oleh pihak luar. Ketiga, evaluasi belajar dilakukan oleh pihak luar. Kesatu, kedua, ketiga itulah sebenar-benar external evaluation. Keempat, evaluasi belajar adalah portfolio dan assessment. Kelima, evaluasi belajar adalah portfolio dan konteks belajar. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi6, apakah yang engkau ketahui tentang teori teori kurikulum dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang teori kurikulum untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi6:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam teori tentang kurikulum. Pertama, kurikulum adalah untuk kesatuan. Dia digunakan untuk menjadi satu. Semuanya haruslah satu. Dari sabang sampai meroke adalah satu. Itulah sebenar-benar monokultur. Kedua, kurikulum adalah daerah. daerah itulah yang terpenting. Itulah sebenar-benar desentralisasi absolut. Ketiga, kurikulum adalah kompetensi. Maka kurikulum itu harus menetapkan kompetensi. Itulah sebenar-benar competent-based curriculum. Keempat, kurikulum adalah kebutuhan. Maka kurikulum harus melayani kebutuhan subyek didik. Kelima, kurikulum adalah bermacam-macam. Maka kurikulum harus dapat melayani bermacam-macam warga dan masyarakat. Itulah sebenar-benar heterogonomus. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada teori keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi7, apakah yang engkau ketahui tentang ideologi pendidikan dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang ideologi pendidikan untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi7:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam ideologi pendidikan. Pertama, pendidikan adalah industrialisasi. Maka segenap siswa akan diarahkan untuk menuju industrialisasi negara beserta segenap aspeknya. Kedua, pendidikan adalah untuk melestarikan nilai-nilai lama. Itulah sebenar-benar konservatif. Ketiga, pendidikan hanyalah dari manusia dan untuk manusia. Itulah sebenar-benar humanisme. Keempat, pendidikan adalah untuk memerdekakan diri. Kelima, pendidikan adalah demokrasi. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada ideologi keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa depan:
Wahai inovasi8, apakah yang engkau ketahui tentang hakekat ilmu dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang hakekat ilmu untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi8:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam hakekat ilmu. Pertama, ilmu adalah bentuk. Kedua, ilmu adalah kebenaran. Ketiga, ilmu adalah struktur kebenaran. Keempat, ilmu adalah proses berpikir. Kelima, ilmu adalah kegiatan social. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada hakekat ilmu keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa depan:
Wahai inovasi9, apakah yang engkau ketahui tentang nilai moral dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang nilai moral untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi9:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam nilai moral. Pertama, nilai moral hanyalah tentang baik dan buruk. Kedua, nilai moral itu adalah asas manfaat. Ketiga, nilai moral adalah strata masyarakat. Keempat, nilai moral itu adalah hak azasi manusia. Kelima, nilai moral itu adalah keadilan dan kemerdekaan. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan pilihanku pada semuanya. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Masa Depan:
Wahai inovasi10, apakah yang engkau ketahui tentang hakekat siswa dan bagaimana sebenar-benar pendapatmu tentang hakekat siswa untuk menyongsong masa depanmu?
Inovasi10:
Wahai masa depan. Setidaknya aku dapat menyebut lima macam hakekat siswa. Pertama, siswa itu ibarat tong kosong. Itulah sebenar-benar yang harus kita isi. Kedua, siswa itu ibarat tong kosong. Itulah sebenar-benar yang harus kita isi. Ketiga, siswa adalah karakter building. Itulah yang harus kita bentuk. Keempat, siswa adalah kebutuhannya. Itulah yang harus kita penuhi. Kelima, siswa adalah perkembangannya. Itulah yang harus kita jamin. Untuk menyongsong masa depanku, maka sebenar-benar aku telah menetapkan hakekat yang keempat dan kelima. Itulah sebenar-benar inovasiku.
Tuesday, March 24, 2009
Elegi Menggapai Pengetahuan Obyektif
Oleh Marsigit
Subyek1:
Wahai pengetahuansatu dimanakah engkau sekarang?
Pengetahuansatu:
Aku sekarang berada di dalam dirimu. Aku di dalam pikiranmu. Aku telah menjadi persepsimu. Aku telah menjadi imajinasimu. Aku telah menjadi analisismu. Aku telah menjadi tesismu. Aku telah menjadi
pendapatmu. Aku telah menjadi kesimpulanmu. Aku telah menjadi metodemu. Aku telah menjadi hak ciptamu. Itulah keadaanku sekarang, yaitu aku telah menjadi subyektifmu. Aku adalah dirimu yang subyektif, yaitu aku yang menurut ukuranmu sendiri.
Subyek1:
Tetapi mengapa engkau tampak gelisah.
Pengetahuansatu:
Aku mulai gelisah karena sedang memikirkanmu. Aku merasa tidak baik jika terus menerus tetap tinggal di dalam dirimu. Aku merasa iba terhadapmu jika nama baikmu tercemar gara-gara aku terlalu lama tinggal di dalam pikiranmu.
Subyek1:
Kemudian apa maumu.
Pengetahuansatu:
Aku ingin keluar dari dirimu. Aku ingin keluar dari dalam pikiranmu. Aku ingin mengadakan pameran. Dengan aku mengadakan pameran maka aku berharap banyak orang-orang akan mengetahui tentang diriku. Jika orang-orang banyak, mengetahui tentang diriku, maka mereka juga akan mengetahui tentang dirimu. Maka ijinkanlah aku mengadakan pameran, dan aku berjanji akan kembali masuk ke dalam dirimu, ketika sudah sampai saatnya.
Subyek1:
Baiklah kalau begitu, aku ijinkan engkau keluar dari dalam diriku dan silahkan mengadakan pameran.
Pengetahuansatu:
Terimakasih subyek1ku. Wahai orang banyak, aku berasal dari subyek1ku. Aku telah lama di dalam pikiran subyek1ku. Aku telah lama menjadi persepsi subyek1ku. Aku telah lama menjadi imajinasi subyek1ku. Aku telah lama menjadi analisis subyek1ku. Aku telah lama menjadi tesis subyek1ku. Aku telah lama menjadi pendapat subyek1ku. Aku telah lama menjadi kesimpulan subyek1ku. Aku telah lama menjadi metode subyek1ku. Aku telah lama menjadi hak cipta subyek1ku. Itulah keadaanku masa lalu, yaitu aku telah menjadi subyek1tif dari subyek1ku. Aku sekarang sudah berada di luar subyek1ku, yaitu aku telah bersiap untuk tidak menjadi ukuran dari subyek1ku sendiri. Aku siap mengadakan pameran. Maka silahkan engkau semuanya melihat diriku. Silahkan engkau semuanya meneliti diriku. Silahkan engkau semuanya mengoreksi diriku secara terbuka. Silahkan engkau semuanya menganalisis diriku. Silahkan engkau semuanya menilai diriku. Silahkan engkau semuanya memperbaikiku.
Subyek2:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
Subyek3:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
..
Subyekn:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
Pengetahuansatu:
Waduh, bagaimanakah nasibku ini? Padahal selama ini aku telah menjadi kebanggaan subyek1. Aku telah menjadi pedoman subyek1. Aku telah lama menjadi anak emas dari subyek1. Padahal sekarang aku tahu sebenar-benar diriku tidaklah sesuai dengan pandangan orang-orang. Aku hanya benar sesuai subyektifitas subyek1. Padahal aku ternyata salah bagi subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn. Wahai para subyek semuanya, kecuali subyek1, aku minta tolonglah kepadamu. Bagaimana caranya agar aku juga benar bagi engkau semuanya.
Subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn bersama-sama menjawab:
Wahai pengetahuansatu, sungguh berat caranya. Sungguh panjang perjalanannya. Jika engkau menginginkan agar engkau juga benar bagi kita semua, termasuk benar bagi subyek1, maka subyek1 harus bersedia memperbaiki banyak hal.
Subyek1 harus memperbaiki persepsinya.
Subyek1 harus memperbaiki analisinya.
Subyek1 harus memperbaiki tesisnya.
Subyek1 harus memperbaiki pendapatnya.
Subyek1 harus memperbaiki metodenya.
Subyek1 harus memperbaiki kesimpulannya.
Subyek1:
Wahai subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn , terimakasih atas saran dan koreksimu. Aku dengan ikhlas telah menerima semua saran dan perbaikanmu.
Aku akan memperbaikki persepsiku.
Aku akan memperbaikki analisisku.
Aku akan memperbaikki tesisku.
Aku akan memperbaikki pendapatku.
Aku akan memperbaikki metodeku.
Aku akan memperbaikki kesimpulanku.
Maka inilah persepsiku yang baru. Inilah analisisku yang baru. Inilah pendapatku yang baru. Inilah metodeku yang baru. Inilah kesimpulanku yang baru.
Pengetahuansatu:
Wahai subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn , kelihatannya subyek1 tidak lagi mengakuiku. Lalu bagaimana nasibku?
Subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn bersama-sama menjawab:
Wahai pengetahuansatu, itulah sebenar-benar nasibmu. Engkau telah berubah menjadi pengetahuan obyektif. Maka namamu juga telah berubah. Jika engkau tidak keberatan maka engkau akan aku sebut sebagai pengetahuandua.
Pengetahuandua:
Wahai subyek1, subyek2, subyek3, subyek4...subyekn, terimakasih aku ucapkan, karena aku telah engkau angkat menjadi pengetahuan obyektifmu. Tetapi aku merasa malu jika aku engkau angkat begitu saja tanpa engkau uji kehandalanku. ku juga merasa malu kepada pengetahuansatu, karena walaupun pengetahuansatu bersifat subyektif dan serba salah, tetapi berani mengadakan pameran. Maka aku bersedia menjadi pengetahuan obyektifmu semua dengan syarat aku diperbolehkan presentasi di seminar dan bergaul dengan orang-orang. Hal demikian juga aku maksudkan agar subyek1 bisa secara ikhlah menerimaku kembali dengan demikian aku berharap nantinya juga bisa menjadi pengetahuan subyektif dari subyek1.
Seminar dan pergaulan:
Wahai para hadirin semuanya, marilah kita bersama menguji pandatang baru kita ini, yaitu pengetahuandua, dan mengadakan diskusi dan pergaulan. Setelah kita berdiskusi, bergaul maka seminar ini mengambil kesimpulan bahwa ternyata:
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah persepsi yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah analisi yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah tesis yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah pendapat yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah metode yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah kesimpulan yang benar.
Pengetahuan2:
Wahai semuanya, aku terharu mendengar semua kesaksianmu. Aku telah engkau angkat menjadi pengetahuan obyektif bagi semuanya. Bahkan aku telah divalidasi dalam seminar dan melalui pergaulanpergaulan. Aku merasa netral dan tidak berpihak. Aku adalah benar bagi semuanya tanpa kecuali. Inilah sebenar-benar diriku. Aku adalah pengetahun obyektifmu semuanya.
Pengetahuan2 bertanya kepada subyek1:
Wahai subyek1, bagaimanakah menurut pendapatmu. Bagaimanakah kondisiku. Apakah engkau bersedia menerima diriku untuk menjadi pengetahuan subyektifmu sekaligis pengetahuan obyektifmu?
Subyek1:
Aku merasa terharu melihat betapa jauh pengembaraanmu. Engkau bahkan telah merubah wajah dan isimu demi menggapai kebenaran obyektif. Aku merasa sangat bersyukur, bahwasanya aku telah diberikan rakhmat dan hidayah Nya. Maka dengan serta merta aku dengan tangan terbuka dan dengan hati ikhlas, aku bersedia menerimamu kembali. Dengan ini engkau telah menjadi pengetahuanku baik secara obyektif maupun subyektif.
Orang tua berambut putih:
Dari berbagai pertanyaanmu itu sebetulnya aku telah hadir di sisimu. Aku telah menyaksikan bagaimana subyek1 sebenar-benar belajar. Itulah usahamu menggapai pengetahuan. Amien.
Subyek1:
Wahai pengetahuansatu dimanakah engkau sekarang?
Pengetahuansatu:
Aku sekarang berada di dalam dirimu. Aku di dalam pikiranmu. Aku telah menjadi persepsimu. Aku telah menjadi imajinasimu. Aku telah menjadi analisismu. Aku telah menjadi tesismu. Aku telah menjadi
pendapatmu. Aku telah menjadi kesimpulanmu. Aku telah menjadi metodemu. Aku telah menjadi hak ciptamu. Itulah keadaanku sekarang, yaitu aku telah menjadi subyektifmu. Aku adalah dirimu yang subyektif, yaitu aku yang menurut ukuranmu sendiri.
Subyek1:
Tetapi mengapa engkau tampak gelisah.
Pengetahuansatu:
Aku mulai gelisah karena sedang memikirkanmu. Aku merasa tidak baik jika terus menerus tetap tinggal di dalam dirimu. Aku merasa iba terhadapmu jika nama baikmu tercemar gara-gara aku terlalu lama tinggal di dalam pikiranmu.
Subyek1:
Kemudian apa maumu.
