Saturday, May 16, 2009

Elegi Ucapan Selamat Jalan

Oleh Marsigit

Orang tua berambut putih:
Wahai para elegi, berat rasanya aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.

Para elegi:
Wahai orang tua berambut putih, janganlah engkau merasa ragu untuk menyampaikan sesuatu kepadaku. Berbicara lugaslah kepadaku, jangan sembunyikan identitasmu, dan jangan sembunyikan pula maksudmu.

Orang tua berambut putih:
Sudah saatnya aku menyampaikan bahwa saatnya kita berpisah itu juga sudah dekat. Mengapa? Jika aku terlalu lama dalam elegi maka bukankah engkau itu akan segera menjadi mitos-mitosku. Maka aku juga enggan untuk menyebut sebagai orang tua berambut putih. Aku juga ingin menanggalkan julukanku sebagai orang tua berambut putih. Bukankah jika engkau terlalu lama menyebutku sebagai orang tua berambut putih maka engkau juga akan segera termakan oleh mitos-mitosku. Ketahuilah bahwa orang tua berambut putih itu adalah pikiranku. Sedagkan pikiranku adalah diriku. Sedangkan diriku adalah Marsigit. Setujukah?

Para elegi:
Bagaimana kalau aku katakana bahwa Marsigit adalah pikirannya. Sedangkan pikirannya adalah ilmunya. Sedangkan ilmunya itu adalah orang tua berambut putih.

Marsigit:
Maafkan aku para elegi, bolehkah aku minta tolong kepadamu. Aku mempunyai banyak murid-murid. Apalagi mereka, sedangkan engkau pula akan segera aku tinggalkan. Maka murid-muridku juga akan segera aku tinggalkan. Mengapa aku akan segera meninggalkanmu dan meninggalkan murid-muridku? Itulah suratan takdir. Jika para muridku mengikuti jejakku maka dia melakukan perjalanan maju. Sedangkan jika aku tidak segera meninggalkan muridku maka aku aku akan menghalangi perjalanannya. Aku harus member jalan kepada murid-muridku untuk melenggangkan langkahnya menatap masa depannya.

Mahasiswa:
Maaf pak Marsigit. Saya masih ingin bertanya. Bagaimanakah menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari?

Marsigit:
Filsafat itu meliputi semuanya yang ada dan yang mungkin ada. Padahal dirimu itu termasuk yang ada. Maka dirimu itu adalah filsafat. Seangkan kehidupan sehari-hari itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka kehidupan sehari-hari itu adalah filsafat. Sedangkan pertanyaanmu itu disampiang telah terbukti ada, maka pertanyaan itu adalah awal dari ilmumu. Maka untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari gunakanlah metode menterjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, apakah sebenarnya filsafat pendidikan matematika itu? Dan apa bedanya dengan filsafat matematika? Dan apa pula bedanya dengan matematika?

Marsigit:
Pengertian matematika itu ada banyak sekali, sebanyak orang yang memikirkannya. Secara implicit, menurut Socrates matematika adalah pertanyaan, menurut Plato matematika adalah ide, menurut Arstoteles, matematika adalah pengalaman, menurut Descartes matematika adalah rasional, menurut Kant matematika adalah sintetik a priori, menurut Hegel matematika itu mensejarah, menurut Russell matematika adalah logika, menurut Wittgenstain matematika adalah bahasa, menurut Lakatos matematika adalah kesalahan, dan menurut Ernest matematika adalah pergaulan.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, tetapi aku tidak pernah menemukan semua ungkapanmu itu dalam buku-buku referensi primer?

Marsigit:
Ungkapan-ungkapanku itu adalah kualitas kedua atau ketiga. Kualitas kedua atau ketiga itu merupakan hasil refleksi. Filsafat adalah refleksi. Jadi hanya dapat diketahui melalui kajian metafisik.

Mahasiswa:
Apa pula yang dimaksud metafisik?

Marsigit:
Metafisik adalah setelah yang fisik. Maksudnya adalah penjelasanmu tentang segala sesuatu. Jadi jika engkau sudah berusaha menjelaskan sesuatu walaupun sangat sederhana, maka engkau telah melakukan metafisik. Maka dirimu itulah metafisik.

Mahasiswa:
Lalu apa bedanya matematika dengan filsafat matematika?

Marsigit:
Untuk matematika 3+5 = 8 itu sangat jelas dan final, dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Mengapa karena matematika itu adalah meneliti. Jadi 3+5=8 itu dapat dipandang sebagai hasil penelitian matematika yang sangat sederhana dan terlalu sia-sia untuk mempersoalkan. Tetapi bagi filsafat kita berhak bertanya mengapa 3+5=8. Mengapa? Karena filsafat itu refleksi. Ketahuilah 3+5=8 itu, bagi filsafat, hanya betul jika kita mengabaikan ruang dan waktu. Tetapai selama kita masih memperhatika ruang dan waktu maka kita bias mempunyai 3 buku, 3 topi, 3 hari, dst…5 pensil, 5 pikiran, 5pertanyaan, dst…Maka kita tidak bisa mengatakan 3pensil +5 topi = 8 topi, misalnya.

Mahasiswa:
Lalu apa relevansinya mempelajari filsafat dengan pendidikan matematika?

Marsigit:
Pendidikan itu dapat diibaratkan sebagai gerbong kereta api. Demikian juga pendidikan matematika. Filsafat itu dapat diibaratkan sebagai helicopter pengawal gerbong KA. Para pendidik, atau guru atau praktisi kependidikan jika tidak pernah mempelajari filsafat pendidikan atau filsafat pendidikan matematika, mereka itu ibarat penunmpang KA tersebut. Maka bagaimana mungkin penumpang KA bisa mengetahui semua aspek sudut-sudut gerbong KA dalam perjalanannya. Maka filsafat pendidikan matematika itu ibarat seorang penumpang KA itu keluar dari gerbong KA an kemudian naik helicopter untuk mengikuti dan memonitor laju perjalanan KA itu. Maka orang yang telah mempelajari filsafat pendidikan matematika jauh lebih kritis dan lebih dapat melihat dan mampu mengetahui segala aspek pendidikan matematika.

Mahasiswa:
Aku bingung dengan penjelasanmu itu. Bisakah engkau memberikan gambaran yang lebih jelas?

Marsigit:
Filsafat itu adalah refleksi. Maka filsafat pendidikan matematika adalah refleksi terhadap pendidikan matematika, meliputi refleksi terhadap semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Padahal pendidikan matematika itu meliputi guru, matematika, murid, ruang, kegiatan, alat dst..banyak sekali. Padahal guru itu mempunyai sifat yang banyak sekali. Jadi ada banyak sekali yang perlu direfleksikan. Maka dalam filsafat pendidikan matematika, tantanganmu adalah bagaimana engkau bisa memperbincangkan semua obyek-obyeknya. Maksud meperbincangkan adalah menjelaskan semua dari apa yang dimaksud dengan semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Jelaskanlah apa arti bilangan phi? Jelaskanlah apa hakekat siswa diskusi? Jelaskan apa hakekat LKS? Jelaskan apa hakekat media pembelajaran matematika? Itu semua merupakan pekerjaan filsafat pendidikan matematika? Maka bacalah elegi-elegi itu semua, maka niscaya engkau akan bertambah sensitive terhadap pendidikan matematika. Sensitivitasmu terhadap pendidikan matematika itu merupakan modal dasar bagi dirimu agar mampu merefleksikannya.

Mahasiswa:
Apakah filsafat itu meliputi agama?

Marsigit:
Filsafat itu olah pikir. Sedangkan agama itu tidak hanya olah pikir tetapi meliputi juga olah hati. Pikiranku tidak dapat memikirkan semua hatika. Artinya filsafat tidak mampu menjelaskan semua keyakinanku.

Mahasiswa:
Apa yang engkau maksud dengan jebakan filsafat?

Marsigit:
Jebakan filsafat itu artinya tidak ikhlas, tidak sungguh-sungguh, palsu, menipu, pura-pura, dsb. Maka jika engkau mempelajari filsafat hanya untuk mengejar nilai, itu adalah jebakan filsafat. Jika para guru peserta pelatihan, kemudian enggan melaksanakan hasil-hasil pelatihan setelah selesai pelatihan, itu adalah jebakan filsafat. Jika engkau pura-pura disipli maka itu jebakan filsafat. Maka bacalah lagi elegi jebakan filsafat.

Mahasiswa:
Apa pantangan belajar filsafat?