Pengetahuansatu:
Aku ingin keluar dari dirimu. Aku ingin keluar dari dalam pikiranmu. Aku ingin mengadakan pameran. Dengan aku mengadakan pameran maka aku berharap banyak orang-orang akan mengetahui tentang diriku. Jika orang-orang banyak, mengetahui tentang diriku, maka mereka juga akan mengetahui tentang dirimu. Maka ijinkanlah aku mengadakan pameran, dan aku berjanji akan kembali masuk ke dalam dirimu, ketika sudah sampai saatnya.
Subyek1:
Baiklah kalau begitu, aku ijinkan engkau keluar dari dalam diriku dan silahkan mengadakan pameran.
Pengetahuansatu:
Terimakasih subyek1ku. Wahai orang banyak, aku berasal dari subyek1ku. Aku telah lama di dalam pikiran subyek1ku. Aku telah lama menjadi persepsi subyek1ku. Aku telah lama menjadi imajinasi subyek1ku. Aku telah lama menjadi analisis subyek1ku. Aku telah lama menjadi tesis subyek1ku. Aku telah lama menjadi pendapat subyek1ku. Aku telah lama menjadi kesimpulan subyek1ku. Aku telah lama menjadi metode subyek1ku. Aku telah lama menjadi hak cipta subyek1ku. Itulah keadaanku masa lalu, yaitu aku telah menjadi subyek1tif dari subyek1ku. Aku sekarang sudah berada di luar subyek1ku, yaitu aku telah bersiap untuk tidak menjadi ukuran dari subyek1ku sendiri. Aku siap mengadakan pameran. Maka silahkan engkau semuanya melihat diriku. Silahkan engkau semuanya meneliti diriku. Silahkan engkau semuanya mengoreksi diriku secara terbuka. Silahkan engkau semuanya menganalisis diriku. Silahkan engkau semuanya menilai diriku. Silahkan engkau semuanya memperbaikiku.
Subyek2:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
Subyek3:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
..
Subyekn:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
Pengetahuansatu:
Waduh, bagaimanakah nasibku ini? Padahal selama ini aku telah menjadi kebanggaan subyek1. Aku telah menjadi pedoman subyek1. Aku telah lama menjadi anak emas dari subyek1. Padahal sekarang aku tahu sebenar-benar diriku tidaklah sesuai dengan pandangan orang-orang. Aku hanya benar sesuai subyektifitas subyek1. Padahal aku ternyata salah bagi subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn. Wahai para subyek semuanya, kecuali subyek1, aku minta tolonglah kepadamu. Bagaimana caranya agar aku juga benar bagi engkau semuanya.
Subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn bersama-sama menjawab:
Wahai pengetahuansatu, sungguh berat caranya. Sungguh panjang perjalanannya. Jika engkau menginginkan agar engkau juga benar bagi kita semua, termasuk benar bagi subyek1, maka subyek1 harus bersedia memperbaiki banyak hal.
Subyek1 harus memperbaiki persepsinya.
Subyek1 harus memperbaiki analisinya.
Subyek1 harus memperbaiki tesisnya.
Subyek1 harus memperbaiki pendapatnya.
Subyek1 harus memperbaiki metodenya.
Subyek1 harus memperbaiki kesimpulannya.
Subyek1:
Wahai subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn , terimakasih atas saran dan koreksimu. Aku dengan ikhlas telah menerima semua saran dan perbaikanmu.
Aku akan memperbaikki persepsiku.
Aku akan memperbaikki analisisku.
Aku akan memperbaikki tesisku.
Aku akan memperbaikki pendapatku.
Aku akan memperbaikki metodeku.
Aku akan memperbaikki kesimpulanku.
Maka inilah persepsiku yang baru. Inilah analisisku yang baru. Inilah pendapatku yang baru. Inilah metodeku yang baru. Inilah kesimpulanku yang baru.
Pengetahuansatu:
Wahai subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn , kelihatannya subyek1 tidak lagi mengakuiku. Lalu bagaimana nasibku?
Subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn bersama-sama menjawab:
Wahai pengetahuansatu, itulah sebenar-benar nasibmu. Engkau telah berubah menjadi pengetahuan obyektif. Maka namamu juga telah berubah. Jika engkau tidak keberatan maka engkau akan aku sebut sebagai pengetahuandua.
Pengetahuandua:
Wahai subyek1, subyek2, subyek3, subyek4...subyekn, terimakasih aku ucapkan, karena aku telah engkau angkat menjadi pengetahuan obyektifmu. Tetapi aku merasa malu jika aku engkau angkat begitu saja tanpa engkau uji kehandalanku. ku juga merasa malu kepada pengetahuansatu, karena walaupun pengetahuansatu bersifat subyektif dan serba salah, tetapi berani mengadakan pameran. Maka aku bersedia menjadi pengetahuan obyektifmu semua dengan syarat aku diperbolehkan presentasi di seminar dan bergaul dengan orang-orang. Hal demikian juga aku maksudkan agar subyek1 bisa secara ikhlah menerimaku kembali dengan demikian aku berharap nantinya juga bisa menjadi pengetahuan subyektif dari subyek1.
Seminar dan pergaulan:
Wahai para hadirin semuanya, marilah kita bersama menguji pandatang baru kita ini, yaitu pengetahuandua, dan mengadakan diskusi dan pergaulan. Setelah kita berdiskusi, bergaul maka seminar ini mengambil kesimpulan bahwa ternyata:
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah persepsi yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah analisi yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah tesis yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah pendapat yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah metode yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah kesimpulan yang benar.
Pengetahuan2:
Wahai semuanya, aku terharu mendengar semua kesaksianmu. Aku telah engkau angkat menjadi pengetahuan obyektif bagi semuanya. Bahkan aku telah divalidasi dalam seminar dan melalui pergaulanpergaulan. Aku merasa netral dan tidak berpihak. Aku adalah benar bagi semuanya tanpa kecuali. Inilah sebenar-benar diriku. Aku adalah pengetahun obyektifmu semuanya.
Pengetahuan2 bertanya kepada subyek1:
Wahai subyek1, bagaimanakah menurut pendapatmu. Bagaimanakah kondisiku. Apakah engkau bersedia menerima diriku untuk menjadi pengetahuan subyektifmu sekaligis pengetahuan obyektifmu?
Subyek1:
Aku merasa terharu melihat betapa jauh pengembaraanmu. Engkau bahkan telah merubah wajah dan isimu demi menggapai kebenaran obyektif. Aku merasa sangat bersyukur, bahwasanya aku telah diberikan rakhmat dan hidayah Nya. Maka dengan serta merta aku dengan tangan terbuka dan dengan hati ikhlas, aku bersedia menerimamu kembali. Dengan ini engkau telah menjadi pengetahuanku baik secara obyektif maupun subyektif.
Orang tua berambut putih:
Dari berbagai pertanyaanmu itu sebetulnya aku telah hadir di sisimu. Aku telah menyaksikan bagaimana subyek1 sebenar-benar belajar. Itulah usahamu menggapai pengetahuan. Amien.
Sunday, March 22, 2009
Elegi Menggapai Belajar dan Mengajar
Oleh Marsigit
Guru:
Wahai murid1, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid1:
Aku menginginkan pelajaranmu itu menyenangkan. Aku juga menginginkan agar pelajaranmu itu dapat memberi semangat kepadaku. Aku juga ingin teman-temanku semua menyenangi pelajaran mu itu. Aku juga ingin pelajaranmu itu bermanfaat bagiku. Aku juga ingin bahwa pelajaranmu itu ada yang mudah, ada yang sedang dan kalau bisa jangan terlalu sukar. Dalam mengikuti pelajaranmu, aku harap engkau juga menghargai pengetahuan lamaku. Aku ingin juga bahwa pelajaranmu juga mempunyai nilai-nilai etik, estetika dan nilai religius. Aku mohon agar aku diberi kesempatan untuk berdoa sebelum pelajaranmu dimulai. Aku ingin agar persoalanku sehari-hari dapat digunakan dalam belajar. Ketahuilah wahai guruku bahwa rasa senang itu juga milikku, walaupun engkau juga berhak mempunyai rasa senang. Tetapi menurutku, rasa senang itu tidaklah engkau berikan kepadaku, melainkan harus muncul dari dalam diriku sendiri. Oleh karena itu maka janganlah selalu engkau merasa dapat memberikan rasa senang atau motivasi kepadaku. Tetapi aku harap agar pelajaranmu itu engkau persiapakn sebaik-baiknya agar aku dapat melakukan berbagai aktivitas. Aku juga memohon agar engkau bersikap adil, tidak pilih kasih. Menurutku, belajar itu adalah hak dari setiap murid-muridmu ini. Maka janganlah engkau hanya berbicara kepada seseorang saja, tetapi juga berbicara dengan yang lainnya. Aku juga memohon agar engkau tidak bersikap otoriter. Tetapi aku mohon agar engkau dapat bersikap demokratis. Oleh karena itu, aku mohon agar engkau jangan terlalu banyak bicara apalagi terkesan mengguruiku atau teman-temanku ini. Karena jika engkau terlalu banyak bercerita dan mengguruiku maka sebenar-benar diriku merasa tersinggung. Aku juga mohon agar engkau tidak hanya bercerita, tetapi hendaknya memberikanku kesempatan untuk beraktivitas. Aku ingin agar engkau guruku, dapat membuat atau menyiapkan LKS agar aku bisa berlatih di situ, sekaligus aku akan mempunyai catatan dan informasi-informasi. Aku mohon juga agar engkau jangan menilai aku hanya dari test saja, tetapi tolonglah agar penilaianmu terhadap diriku itu bersifat komprehensif, lengkap meliputi proses kegiatanku dan juga hasil-hasilku. Aku juga menginginkan dapat menampilkan karya-karyaku. Wahai guruku, ketahuilah bahwa aku juga ingin menunjukkan kepada teman-temanku bahwa aku juga dapat menarik kesimpulan dari tugas-tugasmu. Ketahuilah wahai guruku bahwa kesimpulan-kesimpulan dari tugas-tugasmu itu sebenarnya adalah milikku. Aku juga mohon agar engkau menggunakan berbagai variasi metode mengajar, variasi penilaian, variasi pemanfaatan sumber belajar. Aku juga menginginkan agar engkau mampu menggunakan teknologi canggih seperti website dalam pembelajaranmu. Aku juga menginginkan agar engkau dapat menasehatiku bagaiman bersikap dan berperilaku sebagai siswamu agar aku dapat meraih cita-citaku. Aku ingin engkau menunjukkiku di mana sumber-sumber belajar yang baik. Aku juga akan merasa bangga jika engkau sebagai guruku mampu membuat modulmodul pembelajaran, apalagi jika engkau dapat pula membuat buku-buku teks pelajaran untukku. Aku juga menginginkan engkau dapat memberi kesempatan kepadaku untuk memperoleh keterampilanku. Aku ingin agar ilmuku bermanfaat tidak hanya untuk diriku tetapi juga untuk orang lain. Syukur-syukur jika engkau dapat membimbingku agar aku memperoleh prestasi secara nasional atau internasional. Aku juga menginginkan masih tetap bisa berkonsultasi dengan mu di luar jam pelajaran.
Guru:
Wahai murid2, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid2:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah wahai guruku, bahwa diriku itu adalah diriku. Tiadalah seseorang di muka bumi ini selain diriku sama dengan diriku. Oleh karena itu dalam pelajaranmu nanti aku berharap agar engkau dapat mengenalku dan mengerti siapa diriku. Tetapi aku juga mengetahui bahwa diriku yang lain juga saling berbeda satu dengan yang lain. Maka sesungguh-sungguhnya dirimu sebagai guru akan menghadapi murid-muridmu sebanyak empat puluh ini, juga sebanyak empat puluh macam yang berbeda-beda. Oleh karena itu aku memohon agar engkau jangan menggunakan metode tunggal dalam mengajarmu. Menurutku, untuk melayani sebanyak empat puluh siswa-siswa yang berbeda-beda ini, maka tidaklah bisa kalau engkau hanya menggunakan metode mengajar tradisional. Ketahuilah wahai guruku, menurut bacaanku metode tradisional adalah metode ceramah. Di dalam metode tradisional, biasanya guru setelah menerangkan, guru kemudian membuat contoh, setelah itu kemudian guru memberi tugas, setelah itu kemudian guru memberi PR. Hal demikian diulang-ulang sepanjang mengajarnya. Menurut bacaanku, maka untuk dapat melayani diriku yuang beraneka ragam ini, engkau perlu mengembangkan RPP yang flesibel, perlu membuat LKS dan yang penting lagi adalah engkau sebagai guruku harus percaya bahwa aku mampu belajar. Mungkin engkau perlu membuat bermacam-macam LKS sesuai dengan banyaknya persoalan atau banyaknya kelompok belajar. Itulah yang aku ketahui bahwa engkau harus lebih berpihak kepada kami. Keberpihakan engkau kepada kami itulah yang disebut sebagai student center. Maka jikalau engkau mempunyai alat peraga, maka biarkan aku dapat menggunakannya dan jangan hanya engkau taruh di depan saja.
Guru:
Wahai murid3, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid3:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1 dan murid2. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah bahwa disamping sebagai makhluk individu saya juga sebagai makhluk sosial. Aku tidak dapat hidup menyendiri. Aku belajar dari teman-temanku. Aka sangat menikmati pergaulanku. Aku bahkan dapat belajar lebih efektif jika belajar bersama-sama dengan teman-temanku. Oleh karena itu wahai guruku, maka dalam pelajaranmu nanti berikan kami kesempatan untk belajar bersama-sama. Terserahlah engkau, apakah aku akan belajar berpasang-pasangan berdua-berdua, atau akan belajar dalam kelompok belajar. Terserang engkau pula bagaimana dan dengan siapa aku bekerja dan diskusi dalam kelompok. Oleh karena itu aku memohon agar metode mengajarmu dapat memberikan aku dapat belajar dalam kelompok. Aku juga mohon agar engkau membuat LKS. Menurut bacaanku ternyata belajar kelompok itu sangat banyak variasinya. Ada jigsaw, ada STAD. Maka aku selalau bersemangat jika guruku menggunakan metode kooperatif learning. Aku juga mohon agar engkau memberikan kesempatan kepada diriku untuk membangun konsepku dan pengertianku sendiri. Ketahuilah wahai guruku, bahwa temuanku itu sebenar-benarnya akan bersifat lebih awet dan langgeng dari pada hal demikian hanya sekedar pemberianmu. Oleh karena itu aku selalu bersemangat jika engkau menggunakan pendekatan konstructivis.
Guru:
Wahai murid4, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid4:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1 dan murid2 dan murid3. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah wahai guruku. Aku adalah muridmu yang hidup di masyarakat. Aku berasal dari keluargaku. Aku mempunyai pengalaman dengan lingkunganku. Aku mempunyai pengalaman pergi jauh. Sebenar-benar ilmu bagiku adalah jika hal tersebut sesuai dengan pengalamanku. Aku juga menyadari bahwa teman-temanku yang lain juga mempunyai latar belakang dan pengalamannya masing-masing. Kita bahkan menggunakan bahasa daerah kita masing-masing. Maka aku memohon kepadamu wahai guruku, janganlah aku engkau berikan ilmu yang sangat asing bagi kami. Aku mohon engkau menggunakan langkah-langkah secara bertahap sesuai dengan pengalaman hidup kita masing-masing. Syukur kalau aku dapat mempelajari ilmumu menggunakan pengalamanku. Oleh karena itu aku sangat gembira jikalau engkau dapat menggunakan pendekatan contekstual dalam mengajarnya. Aku akan menggunakan pengalaman belanja di Mall, bepergian dengan Kereta API, Naik Pesawat, naik Kapal laut dsb. Temanku yang berasal dari desa juga ingin menggunakan pengalamannya bercocok tanam untuk bisa mempelajari ilmu-ilmumu.
Guru:
Wahai murid-muridku. Aku merasa terharu mendengar semua permintaanmu itu. Setelah mendengar semua permintaanmu, aku menjadi merasa ingin bertanya kembali kepada dosenku.
Guru:
Wahai dosen1, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu?
Dosen1:
Sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh murid-muridmu adalah obyek dan metodenya. Obyek ilmunya adalah pengertian, kesepakatan, lambang-lambang, aksioma, dalil, bukti, sifat-sifat, ruang lingkup, kasus-kasus, contoh-contoh dan penerapannya. Sedangkan metodenya adalah langsung, tidak langsung, pengamatan, berpikir kritis, pengumpulan data, analisis, deduksi, induksi, mengurutkan, membedakan, mengelompokkan, mengenal pola, mengenal hubungan, tesis, antitesis, hipotesis, dan sintesis.
Guru:
Wahai dosen2, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu
Dosen2:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah untuk memecahkan persoalan-persoalan. Maka kembangkanlah kemampuan memecahkan masalah sehari-hari bagi murid-muridmu itu. Agar memahami bagaimana dapat memecahkan masalah maka berilah kesempatan mereka mengenali dan mempelajari sifat-sifat ilmu-ilmu dan obyek-obyek. Kenalkanlah beberapa prosedur pemacahan masalah. Berikan contoh. Kembangkan contoh. Beri kesempatan menemukan masalah. Beri kesempatan membuat model pemecahan masalah.
Guru:
Wahai dosen3, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.
Dosen3:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1dan dosen2. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah menuju kegiatan penelitian. Maka tiadalah ada gunanya jika mereka tidak diberi kesempatan untuk mengadakan penelitian. Hendaknya engkau memahami bahwa penelitian yang dimaksud adalah dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Esensi kegiatan penelitian adalah rasa ingin tahu atau curiosity. Maka dalam pelajaranmu itu berikan kesempatan pada murid-muridmu agar mereka selalu mempunyai rasa ingin tahu, kenalkan berbagai macam metode menyelidiki sesuatu, hingga ke kegiatan penelitian sederhana.
Guru:
Wahai dosen4, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.
Dosen4:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1, dosen2 dan dosen3. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah komunikasi. Tiadalah suatu ilmu yang tidak dapat dikomunikasikan. Ilmu adalah komunikasi. Oleh karena itu dalam pelajaranmu, berikenlah kesempatan siswa-siswamu untki berkomunikasi satu dengan yang lain. Komunikasi juga dapat dilakukan antar guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dan guru. Berikan pula agar mereka mampu mengkomunikasikan temuan-temuan belajarnya. Berilah pula pengalaman untuk membuat arsip-arsip agar lebih mampu melakukan komunikasi.
Guru:
Wahai dosen5, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.
Dosen4:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1, dosen2 , dosen3 dan dosen4. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah doa, niat, semangat dan motivasi. Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga sikap, perilaku, perbuatan, etika dan estetikanya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga pengetahuannya, bacaannya, dan referensinya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga keterampilannya dan kemampuan menerapkannya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga pengalaman-pengalamannya.
Guru:
Terimakasih murid-muridku. Terimakasih dosen-dosenku. Doakanlah sebentar lagi aku akan mempunyai tugas mengajar di kelas. Semoga sukses. Amien.
Guru:
Wahai murid1, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid1:
Aku menginginkan pelajaranmu itu menyenangkan. Aku juga menginginkan agar pelajaranmu itu dapat memberi semangat kepadaku. Aku juga ingin teman-temanku semua menyenangi pelajaran mu itu. Aku juga ingin pelajaranmu itu bermanfaat bagiku. Aku juga ingin bahwa pelajaranmu itu ada yang mudah, ada yang sedang dan kalau bisa jangan terlalu sukar. Dalam mengikuti pelajaranmu, aku harap engkau juga menghargai pengetahuan lamaku. Aku ingin juga bahwa pelajaranmu juga mempunyai nilai-nilai etik, estetika dan nilai religius. Aku mohon agar aku diberi kesempatan untuk berdoa sebelum pelajaranmu dimulai. Aku ingin agar persoalanku sehari-hari dapat digunakan dalam belajar. Ketahuilah wahai guruku bahwa rasa senang itu juga milikku, walaupun engkau juga berhak mempunyai rasa senang. Tetapi menurutku, rasa senang itu tidaklah engkau berikan kepadaku, melainkan harus muncul dari dalam diriku sendiri. Oleh karena itu maka janganlah selalu engkau merasa dapat memberikan rasa senang atau motivasi kepadaku. Tetapi aku harap agar pelajaranmu itu engkau persiapakn sebaik-baiknya agar aku dapat melakukan berbagai aktivitas. Aku juga memohon agar engkau bersikap adil, tidak pilih kasih. Menurutku, belajar itu adalah hak dari setiap murid-muridmu ini. Maka janganlah engkau hanya berbicara kepada seseorang saja, tetapi juga berbicara dengan yang lainnya. Aku juga memohon agar engkau tidak bersikap otoriter. Tetapi aku mohon agar engkau dapat bersikap demokratis. Oleh karena itu, aku mohon agar engkau jangan terlalu banyak bicara apalagi terkesan mengguruiku atau teman-temanku ini. Karena jika engkau terlalu banyak bercerita dan mengguruiku maka sebenar-benar diriku merasa tersinggung. Aku juga mohon agar engkau tidak hanya bercerita, tetapi hendaknya memberikanku kesempatan untuk beraktivitas. Aku ingin agar engkau guruku, dapat membuat atau menyiapkan LKS agar aku bisa berlatih di situ, sekaligus aku akan mempunyai catatan dan informasi-informasi. Aku mohon juga agar engkau jangan menilai aku hanya dari test saja, tetapi tolonglah agar penilaianmu terhadap diriku itu bersifat komprehensif, lengkap meliputi proses kegiatanku dan juga hasil-hasilku. Aku juga menginginkan dapat menampilkan karya-karyaku. Wahai guruku, ketahuilah bahwa aku juga ingin menunjukkan kepada teman-temanku bahwa aku juga dapat menarik kesimpulan dari tugas-tugasmu. Ketahuilah wahai guruku bahwa kesimpulan-kesimpulan dari tugas-tugasmu itu sebenarnya adalah milikku. Aku juga mohon agar engkau menggunakan berbagai variasi metode mengajar, variasi penilaian, variasi pemanfaatan sumber belajar. Aku juga menginginkan agar engkau mampu menggunakan teknologi canggih seperti website dalam pembelajaranmu. Aku juga menginginkan agar engkau dapat menasehatiku bagaiman bersikap dan berperilaku sebagai siswamu agar aku dapat meraih cita-citaku. Aku ingin engkau menunjukkiku di mana sumber-sumber belajar yang baik. Aku juga akan merasa bangga jika engkau sebagai guruku mampu membuat modulmodul pembelajaran, apalagi jika engkau dapat pula membuat buku-buku teks pelajaran untukku. Aku juga menginginkan engkau dapat memberi kesempatan kepadaku untuk memperoleh keterampilanku. Aku ingin agar ilmuku bermanfaat tidak hanya untuk diriku tetapi juga untuk orang lain. Syukur-syukur jika engkau dapat membimbingku agar aku memperoleh prestasi secara nasional atau internasional. Aku juga menginginkan masih tetap bisa berkonsultasi dengan mu di luar jam pelajaran.
Guru:
Wahai murid2, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid2:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah wahai guruku, bahwa diriku itu adalah diriku. Tiadalah seseorang di muka bumi ini selain diriku sama dengan diriku. Oleh karena itu dalam pelajaranmu nanti aku berharap agar engkau dapat mengenalku dan mengerti siapa diriku. Tetapi aku juga mengetahui bahwa diriku yang lain juga saling berbeda satu dengan yang lain. Maka sesungguh-sungguhnya dirimu sebagai guru akan menghadapi murid-muridmu sebanyak empat puluh ini, juga sebanyak empat puluh macam yang berbeda-beda. Oleh karena itu aku memohon agar engkau jangan menggunakan metode tunggal dalam mengajarmu. Menurutku, untuk melayani sebanyak empat puluh siswa-siswa yang berbeda-beda ini, maka tidaklah bisa kalau engkau hanya menggunakan metode mengajar tradisional. Ketahuilah wahai guruku, menurut bacaanku metode tradisional adalah metode ceramah. Di dalam metode tradisional, biasanya guru setelah menerangkan, guru kemudian membuat contoh, setelah itu kemudian guru memberi tugas, setelah itu kemudian guru memberi PR. Hal demikian diulang-ulang sepanjang mengajarnya. Menurut bacaanku, maka untuk dapat melayani diriku yuang beraneka ragam ini, engkau perlu mengembangkan RPP yang flesibel, perlu membuat LKS dan yang penting lagi adalah engkau sebagai guruku harus percaya bahwa aku mampu belajar. Mungkin engkau perlu membuat bermacam-macam LKS sesuai dengan banyaknya persoalan atau banyaknya kelompok belajar. Itulah yang aku ketahui bahwa engkau harus lebih berpihak kepada kami. Keberpihakan engkau kepada kami itulah yang disebut sebagai student center. Maka jikalau engkau mempunyai alat peraga, maka biarkan aku dapat menggunakannya dan jangan hanya engkau taruh di depan saja.
Guru:
Wahai murid3, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid3:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1 dan murid2. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah bahwa disamping sebagai makhluk individu saya juga sebagai makhluk sosial. Aku tidak dapat hidup menyendiri. Aku belajar dari teman-temanku. Aka sangat menikmati pergaulanku. Aku bahkan dapat belajar lebih efektif jika belajar bersama-sama dengan teman-temanku. Oleh karena itu wahai guruku, maka dalam pelajaranmu nanti berikan kami kesempatan untk belajar bersama-sama. Terserahlah engkau, apakah aku akan belajar berpasang-pasangan berdua-berdua, atau akan belajar dalam kelompok belajar. Terserang engkau pula bagaimana dan dengan siapa aku bekerja dan diskusi dalam kelompok. Oleh karena itu aku memohon agar metode mengajarmu dapat memberikan aku dapat belajar dalam kelompok. Aku juga mohon agar engkau membuat LKS. Menurut bacaanku ternyata belajar kelompok itu sangat banyak variasinya. Ada jigsaw, ada STAD. Maka aku selalau bersemangat jika guruku menggunakan metode kooperatif learning. Aku juga mohon agar engkau memberikan kesempatan kepada diriku untuk membangun konsepku dan pengertianku sendiri. Ketahuilah wahai guruku, bahwa temuanku itu sebenar-benarnya akan bersifat lebih awet dan langgeng dari pada hal demikian hanya sekedar pemberianmu. Oleh karena itu aku selalu bersemangat jika engkau menggunakan pendekatan konstructivis.
Guru:
Wahai murid4, sekiranya aku ditugaskan untuk menjadi gurumu, maka apakah permintaanmu itu?
Murid4:
Aku setuju dengan apa yang telah disampaikan oleh murid1 dan murid2 dan murid3. Disamping itu aku akan menambah permintaanku kepadamu. Ketahuilah wahai guruku. Aku adalah muridmu yang hidup di masyarakat. Aku berasal dari keluargaku. Aku mempunyai pengalaman dengan lingkunganku. Aku mempunyai pengalaman pergi jauh. Sebenar-benar ilmu bagiku adalah jika hal tersebut sesuai dengan pengalamanku. Aku juga menyadari bahwa teman-temanku yang lain juga mempunyai latar belakang dan pengalamannya masing-masing. Kita bahkan menggunakan bahasa daerah kita masing-masing. Maka aku memohon kepadamu wahai guruku, janganlah aku engkau berikan ilmu yang sangat asing bagi kami. Aku mohon engkau menggunakan langkah-langkah secara bertahap sesuai dengan pengalaman hidup kita masing-masing. Syukur kalau aku dapat mempelajari ilmumu menggunakan pengalamanku. Oleh karena itu aku sangat gembira jikalau engkau dapat menggunakan pendekatan contekstual dalam mengajarnya. Aku akan menggunakan pengalaman belanja di Mall, bepergian dengan Kereta API, Naik Pesawat, naik Kapal laut dsb. Temanku yang berasal dari desa juga ingin menggunakan pengalamannya bercocok tanam untuk bisa mempelajari ilmu-ilmumu.
Guru:
Wahai murid-muridku. Aku merasa terharu mendengar semua permintaanmu itu. Setelah mendengar semua permintaanmu, aku menjadi merasa ingin bertanya kembali kepada dosenku.
Guru:
Wahai dosen1, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu?
Dosen1:
Sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh murid-muridmu adalah obyek dan metodenya. Obyek ilmunya adalah pengertian, kesepakatan, lambang-lambang, aksioma, dalil, bukti, sifat-sifat, ruang lingkup, kasus-kasus, contoh-contoh dan penerapannya. Sedangkan metodenya adalah langsung, tidak langsung, pengamatan, berpikir kritis, pengumpulan data, analisis, deduksi, induksi, mengurutkan, membedakan, mengelompokkan, mengenal pola, mengenal hubungan, tesis, antitesis, hipotesis, dan sintesis.
Guru:
Wahai dosen2, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu
Dosen2:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah untuk memecahkan persoalan-persoalan. Maka kembangkanlah kemampuan memecahkan masalah sehari-hari bagi murid-muridmu itu. Agar memahami bagaimana dapat memecahkan masalah maka berilah kesempatan mereka mengenali dan mempelajari sifat-sifat ilmu-ilmu dan obyek-obyek. Kenalkanlah beberapa prosedur pemacahan masalah. Berikan contoh. Kembangkan contoh. Beri kesempatan menemukan masalah. Beri kesempatan membuat model pemecahan masalah.
Guru:
Wahai dosen3, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.
Dosen3:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1dan dosen2. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah menuju kegiatan penelitian. Maka tiadalah ada gunanya jika mereka tidak diberi kesempatan untuk mengadakan penelitian. Hendaknya engkau memahami bahwa penelitian yang dimaksud adalah dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Esensi kegiatan penelitian adalah rasa ingin tahu atau curiosity. Maka dalam pelajaranmu itu berikan kesempatan pada murid-muridmu agar mereka selalu mempunyai rasa ingin tahu, kenalkan berbagai macam metode menyelidiki sesuatu, hingga ke kegiatan penelitian sederhana.
Guru:
Wahai dosen4, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.
Dosen4:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1, dosen2 dan dosen3. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah komunikasi. Tiadalah suatu ilmu yang tidak dapat dikomunikasikan. Ilmu adalah komunikasi. Oleh karena itu dalam pelajaranmu, berikenlah kesempatan siswa-siswamu untki berkomunikasi satu dengan yang lain. Komunikasi juga dapat dilakukan antar guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dan guru. Berikan pula agar mereka mampu mengkomunikasikan temuan-temuan belajarnya. Berilah pula pengalaman untuk membuat arsip-arsip agar lebih mampu melakukan komunikasi.
Guru:
Wahai dosen5, bolehkah aku ingin menambah ilmuku. Aku ingin bertanya, apakah sebenar-benar ilmu yang perlu dipelajari oleh para siswaku itu.
Dosen4:
Aku setuju dengan apa yang telah diuraikan oleh dosen1, dosen2 , dosen3 dan dosen4. Tetapi aku akan menambah.
Sebenar-benar ilmu bagi murid-muridmu adalah doa, niat, semangat dan motivasi. Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga sikap, perilaku, perbuatan, etika dan estetikanya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga pengetahuannya, bacaannya, dan referensinya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga keterampilannya dan kemampuan menerapkannya.
Sebenar-benar ilmu bagi mereka adalah juga pengalaman-pengalamannya.
Guru:
Terimakasih murid-muridku. Terimakasih dosen-dosenku. Doakanlah sebentar lagi aku akan mempunyai tugas mengajar di kelas. Semoga sukses. Amien.
Elegi Menggapai Awal dan Akhir
Oleh: Marsigit
(Sumber: Ross, K.L., 2001)
Filsafat adalah olah pikir, maka peganglah itu. Jika olah pikir kita dalam hal tertentu bertentangan dengan hati kita, maka mohon ampunlah segera.
Membuktikan bahwa dunia itu mempunyai permulaan:
Berikut akan saya nukilkan bagaimana seorang Immanuel Kant berusaha membuktikan bahwa dunia itu mempunyai permulaan:
Thesis: The world has a beginning in time, and is also limited as regards space.
Proof by Immanuel Kant:
If we assume that the world has no beginning in time, then up to every given moment an eternity has elapsed, and there has passed away in that world an infinite series of successive states of things. Now the infinity of a series consists in the fact that it can never be completed through successive synthesis. It thus follows that it is impossible for an infinite world-series to have passed away, and that a beginning of the world is therefore a necessary condition of the world's existence. This was the first point that called for proof. As regards the second point, let us again assume the opposite, namely, that the world is an infinite given whole of co-existing things. Now the magnitude of a quantum which is not given in intuition [i.e. perception] as within certain limits, can be thought only through the synthesis of its parts, and the totality of such a quantum only through a synthesis that is brought to completion through repeated addition of unit to unit. In order, therefore, to think, as a whole, the world which fills all spaces, the successive synthesis of the parts of an infinite world must be viewed as completed, that is, an infinite time must be viewed as having elapsed in the enumeration of all co-existing things. This, however, is impossible. An infinite aggregate of actual things cannot therefore be viewed as a given whole, nor consequently as simultaneously given. The world is, therefore, as regards extension in space, not infinite, but is enclosed within limits. This was the second point in dispute.
Membuktikan bahwa dunia itu tidak mempunyai permulaan:
Berikut akan saya nukilkan bagaimana seorang Immanuel Kant berusaha membuktikan bahwa dunia itu tidak mempunyai permulaan:
Antithesis: The world has no beginning, and no limits in space; it is infinite as regards both time and space.
Proof by Immanuel Kant:
For let us assume that it has a beginning. Since the beginning is an existence which is preceded by a time in which the thing is not, there must have been a preceding time in which the world was not, i.e. an empty time. Now no coming to be of a thing is possible in an empty time, because no part of such a time possesses, as compared with any other, a distinguishing condition of existence rather than of non-existence; and this applies whether the thing is supposed to arise of itself or through some other cause. In the world many series of things can, indeed, begin; but the world itself cannot have a beginning, and is therefore infinite in respect of past time. As regards the second point, let us start by assuming the opposite, namely, that the world in space is finite and limited, and consequently exists in an empty space which is unlimited. Things will therefore not only be related in space but also related to space. Now since the world is an absolute whole beyond which there is no object of intuition, and therefore no correlate with which the world stands in relation, the relation of the world to empty space would be a relation of it to no object. But such a relation, and consequently the limitation of the world by empty space, is nothing. The world cannot, therefore, be limited in space; that is, it is infinite in respect of extension.
(Sumber: Ross, K.L., 2001)
Filsafat adalah olah pikir, maka peganglah itu. Jika olah pikir kita dalam hal tertentu bertentangan dengan hati kita, maka mohon ampunlah segera.
Membuktikan bahwa dunia itu mempunyai permulaan:
Berikut akan saya nukilkan bagaimana seorang Immanuel Kant berusaha membuktikan bahwa dunia itu mempunyai permulaan:
Thesis: The world has a beginning in time, and is also limited as regards space.
Proof by Immanuel Kant:
If we assume that the world has no beginning in time, then up to every given moment an eternity has elapsed, and there has passed away in that world an infinite series of successive states of things. Now the infinity of a series consists in the fact that it can never be completed through successive synthesis. It thus follows that it is impossible for an infinite world-series to have passed away, and that a beginning of the world is therefore a necessary condition of the world's existence. This was the first point that called for proof. As regards the second point, let us again assume the opposite, namely, that the world is an infinite given whole of co-existing things. Now the magnitude of a quantum which is not given in intuition [i.e. perception] as within certain limits, can be thought only through the synthesis of its parts, and the totality of such a quantum only through a synthesis that is brought to completion through repeated addition of unit to unit. In order, therefore, to think, as a whole, the world which fills all spaces, the successive synthesis of the parts of an infinite world must be viewed as completed, that is, an infinite time must be viewed as having elapsed in the enumeration of all co-existing things. This, however, is impossible. An infinite aggregate of actual things cannot therefore be viewed as a given whole, nor consequently as simultaneously given. The world is, therefore, as regards extension in space, not infinite, but is enclosed within limits. This was the second point in dispute.
Membuktikan bahwa dunia itu tidak mempunyai permulaan:
Berikut akan saya nukilkan bagaimana seorang Immanuel Kant berusaha membuktikan bahwa dunia itu tidak mempunyai permulaan:
Antithesis: The world has no beginning, and no limits in space; it is infinite as regards both time and space.
Proof by Immanuel Kant:
For let us assume that it has a beginning. Since the beginning is an existence which is preceded by a time in which the thing is not, there must have been a preceding time in which the world was not, i.e. an empty time. Now no coming to be of a thing is possible in an empty time, because no part of such a time possesses, as compared with any other, a distinguishing condition of existence rather than of non-existence; and this applies whether the thing is supposed to arise of itself or through some other cause. In the world many series of things can, indeed, begin; but the world itself cannot have a beginning, and is therefore infinite in respect of past time. As regards the second point, let us start by assuming the opposite, namely, that the world in space is finite and limited, and consequently exists in an empty space which is unlimited. Things will therefore not only be related in space but also related to space. Now since the world is an absolute whole beyond which there is no object of intuition, and therefore no correlate with which the world stands in relation, the relation of the world to empty space would be a relation of it to no object. But such a relation, and consequently the limitation of the world by empty space, is nothing. The world cannot, therefore, be limited in space; that is, it is infinite in respect of extension.
Elegi Menggapai Kesaksian Sejarah Matematika
Oleh: Marsigit
(di ambil dari Wikipedia)
Wahai tahun-tahun, sudah saatnya engkau sekarang aku persilahkan untuk memberi kesaksianmu tentang karya-karya mereka dalam matematika. Silahkan:
Tahun 2450 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu orang-orang Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang unsur-unsur segitiga. Mereka juga menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5
Tahun 1650 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu orang-orang Mesir telah menemukan bahwa keliling lingkaran dibagi garis tengahnya sama dengan 3,16
Tahun 530 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Pythagoras telah mempelajarai proposisi-proposisi pada geometri dan menemukan bilangan irrasional
Tahun 370 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Eudoxus menemukan cara menghitung luas daerah dengan metode menghabiskan
Tahun 350 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Aristoteles membuat buku logika pertama yang diberi nama Organon
Tahun 300 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Euclides meneribitkan buku geometri yang berjudul Element. Sedangkan buku yang terdiri dari 13 jilid itu memuat sistem aksiomatik.
Tahun 260 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Archimedes menemukan bilangan phi lebih teliti dari sebelumnya.
Tahun 225 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Apollonius menerbitkan buku yang bersisi berbagai macam perhitungan pada irisan kerucut, elip, parabola dan hyperbola.
Tahun 200 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Eratosthenes menemukan cara untuk mencari bilangan-bilangan prima
Tahun 140 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Hipparchus mengembangkan trigonometri
Tahun 250 :
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Diophantus menemukan variabel untuk penulisan aljabar dan menemukan arithmetika.
Tahun 450:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Tsu Ch'ung-Chih dan Tsu Kêng-Chih menemukan penulisan bilangan phi untuk 6 desimal
Tahun 550:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk bilangan
Tahun 750:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Al-Khawarizmi menemukan aljabar
Tahun 895:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Thabit ibn Qurra menemukan penyelesaian persamaan pangkat 3
Tahun 975:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Al-Batani menemukan konsep sinus dan cosinus serta rumus sin α = tan α / (1+tan² α) and cos α = 1 / (1 + tan² α).
Tahun 1020:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Abul Wafa menemukan rumus (α + β) = sin α cos β + sin β cos α
Tahun 1030:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Ali Ahmed Nasawi menemukan sistem sati hari terbagi menjadi 24 jam, satu jam terbagi menjadi 60menit, satu menit terbagi menjadi 60 detik.
Tahun 1070:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Omar Khayyam menulis Treatise on Demonstration of Problems of Algebra
Tahun 1202:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Leonardo Fibonacci memperkenalkan sistim bilangan arab dalam bukunya Book of the Abacus
Tahun 1614:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, John Napier menemukan logaritma Napier yang ditulis di bukunya Mirifici Logarithmorum Canonis Descriptio.
Tahun 1617:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Henry Briggs menemukan logaritma berbasis 10 yang ditulis dalam bukunya Logarithmorum Chilias Prima
Tahun 1619:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, René Descartes menemukan geometri analitik
Tahun 1629:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Pierre de Fermat menemukan kalkulus differensial
Tahun 1654:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Blaise Pascal menemukan teori probabilitas
Tahun 1655:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, John Wallis menulis buku Arithmetica Infinitorum
Tahun 1665:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Isaac Newton menemukan kalkulus
Tahun 1673:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Gottfried Leibniz menemukan kalkulus
(bersambung...)
(di ambil dari Wikipedia)
Wahai tahun-tahun, sudah saatnya engkau sekarang aku persilahkan untuk memberi kesaksianmu tentang karya-karya mereka dalam matematika. Silahkan:
Tahun 2450 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu orang-orang Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang unsur-unsur segitiga. Mereka juga menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5
Tahun 1650 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu orang-orang Mesir telah menemukan bahwa keliling lingkaran dibagi garis tengahnya sama dengan 3,16
Tahun 530 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Pythagoras telah mempelajarai proposisi-proposisi pada geometri dan menemukan bilangan irrasional
Tahun 370 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Eudoxus menemukan cara menghitung luas daerah dengan metode menghabiskan
Tahun 350 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Aristoteles membuat buku logika pertama yang diberi nama Organon
Tahun 300 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Euclides meneribitkan buku geometri yang berjudul Element. Sedangkan buku yang terdiri dari 13 jilid itu memuat sistem aksiomatik.
Tahun 260 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Archimedes menemukan bilangan phi lebih teliti dari sebelumnya.
Tahun 225 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Apollonius menerbitkan buku yang bersisi berbagai macam perhitungan pada irisan kerucut, elip, parabola dan hyperbola.
Tahun 200 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Eratosthenes menemukan cara untuk mencari bilangan-bilangan prima
Tahun 140 sebelum masehi:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Hipparchus mengembangkan trigonometri
Tahun 250 :
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Diophantus menemukan variabel untuk penulisan aljabar dan menemukan arithmetika.
Tahun 450:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Tsu Ch'ung-Chih dan Tsu Kêng-Chih menemukan penulisan bilangan phi untuk 6 desimal
Tahun 550:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk bilangan
Tahun 750:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Al-Khawarizmi menemukan aljabar
Tahun 895:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Thabit ibn Qurra menemukan penyelesaian persamaan pangkat 3
Tahun 975:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Al-Batani menemukan konsep sinus dan cosinus serta rumus sin α = tan α / (1+tan² α) and cos α = 1 / (1 + tan² α).
Tahun 1020:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Abul Wafa menemukan rumus (α + β) = sin α cos β + sin β cos α
Tahun 1030:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Ali Ahmed Nasawi menemukan sistem sati hari terbagi menjadi 24 jam, satu jam terbagi menjadi 60menit, satu menit terbagi menjadi 60 detik.
Tahun 1070:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Omar Khayyam menulis Treatise on Demonstration of Problems of Algebra
Tahun 1202:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Leonardo Fibonacci memperkenalkan sistim bilangan arab dalam bukunya Book of the Abacus
Tahun 1614:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, John Napier menemukan logaritma Napier yang ditulis di bukunya Mirifici Logarithmorum Canonis Descriptio.
Tahun 1617:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Henry Briggs menemukan logaritma berbasis 10 yang ditulis dalam bukunya Logarithmorum Chilias Prima
Tahun 1619:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, René Descartes menemukan geometri analitik
Tahun 1629:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Pierre de Fermat menemukan kalkulus differensial
Tahun 1654:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Blaise Pascal menemukan teori probabilitas
Tahun 1655:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, John Wallis menulis buku Arithmetica Infinitorum
Tahun 1665:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Isaac Newton menemukan kalkulus
Tahun 1673:
Aku menyaksikan bahwa pada saatku itu, Gottfried Leibniz menemukan kalkulus
(bersambung...)
Saturday, March 21, 2009
Elegi Menggapai sang Maha Suci
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada Mu keselamatan pada agama, kesehatan badan, tambahan ilmu pengetahuan, keberkahan rizqi, taubat sebelum mati, rahmat ketika mati dan ampunan setelah mati. Ya Allah, ringankanlah sekarat-maut (kami), selamat dari neraka dan ampunan pada hari diperhitungkan amal. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk, dan karuniakanlah kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia). Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta hindarkanlah kami dari siksa neraka. Maha Suci Tuhanku, Tuhan Pemilik kemuliaan, dari apa yang mereka (orang-orang kafir) katakan. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada para Utusan. Segala puji bagi Allah, Tuhan Pemelihara alam semesta. Amien (Di ambil dari kumpulan doa selamat)
Friday, March 20, 2009
Elegi Silaturahim Matematika
Oleh: Marsigit
Matematika1:
Aku adalah matematika. Matematika ya matematika. Aku bukanlah ilmu alam. Tetapi sebetul-betulnya aku adalah ilmu tentang bicara. Guruku adalah Thales.
Matematika2:
Au adalah matematika. Jika aku geometri maka aku bukanlah bilangan. ku ada di dalam pikiranmu. Sesungguhnya sifatku itu abstrak. Yang konkrit itu hanyalah contohku. Aku telah ada secara lengkap dalam pikiranmu. Jika engkau tidak bisa menemukanku, itu hanyalah kekurang pahamanmu. Guruku adalah Plato.
Matematika3:
Aku adalah matematika. Aku adalah ilmu yang koheren. Bilanganku dapat mengatur alam. Tetapi sulit dibedakan atara aku dengan ilmu alam. Tetapi hidupku memang memerlukan bukti. Bagiku ruang adalah diskret. Dalil Pythagoras adalah diriku yang paling terkenal. Bisa saja orang-orang mengagumiku. Tetapi dalam diriku terdapat incommensurability. Guruku adalah Pythagoras.
Matematika4:
Aku adalah logika pertama. Aku tersusun atas proposisi-proposisi. Jiwaku adalah silogisma. Di dalam diriku terdapat infinite regress. Aku bersifat apodiktic. Postulat dan aksioma adalah landasanku. Guruku adalah Aistoteles.
Matematika5:
Aku adalah matematika. Aku bersifat aksiomatik. Yang utama dari diriku adalah geometri. Metodeku adalah deduksi. Postulat ke 5 adalah yang paling terkenal. Guruku adalah Euclides.
Matematika6:
Aku adalah matematika. Aku bersifat empiris. Aku adalah persoalan konkrit sehar-hari. Bagiku logika tidak meberikan informasi apapun. Guruku adalah Bacon, Locke, Berkely dan Hume.
Matematika7:
Aku adalah matematika. Diriku yang utama adalah geometri. Aku berada di dalam pikiranmu. Aku beranat dari keragu-raguanmu. Aku bersifat deduktif. Guruku adalag Rene Descartes.
Matematika8:
Aku adalah matematika. Aku bersifat sintetik a priori. Aku berada dalam intuisimu. Ituisimu adalah ruang dan waktumu. Keputusanmu adalah diriku yang tertinggi. Guruku adalah Immanuel Kant.
Matematika9:
Aku adalah matematika. Sebenarnya diriku adalah logika. Logika itulah matematika. Kalkulus pernyataan adalah contohku. Guruku adalah Leibniz, Frege dan Russell.
Matematika10:
Aku adalah matematika. Intuisimu adalah metodeku. Aku lebih mementingkan membangun dari sekedar diberikan. Guruku adalah Brouwer.
Matematika11:
Aku adalah matematika. Aku adalah pengamatanmu. Maka aku adalah kekeliruanmu. Guruku adalah Lakatos.
Matematika12:
Aku adalah matematika. Aku lebih mementingkan sistem. Aku adalah konsistensimu. Aku bersifat rigor. Sistemku benar-benar tunggal. Aku memerlukan dasar yang kokoh. Konsistensi adalah nyawaku. Orang biasa menyebut diriku sebagai formalisme. Guruku adalah Hilbert.
Matematika13:
Aku adalah matematika. Tetapi wujudku adalah bahasa. Walaupun aku itu empiris. tetapi aku tetap logika. Guruku adalah Wittgenstein.
Matematika14:
Aku adalah matematika. Matematika ya matematika. Aku tidak dipengaruhi oleh benda-benda kongkrit.
Kebenaranku terbebas dari nilai-nilai. Orang sering menyebut diriku sebagai absolutisme.
Matematika15:
Aku adalah matematika. Jika aku lengkap maka aku tidaklah konsisten. Tetapi jika aku konsisten, maka aku tidaklah lengkap. Guruku adalag Godel.
Matematika16:
Aku adalah matematika. Konstructivis adalah jiwaku. Guruku adalah Aristoteles, Piaget, dan Paul Ernest
Matematika17:
Aku adalah matematika. Diriku yang utama adalah pola-pola dan relasi. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika18:
Aku adalah matematika. Diriku tiada lain adalah komunikasi. Tiadalah diriku yang tidak dapat dikomunikasikan. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika19:
Aku adalah matematika. Diriku adalah investigasi. Kegiatan penelitian itu adalah diriku. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika20:
Aku adalah matematika. Diriku bisa obyektif dan bisa subyektif. Diriku obyektif jika berada di luar dirimu. Diriku subyektif jika berada di dalam dirimu. Diperlukan pergaulan agar engkau mengetahui aku yang subyektif dan obyektif. Guruku adalah Paul Ernest.
Matematika21:
Aku adalah matematika. Bidangku tidaklah datar. Bidangku adalah kurva-kurva lengkung. Jumlah besar sudut pada segitigaku tidaklah sama dengan seratus delapan puluh derajat. Guruku bukanlah Euclides. Guruku adalah Lobachevski
Tunggal:
Aku adalah matematika. Aku bersifat tunggal. Landasanku bersifat kokoh. tetapi kebanyakan orang meyebut aku sebagai mitos.
Universal:
Aku adalah matematika. Aku bersifat universal. Tetapi kebanyakan orang juga mengatakan bahwa aku adalah mitos.
Pasti:
Aku adalah matematika. Aku menjamin kepastianku. Tetapi dengan demikian, aku juga dikatkan sebagai mitos.
Obyektif:
Aku adalah matematika. Aku menjamin obyektivitas. Tetapi dengan demikian, aku juga dikatkan sebagai mitos.
Matematika1:
Aku adalah matematika. Matematika ya matematika. Aku bukanlah ilmu alam. Tetapi sebetul-betulnya aku adalah ilmu tentang bicara. Guruku adalah Thales.
Matematika2:
Au adalah matematika. Jika aku geometri maka aku bukanlah bilangan. ku ada di dalam pikiranmu. Sesungguhnya sifatku itu abstrak. Yang konkrit itu hanyalah contohku. Aku telah ada secara lengkap dalam pikiranmu. Jika engkau tidak bisa menemukanku, itu hanyalah kekurang pahamanmu. Guruku adalah Plato.
Matematika3:
Aku adalah matematika. Aku adalah ilmu yang koheren. Bilanganku dapat mengatur alam. Tetapi sulit dibedakan atara aku dengan ilmu alam. Tetapi hidupku memang memerlukan bukti. Bagiku ruang adalah diskret. Dalil Pythagoras adalah diriku yang paling terkenal. Bisa saja orang-orang mengagumiku. Tetapi dalam diriku terdapat incommensurability. Guruku adalah Pythagoras.
Matematika4:
Aku adalah logika pertama. Aku tersusun atas proposisi-proposisi. Jiwaku adalah silogisma. Di dalam diriku terdapat infinite regress. Aku bersifat apodiktic. Postulat dan aksioma adalah landasanku. Guruku adalah Aistoteles.
Matematika5:
Aku adalah matematika. Aku bersifat aksiomatik. Yang utama dari diriku adalah geometri. Metodeku adalah deduksi. Postulat ke 5 adalah yang paling terkenal. Guruku adalah Euclides.
Matematika6:
Aku adalah matematika. Aku bersifat empiris. Aku adalah persoalan konkrit sehar-hari. Bagiku logika tidak meberikan informasi apapun. Guruku adalah Bacon, Locke, Berkely dan Hume.
Matematika7:
Aku adalah matematika. Diriku yang utama adalah geometri. Aku berada di dalam pikiranmu. Aku beranat dari keragu-raguanmu. Aku bersifat deduktif. Guruku adalag Rene Descartes.
Matematika8:
Aku adalah matematika. Aku bersifat sintetik a priori. Aku berada dalam intuisimu. Ituisimu adalah ruang dan waktumu. Keputusanmu adalah diriku yang tertinggi. Guruku adalah Immanuel Kant.
Matematika9:
Aku adalah matematika. Sebenarnya diriku adalah logika. Logika itulah matematika. Kalkulus pernyataan adalah contohku. Guruku adalah Leibniz, Frege dan Russell.
Matematika10:
Aku adalah matematika. Intuisimu adalah metodeku. Aku lebih mementingkan membangun dari sekedar diberikan. Guruku adalah Brouwer.
Matematika11:
Aku adalah matematika. Aku adalah pengamatanmu. Maka aku adalah kekeliruanmu. Guruku adalah Lakatos.
Matematika12:
Aku adalah matematika. Aku lebih mementingkan sistem. Aku adalah konsistensimu. Aku bersifat rigor. Sistemku benar-benar tunggal. Aku memerlukan dasar yang kokoh. Konsistensi adalah nyawaku. Orang biasa menyebut diriku sebagai formalisme. Guruku adalah Hilbert.
Matematika13:
Aku adalah matematika. Tetapi wujudku adalah bahasa. Walaupun aku itu empiris. tetapi aku tetap logika. Guruku adalah Wittgenstein.
Matematika14:
Aku adalah matematika. Matematika ya matematika. Aku tidak dipengaruhi oleh benda-benda kongkrit.
Kebenaranku terbebas dari nilai-nilai. Orang sering menyebut diriku sebagai absolutisme.
Matematika15:
Aku adalah matematika. Jika aku lengkap maka aku tidaklah konsisten. Tetapi jika aku konsisten, maka aku tidaklah lengkap. Guruku adalag Godel.
Matematika16:
Aku adalah matematika. Konstructivis adalah jiwaku. Guruku adalah Aristoteles, Piaget, dan Paul Ernest
Matematika17:
Aku adalah matematika. Diriku yang utama adalah pola-pola dan relasi. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika18:
Aku adalah matematika. Diriku tiada lain adalah komunikasi. Tiadalah diriku yang tidak dapat dikomunikasikan. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika19:
Aku adalah matematika. Diriku adalah investigasi. Kegiatan penelitian itu adalah diriku. Guruku adalah Ebutt dan Strakker.
Matematika20:
Aku adalah matematika. Diriku bisa obyektif dan bisa subyektif. Diriku obyektif jika berada di luar dirimu. Diriku subyektif jika berada di dalam dirimu. Diperlukan pergaulan agar engkau mengetahui aku yang subyektif dan obyektif. Guruku adalah Paul Ernest.
Matematika21:
Aku adalah matematika. Bidangku tidaklah datar. Bidangku adalah kurva-kurva lengkung. Jumlah besar sudut pada segitigaku tidaklah sama dengan seratus delapan puluh derajat. Guruku bukanlah Euclides. Guruku adalah Lobachevski
Tunggal:
Aku adalah matematika. Aku bersifat tunggal. Landasanku bersifat kokoh. tetapi kebanyakan orang meyebut aku sebagai mitos.
Universal:
Aku adalah matematika. Aku bersifat universal. Tetapi kebanyakan orang juga mengatakan bahwa aku adalah mitos.
Pasti:
Aku adalah matematika. Aku menjamin kepastianku. Tetapi dengan demikian, aku juga dikatkan sebagai mitos.
Obyektif:
Aku adalah matematika. Aku menjamin obyektivitas. Tetapi dengan demikian, aku juga dikatkan sebagai mitos.
Elegi Menggapai Teka-Teki
Oleh: Marsigit
Koyber:
Wahai Capteu, aku telah menerima pesan agar disampaikan kepadamu.
Capteu:
Pesan apakah itu dan dari siapa?
Koyber:
Pesan dari Monasiu
Capteu:
Siapakah Monasiu itu?
Koyber:
Dia adalah penguasa kita. Dia yang berhak mematikan dan menghidupkan kita setiap saat. Tiadalah daya upaya kita tanpa dirinya.
Capteu:
Baiklah sebutkanlah apa pesan dia kepadaku.
Koyber:
Pertama, dia menuliskan selembar surat pertama yang isinya permintaan agar engkau menyimpannya.
Kedua, dia membuat dokumen agar engkau mencetakya.
Ketiga, dia membuat rumus-rumus, tetapi meminta agar engkau menghitungnya.
Keempat, dia menunjuk dokumen, dan ,meminta agar engkau menyalinnya.
Kelima, dia menulis surat dan memeinta agar engkau mengirimkan ke temannya.
Keenam, dia membutuhkan gambar, dan meminta agar engkau menyimpannya.
Ketujuh, dia ingin pidato, dan meminta agar engkau menyimpannya.
Kedelapan, dia menunjuk beberapa dokumen, dan meminta agar engkau menghapuskannya.
Kesembilan, dia menunjuk beberapa dokumen, dan meminta agar engkau memindahkannya.
Kesepuluh, dia menunjuk suatu dokumen, dan meminta agar engkau mengeditnya.
Capteu:
Baiklah, semua akan segera saya kerjakan satu persatu dengan kecepatan tinggi dan hasil yang memuaskan.
Capteu:
Wahai haradiso, simpanlah semua dokumen-dokumen itu termasuk perintah-perintahku. Simpan pula semua rencana-rencanaku.
Capteu:
Wahai starago romao, ini ada beberapa dokumen penting dari monasiu. Maka simpanlah dalam dirimu. Tetapi jangan lupa, simpanlah semua perintah-perintahnya, data-datanya, dan tetaplah engkau disitu menjaganya sampai dia mencabut kekuatanmu.
Capteu:
Wahai starago ramoa, ini ada beberapa dokumen penting dari monasiu. Maka simpanlah dalam dirimu. Tetapi jangan lupa, simpanlah semua perintah-perintahnya, data-datanya, dan tetaplah engkau disitu menjaganya dan mempertahankannya, jika perlu sampai titik darah penghabisan.
Capteu:
Wahai paranto, ini ada beberapa dokumen penting dari monasiu. Maka cetak segeralah dokumen-dokumen itu tanpa keragu-raguanmu.
Capteu:
Wahai contorola, kendalikan semua perintah-perintahku. Pastikanlah bahwa semua perintah-perintahku dilaksanakan dengan baik.
Capteu:
Wahai manatora, bukalah jendelamu agar engkau mereka dapat melihat semua diri kita ini. Biarkan mereka mengetahui pekerjaan kita. Jangan engkau tutup-tutupi semua simpanan kita ini. Maka sebenar-benar fungsi dirimu adalah untuk memberi penerangan, sampai monasiu mencabut semua kekuatanmu.
Capteu:
Wahai falasa, engkau adalah anak kesayangan dari haradiso. Maka dengan keterbatasan dirimu, engkau masih mampu berperan sebagi haradiso. Maka simpanlah beberapa dokumen penting dan yang siap digunakan.
Capteu:
Wahai intoranot, sampaikan pesan-pesan dari monasiu. Ketahuilah bahwa pesan-pesan itu sesungguhnya bagi teman-temannya yang jauh.
Capteu:
Wahai manatora, sampaikan berita kepada monasiu bahwa semua perintah-perintahnya telah aku laksanakan.
Monatora:
Wahai monasiu. Perkenankanlah aku menyampaikan pesan dari capteu bahwa semua pesan dan perintahmu sudah dilaksanakannya. Maka semua nasib-nasibku itu terserahlah anda.
Monasiu:
Wahai semuanya, sangat senanglah diriku mendengarkan engkau semua telah melaksanakan pekerjaanmu dengan sebaik-baiknya. Tetapi ketahuilah bahwa aku tidaklah bisa menjaga dirimu setiap saat. Oleh karena itu sekarang engkau semua aku perkenankan untuk beristirahat. Dan untuk itu maka akan segera aku cabutlah semua kekuatanmu itu.
Orang tua berambut putih:
Wahai mahasiswaku semua. Inilah sebenar-benar teka-teki bagimu. Maka tugas-tugasmu adalah untuk menjawab siapakah monasiu. Siapakah manatora. Siapakah capteu. Siapakah intoranot. Siapakah falasa. Siapakah haradiso. Siapakah contorola. Siapakah paranto. Siapakah starago romao. Siapakah starago ramoa. Dan siapakah koyber. Sebenar-benar jawabanmu ditunggu di kolom comment pada elegi oleh Pak Marsigit.
Koyber:
Wahai Capteu, aku telah menerima pesan agar disampaikan kepadamu.
Capteu:
Pesan apakah itu dan dari siapa?
Koyber:
Pesan dari Monasiu
Capteu:
Siapakah Monasiu itu?
Koyber:
Dia adalah penguasa kita. Dia yang berhak mematikan dan menghidupkan kita setiap saat. Tiadalah daya upaya kita tanpa dirinya.
Capteu:
Baiklah sebutkanlah apa pesan dia kepadaku.
Koyber:
Pertama, dia menuliskan selembar surat pertama yang isinya permintaan agar engkau menyimpannya.
Kedua, dia membuat dokumen agar engkau mencetakya.
Ketiga, dia membuat rumus-rumus, tetapi meminta agar engkau menghitungnya.
Keempat, dia menunjuk dokumen, dan ,meminta agar engkau menyalinnya.
Kelima, dia menulis surat dan memeinta agar engkau mengirimkan ke temannya.
Keenam, dia membutuhkan gambar, dan meminta agar engkau menyimpannya.
Ketujuh, dia ingin pidato, dan meminta agar engkau menyimpannya.
Kedelapan, dia menunjuk beberapa dokumen, dan meminta agar engkau menghapuskannya.
Kesembilan, dia menunjuk beberapa dokumen, dan meminta agar engkau memindahkannya.
Kesepuluh, dia menunjuk suatu dokumen, dan meminta agar engkau mengeditnya.
Capteu:
Baiklah, semua akan segera saya kerjakan satu persatu dengan kecepatan tinggi dan hasil yang memuaskan.
Capteu:
Wahai haradiso, simpanlah semua dokumen-dokumen itu termasuk perintah-perintahku. Simpan pula semua rencana-rencanaku.
Capteu:
Wahai starago romao, ini ada beberapa dokumen penting dari monasiu. Maka simpanlah dalam dirimu. Tetapi jangan lupa, simpanlah semua perintah-perintahnya, data-datanya, dan tetaplah engkau disitu menjaganya sampai dia mencabut kekuatanmu.
Capteu:
Wahai starago ramoa, ini ada beberapa dokumen penting dari monasiu. Maka simpanlah dalam dirimu. Tetapi jangan lupa, simpanlah semua perintah-perintahnya, data-datanya, dan tetaplah engkau disitu menjaganya dan mempertahankannya, jika perlu sampai titik darah penghabisan.
Capteu:
Wahai paranto, ini ada beberapa dokumen penting dari monasiu. Maka cetak segeralah dokumen-dokumen itu tanpa keragu-raguanmu.
Capteu:
Wahai contorola, kendalikan semua perintah-perintahku. Pastikanlah bahwa semua perintah-perintahku dilaksanakan dengan baik.
Capteu:
Wahai manatora, bukalah jendelamu agar engkau mereka dapat melihat semua diri kita ini. Biarkan mereka mengetahui pekerjaan kita. Jangan engkau tutup-tutupi semua simpanan kita ini. Maka sebenar-benar fungsi dirimu adalah untuk memberi penerangan, sampai monasiu mencabut semua kekuatanmu.
Capteu:
Wahai falasa, engkau adalah anak kesayangan dari haradiso. Maka dengan keterbatasan dirimu, engkau masih mampu berperan sebagi haradiso. Maka simpanlah beberapa dokumen penting dan yang siap digunakan.
Capteu:
Wahai intoranot, sampaikan pesan-pesan dari monasiu. Ketahuilah bahwa pesan-pesan itu sesungguhnya bagi teman-temannya yang jauh.
Capteu:
Wahai manatora, sampaikan berita kepada monasiu bahwa semua perintah-perintahnya telah aku laksanakan.
Monatora:
Wahai monasiu. Perkenankanlah aku menyampaikan pesan dari capteu bahwa semua pesan dan perintahmu sudah dilaksanakannya. Maka semua nasib-nasibku itu terserahlah anda.
Monasiu:
Wahai semuanya, sangat senanglah diriku mendengarkan engkau semua telah melaksanakan pekerjaanmu dengan sebaik-baiknya. Tetapi ketahuilah bahwa aku tidaklah bisa menjaga dirimu setiap saat. Oleh karena itu sekarang engkau semua aku perkenankan untuk beristirahat. Dan untuk itu maka akan segera aku cabutlah semua kekuatanmu itu.
Orang tua berambut putih:
Wahai mahasiswaku semua. Inilah sebenar-benar teka-teki bagimu. Maka tugas-tugasmu adalah untuk menjawab siapakah monasiu. Siapakah manatora. Siapakah capteu. Siapakah intoranot. Siapakah falasa. Siapakah haradiso. Siapakah contorola. Siapakah paranto. Siapakah starago romao. Siapakah starago ramoa. Dan siapakah koyber. Sebenar-benar jawabanmu ditunggu di kolom comment pada elegi oleh Pak Marsigit.
Wednesday, March 18, 2009
Elegi Menggapai Hakekat Senin
Oleh: Marsigit
Q: Ini hari apa?
A: Senin
Q: Apakah senin itu hari?
A: Bisa ya bisa bukan
Q: Kenapa senin bukan hari.
A: Senin itu cuma kumpulan huruf s, e, n, i, n
Q: Bilamana senin itu hari?
A: Bila senin menunjuk hari
Q: Tetapi apakah senin selalu menunjuk hari?
A: Belum tentu.
Q: Mengapa?
A: Tetanggaku ada juga yang bernama senin.
Q: Ada berapa senin itu?
A: Bisa satu bisa banyak
Q: Bilamana senin itu satu?
A: Senin itu satu jika bersatu.
Q: Bilamana senin itu banyak?
A: Jika dia tercerai-berai.
Q: Apakah kita bisa membagi senin?
A: Senin bisa dibagi menjadi dua yaitu se dan nin
Q: Apakah ada cara lain membagi senin?
A: Senin bisa dibagi menjadi sen dan in.
Q: Apakah ada cara lain membagi senin?
A: Senin dapat dibagi menjadi siang dan malam.
Q: Apakah ada cara lain membagi senin?
A: Senin dapat dibagi menjadi pagi dan sore.
Q: Ada berapa senin itu?
A: Bisa satu bisa empat.
Q: Bilamana senin itu satu?
A: Senin itu satu jika kita hanya punya satu minggu.
Q: Bilamana senin itu empat?
A: Bilamana kita mempunyai empat minggu.
Q: Kapan senin itu?
A: Bisa sebelum bisa sesudah.
Q: Kapan senin itu sebelum?
A: Senin itu sebelum selasa.
Q: Kapan senin itu sesudah?
A: Senin itu sesudah minggu.
Q: Dimanakah senin itu?
A: Bisa di sini bisa di sana.
Q: Apa senin yang di sini?
A: Senin yang di sini adalah senin yang sedang aku tulis.
Q: Apa senin yang ada di sana?
A: Senin yang ada di sana adalah senin yang tertera di kalender.
Q: Dimanakah senin itu.
A: Dia selalu di awal.
Q: Senin itu di awal apa?
A: Senin itu di awal minggu.
Q: Apakah senin itu?
A: Bisa bahasa bisa logika.
Q: Apa yang dimaksud senin sebagai bahasa itu?
A: Senin itu adalah kata benda.
Q: Apakah senin sebagai bahasa itu?
A: Senin terdiri dari huruf hidup e dan i.
Q: Apakah senin sebagai bahasa itu?
A: Senin terdiri dari huruf mati s dan n.
Q: Apakah senin sebagai logika itu?
A: Senin adalah lambang bagi satu
Q: Apakah senin sebagai logika itu?
A: Senin terdiri dari 5 huruf.
Q: Apakah senin itu?
A: Dia salah satu dari puasaku.
Q: Apakah puasamu yang lain?
A: Puasaku yang lain adalah Kamis.
Q: Apakah bentuk dari senin itu?
A: Bentuk senin bisa lugas, bisa terbalik dan bisa berubah.
Q: Bentuk lugas dari senin itu apa?
A: Bentuk lugas dari senin adalah senin.
Q: Apakah bentuk terbalik dari senin itu?
A: Bentuk terbalik dari senin adalah nines.
Q: Apakah bentuk berubah daro senin itu.
A: Bentuk berubah dari senin bisa saja nyenin.
Q: Apakah nama lain dari senin itu?
A: Jawanya senin itu sukra.
Q: Apakah nama lain dari senin itu?
A: Inggrisnya senin adalah monday.
Q: Apa bedanya senin dan minggu?
A: Tidak lazim menyebut satu senin, yang lazim adalah satu minggu.
Q: Apakah senin itu suatu subyek?
A: Senin itu bisa merupakan subyek.
Q: Bilamana senin dikatakan subyek?
A: Senin dikatakan subyek jika dia menentukan selasa.
Q: Bilamana senin dikatakan obyek?
A: Senin dikatakan suatu obyek jika dia ditentukan oleh minggu.
Q: Apakah senin malam=malam senin?
A: Saya mulai bingung.
Q: Mengapa bingung?
A: Seni malam tidak sama dengan malam senin, tetapi...
Q: Tetapi apa?
A: Tetapi senin malam=malam senin itu kalimat yang salah.
Q: Kenapa senin malam = malam senin merupakan kalimat salah?
A: Karena mencampuradukan lambang matematika dengan kalimat biasa.
Q: Di manakah senin itu?
A: Senin bisa di luar pikiranmu, bisa di dalam pikiranmu.
Q: Apakah fungsi senin itu?
A: Bisa konotatif bisa denotatif.
Q: Apa yang dimaksud senin berfungsi denotatif.
A: Senin berfungsi denotatif jika dia setelah minggu dan sebelum selasa.
Q: Apa yang dimaksud senin konotatif itu.
A: Senin konotatif artinya mulai bekerja.
Q: Apa kesalahan senin itu?
A: Senin salah jika ditulis seniin, senen, seninn, seeniin, dst.
Q: Apakah harga senin itu?
A: Senin sangat berharga karena dia hari lahirku.
Q: Apakah ruginya senin?
A: Ruginya senin kalau aku sakit tidak masuk kerja.
Q: Apakah ritualnya senin itu?
A: Senin kliwonan ada kegiatan pengajian.
Q: Apakah sosialnya senin itu?
A: Senin sore ada acara arisan.
Q: Kenapa engkau selalu bisa menjawab pertanyaanku?
A: Aku adalah pengetahuanku.
Q: Dimanakah domisilimu?
A: Didasar gunung es.
Q: Gunung es yang mana?
A: Gunung es senin.
Q: Ini hari apa?
A: Senin
Q: Apakah senin itu hari?
A: Bisa ya bisa bukan
Q: Kenapa senin bukan hari.
A: Senin itu cuma kumpulan huruf s, e, n, i, n
Q: Bilamana senin itu hari?
A: Bila senin menunjuk hari
Q: Tetapi apakah senin selalu menunjuk hari?
A: Belum tentu.
Q: Mengapa?
A: Tetanggaku ada juga yang bernama senin.
Q: Ada berapa senin itu?
A: Bisa satu bisa banyak
Q: Bilamana senin itu satu?
A: Senin itu satu jika bersatu.
Q: Bilamana senin itu banyak?
A: Jika dia tercerai-berai.
Q: Apakah kita bisa membagi senin?
A: Senin bisa dibagi menjadi dua yaitu se dan nin
Q: Apakah ada cara lain membagi senin?
A: Senin bisa dibagi menjadi sen dan in.
Q: Apakah ada cara lain membagi senin?
A: Senin dapat dibagi menjadi siang dan malam.
Q: Apakah ada cara lain membagi senin?
A: Senin dapat dibagi menjadi pagi dan sore.
Q: Ada berapa senin itu?
A: Bisa satu bisa empat.
Q: Bilamana senin itu satu?
A: Senin itu satu jika kita hanya punya satu minggu.
Q: Bilamana senin itu empat?
A: Bilamana kita mempunyai empat minggu.
Q: Kapan senin itu?
A: Bisa sebelum bisa sesudah.
Q: Kapan senin itu sebelum?
A: Senin itu sebelum selasa.
Q: Kapan senin itu sesudah?
A: Senin itu sesudah minggu.
Q: Dimanakah senin itu?
A: Bisa di sini bisa di sana.
Q: Apa senin yang di sini?
A: Senin yang di sini adalah senin yang sedang aku tulis.
Q: Apa senin yang ada di sana?
A: Senin yang ada di sana adalah senin yang tertera di kalender.
Q: Dimanakah senin itu.
A: Dia selalu di awal.
Q: Senin itu di awal apa?
A: Senin itu di awal minggu.
Q: Apakah senin itu?
A: Bisa bahasa bisa logika.
Q: Apa yang dimaksud senin sebagai bahasa itu?
A: Senin itu adalah kata benda.
Q: Apakah senin sebagai bahasa itu?
A: Senin terdiri dari huruf hidup e dan i.
Q: Apakah senin sebagai bahasa itu?
A: Senin terdiri dari huruf mati s dan n.
Q: Apakah senin sebagai logika itu?
A: Senin adalah lambang bagi satu
Q: Apakah senin sebagai logika itu?
A: Senin terdiri dari 5 huruf.
Q: Apakah senin itu?
A: Dia salah satu dari puasaku.
Q: Apakah puasamu yang lain?
A: Puasaku yang lain adalah Kamis.
Q: Apakah bentuk dari senin itu?
A: Bentuk senin bisa lugas, bisa terbalik dan bisa berubah.
Q: Bentuk lugas dari senin itu apa?
A: Bentuk lugas dari senin adalah senin.
Q: Apakah bentuk terbalik dari senin itu?
A: Bentuk terbalik dari senin adalah nines.
Q: Apakah bentuk berubah daro senin itu.
A: Bentuk berubah dari senin bisa saja nyenin.
Q: Apakah nama lain dari senin itu?
A: Jawanya senin itu sukra.
Q: Apakah nama lain dari senin itu?
A: Inggrisnya senin adalah monday.
Q: Apa bedanya senin dan minggu?
A: Tidak lazim menyebut satu senin, yang lazim adalah satu minggu.
Q: Apakah senin itu suatu subyek?
A: Senin itu bisa merupakan subyek.
Q: Bilamana senin dikatakan subyek?
A: Senin dikatakan subyek jika dia menentukan selasa.
Q: Bilamana senin dikatakan obyek?
A: Senin dikatakan suatu obyek jika dia ditentukan oleh minggu.
Q: Apakah senin malam=malam senin?
A: Saya mulai bingung.
Q: Mengapa bingung?
A: Seni malam tidak sama dengan malam senin, tetapi...
Q: Tetapi apa?
A: Tetapi senin malam=malam senin itu kalimat yang salah.
Q: Kenapa senin malam = malam senin merupakan kalimat salah?
A: Karena mencampuradukan lambang matematika dengan kalimat biasa.
Q: Di manakah senin itu?
A: Senin bisa di luar pikiranmu, bisa di dalam pikiranmu.
Q: Apakah fungsi senin itu?
A: Bisa konotatif bisa denotatif.
Q: Apa yang dimaksud senin berfungsi denotatif.
A: Senin berfungsi denotatif jika dia setelah minggu dan sebelum selasa.
Q: Apa yang dimaksud senin konotatif itu.
A: Senin konotatif artinya mulai bekerja.
Q: Apa kesalahan senin itu?
A: Senin salah jika ditulis seniin, senen, seninn, seeniin, dst.
Q: Apakah harga senin itu?
A: Senin sangat berharga karena dia hari lahirku.
Q: Apakah ruginya senin?
A: Ruginya senin kalau aku sakit tidak masuk kerja.
Q: Apakah ritualnya senin itu?
A: Senin kliwonan ada kegiatan pengajian.
Q: Apakah sosialnya senin itu?
A: Senin sore ada acara arisan.
Q: Kenapa engkau selalu bisa menjawab pertanyaanku?
A: Aku adalah pengetahuanku.
Q: Dimanakah domisilimu?
A: Didasar gunung es.
Q: Gunung es yang mana?
A: Gunung es senin.
Tuesday, March 17, 2009
Elegi Menggapai Dasar Gunung Es
Oleh: Marsigit
Pelaut:
Dengan perahuku ini, aku sedang mengarungi laut. Anehnya, laut serasa tidak bertepi. Aku juga tidak melihat cakrawala. Aku tidak melihat pulau-pulau. Aku juga tidak melihat perahu lainnya. Tetapi di sana-sini aku melihat banyak puncak gunung es. Semakin aku cermati, semakin tampak banyak gunung-gunung es itu di laut. Aku penasaran. Maka aku ambil kaca pembesar. Subhanallah, ternyata di luar kesadaranku. Aku telah dikepung oleh gunung-gunung es tersebut, yang banyaknya tidak dapat aku hitung. Apa maknanya ini semua?
Orang tua berambut putih datang:
Maknanya adalah, kenalilah mereka satu persatu.
Pelaut:
Bagaimana aku bisa mengenalinya? Sedangkan aku hanya mengetahui puncaknya saja.
Orang tua berambut putih:
Tetap kenalilah mereka satu persatu puncaknya terlebih dulu, sebelum engkau mengenal yang lainnya. Untuk itu coba engkau sebutkan dari yang paling dekat dulu.
Pelaut:
Baiklah. Itu ada komunikasi. Itu ada malas. Itu ada bodoh. Itu ada rajin. Itu ada sukses. Itu ada kejam. Itu ada cantik. Itu ada tampan. Itu ada kaya. Itu ada miskin. Itu ada dosen. Itu ada guru. Itu ada mahasiswa. Itu ada siswa. itu ada lurah. Itu ada carik. Itu ada ilmu. Itu ada metode. Itu ada kualitatif. Itu ada hasil. Itu ada definisi. Itu ada matematika. Itu ada filsafat. Itu ada pendidikan. Itu ada kuliah. Itu ada makanan. Itu ada toko. Itu ada sosial. Itu ada budaya. Itu ada ontologi. Itu ada epistemologi. Itu ada tanggung jawab. Itu ada baik. Itu ada buruk. Itu ada benar. Itu ada salah. Itu ada hakekat. Itu ada spiritual. Itu ada materi. Itu ada hidup. Itu ada mati. Itu ada potensi. Itu ada fakta. Itu ada wadah. Itu ada isi. Itu ada harmoni. Itu ada doa. Itu ada iklhas. Itu ada kosong. Itu ada keputusan. Itu ada berpikir. Itu ada ruang. Itu ada waktu. Itu ada intuisi. Itu ada transenden. Itu ada rasional. Itu ada pengalaman. Wah...masih banyak lagi. Apakah aku masih perlu menyebutkannya? Apakah yang baru saja aku sebut semuanya itu adalah puncak-puncak gunung es?
Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar ilmumu, yaitu kemampuan untuk menyebutkannya. Dan betul itulah sebenar-benar puncak gunung es.
Pelaut:
Kemudian, apakah sebetulnya yang disebut puncak gunung es?
Orang tua berambut putih:
Setiap kata-katamu itulah sebenar-benar puncak gunung es.
Pelaut:
Kalau setiap kata-kataku adalah puncak gunung es, maka dimanakah ngarai-ngarai?. Dimanakah lembah-lembahnya? Dimanakah sungai-sungainya? Dimanakah tanaman-tanamannya? Dimanakah kampung-kampungnya? Dimanakah penghuninya? Dan, dimanakah magmanya?
Orang tua berambut putih:
Semua yang engkau tanyakan itu sebenar-benarnya adalah tersembunyi di bawah permukaan laut.
Pelaut:
Bagaimanakah aku bisa mengenali mereka semuanya.
Orang tua berambut putih:
Caranya adalah dengan menyelam ke bawah permukaan laut.
Pelaut:
Bagaimana aku bisa menyelam ke bawah permukaan laut?
Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.
Pelaut:
Wahai orang tua berambut putih. Bukankah apa yang engkau sebutkan itu adalah puncak-puncak gunung. Karena itu semua adalah kata-katamu. Maka semua kata-katamu itulah sebenar-benar puncak gunung.
Orang tua berambut putih:
Ketahuilah bahwa jika engkau dekati suatu gunung itu, maka tiadalah suatu gunung yang hanya mempunyai satu puncak. Di lembah gunung terdapatlah puncak-puncaknya yang lebih kecil, demikian seterusnya.
Pelaut:
Jika aku ingin mengetahui tentang komunikasi, maka bagaimanakah caranya?
Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.
Pelaut:
Jika aku ingin mengetahui apa yang ada di bawah puncak gunung kosong, bagaimanakah caranya?
Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.
Pelaut:
Kenapa engkau ulang-ulang saja jawabanmu?
Orang tua berambut putih:
Inilah sebenar-benar kesaksianku. Bahwa sebenar-benar yang sedang engkau lakukan adalah sedang menggapai filsafat.
Pelaut:
Dengan perahuku ini, aku sedang mengarungi laut. Anehnya, laut serasa tidak bertepi. Aku juga tidak melihat cakrawala. Aku tidak melihat pulau-pulau. Aku juga tidak melihat perahu lainnya. Tetapi di sana-sini aku melihat banyak puncak gunung es. Semakin aku cermati, semakin tampak banyak gunung-gunung es itu di laut. Aku penasaran. Maka aku ambil kaca pembesar. Subhanallah, ternyata di luar kesadaranku. Aku telah dikepung oleh gunung-gunung es tersebut, yang banyaknya tidak dapat aku hitung. Apa maknanya ini semua?
Orang tua berambut putih datang:
Maknanya adalah, kenalilah mereka satu persatu.
Pelaut:
Bagaimana aku bisa mengenalinya? Sedangkan aku hanya mengetahui puncaknya saja.
Orang tua berambut putih:
Tetap kenalilah mereka satu persatu puncaknya terlebih dulu, sebelum engkau mengenal yang lainnya. Untuk itu coba engkau sebutkan dari yang paling dekat dulu.
Pelaut:
Baiklah. Itu ada komunikasi. Itu ada malas. Itu ada bodoh. Itu ada rajin. Itu ada sukses. Itu ada kejam. Itu ada cantik. Itu ada tampan. Itu ada kaya. Itu ada miskin. Itu ada dosen. Itu ada guru. Itu ada mahasiswa. Itu ada siswa. itu ada lurah. Itu ada carik. Itu ada ilmu. Itu ada metode. Itu ada kualitatif. Itu ada hasil. Itu ada definisi. Itu ada matematika. Itu ada filsafat. Itu ada pendidikan. Itu ada kuliah. Itu ada makanan. Itu ada toko. Itu ada sosial. Itu ada budaya. Itu ada ontologi. Itu ada epistemologi. Itu ada tanggung jawab. Itu ada baik. Itu ada buruk. Itu ada benar. Itu ada salah. Itu ada hakekat. Itu ada spiritual. Itu ada materi. Itu ada hidup. Itu ada mati. Itu ada potensi. Itu ada fakta. Itu ada wadah. Itu ada isi. Itu ada harmoni. Itu ada doa. Itu ada iklhas. Itu ada kosong. Itu ada keputusan. Itu ada berpikir. Itu ada ruang. Itu ada waktu. Itu ada intuisi. Itu ada transenden. Itu ada rasional. Itu ada pengalaman. Wah...masih banyak lagi. Apakah aku masih perlu menyebutkannya? Apakah yang baru saja aku sebut semuanya itu adalah puncak-puncak gunung es?
Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar ilmumu, yaitu kemampuan untuk menyebutkannya. Dan betul itulah sebenar-benar puncak gunung es.
Pelaut:
Kemudian, apakah sebetulnya yang disebut puncak gunung es?
Orang tua berambut putih:
Setiap kata-katamu itulah sebenar-benar puncak gunung es.
Pelaut:
Kalau setiap kata-kataku adalah puncak gunung es, maka dimanakah ngarai-ngarai?. Dimanakah lembah-lembahnya? Dimanakah sungai-sungainya? Dimanakah tanaman-tanamannya? Dimanakah kampung-kampungnya? Dimanakah penghuninya? Dan, dimanakah magmanya?
Orang tua berambut putih:
Semua yang engkau tanyakan itu sebenar-benarnya adalah tersembunyi di bawah permukaan laut.
Pelaut:
Bagaimanakah aku bisa mengenali mereka semuanya.
Orang tua berambut putih:
Caranya adalah dengan menyelam ke bawah permukaan laut.
Pelaut:
Bagaimana aku bisa menyelam ke bawah permukaan laut?
Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.
Pelaut:
Wahai orang tua berambut putih. Bukankah apa yang engkau sebutkan itu adalah puncak-puncak gunung. Karena itu semua adalah kata-katamu. Maka semua kata-katamu itulah sebenar-benar puncak gunung.
Orang tua berambut putih:
Ketahuilah bahwa jika engkau dekati suatu gunung itu, maka tiadalah suatu gunung yang hanya mempunyai satu puncak. Di lembah gunung terdapatlah puncak-puncaknya yang lebih kecil, demikian seterusnya.
Pelaut:
Jika aku ingin mengetahui tentang komunikasi, maka bagaimanakah caranya?
Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.
Pelaut:
Jika aku ingin mengetahui apa yang ada di bawah puncak gunung kosong, bagaimanakah caranya?
Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.
Pelaut:
Kenapa engkau ulang-ulang saja jawabanmu?
Orang tua berambut putih:
Inilah sebenar-benar kesaksianku. Bahwa sebenar-benar yang sedang engkau lakukan adalah sedang menggapai filsafat.
Monday, March 16, 2009
Elegi Menggapai Diri
Oleh Marsigit
Monolog diriku:
Setelah membaca banyak elegi, aku menjadi tidak yakin terhadap diriku sendiri, siapakah diriku itu sebenarnya?
Orang tua berambut putih datang:
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ruangmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah waktumu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pengakuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah aktivitasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah tujuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pergaulanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah mimpimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bahasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kinerjamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah persepsimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah doamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ikhtiarmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kejujuranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah komitmenmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah rencanamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah faktamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah potensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah motivasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pengalamanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ketrampilanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah sikapmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pengetahuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kesalahanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah relativemu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah absolutmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah dimensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ikhlasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah keraguanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kepastianmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah daya kritismu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bacanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kemerdekaanmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bisnismu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kuasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah penterjemahanmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah khusyukmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah obyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah subyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah sifatmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah relasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bukumu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah keputusanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah tanggungjawabmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah wadahmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah isimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah harmonimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah putaranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah lintasanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah amal perbuatanmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah..dst.
Diriku:
Jadi kalau begitu....
Orang tua berambut putih:
Inilah kesaksianku, bahwa sebenar-benar dirimu itu bersifat terbuka, selagi engkau belum menunjuk dirimu. Engkau bisa mendefinisikan dirimu sebagai apapun, atau sama sekali engkau bisa mendefinisikan dirimu sebagai bukan apapun. Namun begitu engkau telah menunjuk dirimu, maka tertutuplah dirimu itu.
Diriku:
Kalau begitu siapakah diriku itu?
Orang tua berambut putih:
Jika engkau belum juga jelas, maka akan aku jelaskan. Sebenar-benar dirimu adalah satu, atau dua, atau banyak, atau semuanya dari berikut ini:
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ruangmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah waktumu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pengakuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah aktivitasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah tujuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pergaulanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah mimpimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bahasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kinerjamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah persepsimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah doamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ikhtiarmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kejujuranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah komitmenmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah rencanamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah faktamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah potensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah motivasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pengalamanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ketrampilanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah sikapmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pengetahuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kesalahanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah relativemu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah absolutmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah dimensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ikhlasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah keraguanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kepastianmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah daya kritismu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bacanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kemerdekaanmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bisnismu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kuasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah penterjemahanmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah khusyukmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah obyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah subyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah sifatmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah relasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bukumu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah keputusanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah tanggungjawabmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah wadahmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah isimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah harmonimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah putaranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah lintasanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah amal perbuatanmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah..dst.
Monolog diriku:
Setelah membaca banyak elegi, aku menjadi tidak yakin terhadap diriku sendiri, siapakah diriku itu sebenarnya?
Orang tua berambut putih datang:
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ruangmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah waktumu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pengakuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah aktivitasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah tujuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pergaulanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah mimpimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bahasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kinerjamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah persepsimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah doamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ikhtiarmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kejujuranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah komitmenmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah rencanamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah faktamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah potensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah motivasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pengalamanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ketrampilanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah sikapmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pengetahuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kesalahanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah relativemu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah absolutmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah dimensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah ikhlasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah keraguanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kepastianmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah daya kritismu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bacanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kemerdekaanmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bisnismu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah kuasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah penterjemahanmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah khusyukmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah obyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah subyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah sifatmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah relasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah bukumu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah keputusanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah tanggungjawabmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah wadahmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah isimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah harmonimu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah putaranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah lintasanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, terserah amal perbuatanmu
Sebenar-benar dirimu itu, terserah..dst.
Diriku:
Jadi kalau begitu....
Orang tua berambut putih:
Inilah kesaksianku, bahwa sebenar-benar dirimu itu bersifat terbuka, selagi engkau belum menunjuk dirimu. Engkau bisa mendefinisikan dirimu sebagai apapun, atau sama sekali engkau bisa mendefinisikan dirimu sebagai bukan apapun. Namun begitu engkau telah menunjuk dirimu, maka tertutuplah dirimu itu.
Diriku:
Kalau begitu siapakah diriku itu?
Orang tua berambut putih:
Jika engkau belum juga jelas, maka akan aku jelaskan. Sebenar-benar dirimu adalah satu, atau dua, atau banyak, atau semuanya dari berikut ini:
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ruangmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah waktumu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pengakuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah aktivitasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah tujuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pergaulanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah mimpimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bahasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kinerjamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah persepsimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah doamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ikhtiarmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kejujuranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah komitmenmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah rencanamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah faktamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah potensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah motivasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pengalamanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ketrampilanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah sikapmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pengetahuanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kesalahanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah relativemu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah absolutmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah dimensimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah pertanyaanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah ikhlasmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah keraguanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kepastianmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah daya kritismu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bacanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kemerdekaanmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bisnismu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah kuasamu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah penterjemahanmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah khusyukmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah obyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah subyekmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah sifatmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah relasimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah bukumu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah keputusanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah tanggungjawabmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah wadahmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah isimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah harmonimu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah putaranmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah lintasanmu.
Sebenar-benar dirimu itu, adalah amal perbuatanmu
Sebenar-benar dirimu itu, adalah..dst.
Subscribe to:
Posts (Atom)