Marsigit:
Belajar filsafat itu tidak boleh sepotong-sepotong. Kalimat-kalimat filsafat juga tidak bisa diambil sepenggal-penggal. Karena jika demikian maka tentu akan diperoleh gambaran yang tidak lengkap. Pantangan yang lain adalah jangan gunakan filsafat itu tidak sesuai ruang dan waktunya. Jika engkau bicara dengan anak kecil perihal hakekat sesuatu maka engkau itu telah menggunakan filsafat tidak sesuai dengan ruang dan waktunya.

Mahasiswa:
Apa tujuan utama mempelajari filsafat?

Marsigit:
Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk bisa menjadi saksi. Mempelajari filsafat pendidikan matematika untuk menjadi saksi tentang pendidikan matematika. Tidaklah mudah menjadi saksi itu. Jika ada seminar tentang pendidikan matematika, tetapi engkau tidak ikut padahal mestinya engkau bisa ikut, maka engkau telah gagal menjadi saksinya pendidikan matematika. Itu hanyalah satu contoh saja. Jika ada perubahan kurikulum tentang pendidikan matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu padahal engkau mestinya bisa, maka engkau telah kehilangan kesempatanmu menjadi saksi. Jika ada praktek-praktek pembelajaran matematika yang tidak sesuai dengan hakekat matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu maka engkau telah gagal menjadi saksi. Dst.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, kenapa engkau melakukan ujian-ujian untuk kuliah filsafat pendidikan matematika? Padahal aku sangat ketakutan dengan ujian-ujian.

Marsigit:
Ujian itu ada dan jika keberadaannnya tersebar sampai kemana-mana untuk berbagai kurun waktu maka mungkin ujian itu termasuk sunatullah. Maka aku mengadakan ujian itu juga dalam rangka menjalani suratan takdir. Padahal bagiku tidaklah mudah untuk mengujimu, karena akan sangat berat mempertangungjawabkannya.

Mahasiswa:
Kenapa bapak kelihatan berkemas-kemas mau meninggalkanku?

Marsigit:
Aku tidak bisa selamanya bersamamu. Paling tidak itu fisikku, tenagaku, energiku, ruangku dan waktuku. Tetapi ada hal yang tidak dapat dipisahkan antara aku dan engkau, yaitu ilmuku dan ilmumu. Diantara ilmuku dan ilmuku ada yang tetap, ada yang sama, ada yang. Tetapi komunikasi kita tidak hanya tentang hal yang sama. Kita bisa berkomunikasi tentang kontradiksi kita masing-masing dan kebenaran kita masing-masing.

Mahasiwa:
Apa bekalku untuk berjalan sendiri tanpa kehadiranmu?

Marsigit:
Ketahuilah bahwa akhir dari pertemuan kita dalam ruang dan waktu yang ini, adalah awal dari perjuangan kita masing-masing. Engkau semua akan memasukki hutan rimbanya kehidupan yang sebenarnya di masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan matematika. Ketahuilah salah satu hasil yang engkau peroleh dari belajar filsafat adalah kemerdekaan berpikir, kemandirian, keterampilan dan daya kritis, serta keteguhan hati. Itulah bekal yang engkau miliki. Selalu berusaha tingkatkanlah dimensi pikiran dan hatimu, dengan cara menterjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa:
Bagaimana tentang elegi-elegimu itu?

Marsigit:
Bacalah elegi-elegi itu. Itu adalah karya-karyaku yang semata-mata aku berikan kepadamu. Tetapi bacalah elegi-elegi dengan daya kritismu, karena engkau telah paham bahwa setiap kata itu adalah puncaknya gunung es. Maka sebenar-benar ilmumu adalah penjelasanmu tentang kata-kata itu.

Mahasiswa:
Bagaimana dengan elegiku?

Marsigit:
Buatlah dan gunakan elegi itu sebagai latihan untuk memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Tetapi gunakan dia itu sesuai dengan ruang dan waktunya. Sebenar-benar tantanganmu itu bukanlah elegi, tetapi adalah kemampuanmu menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada dari pendidikan matematika. Sedangkan tugasmu adalah bagaimana murid-muridmu juga mampu mengetahui dan menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada dari matematika sekolah yang mereka pelajari. Jika engkau ingin mengetahui dunia, maka tengoklah pikiranmu. Maka dunia matematika itu adalah pikiran siswa. Jadi matematika itu adalah siswa itu sendiri. Motivasi adalah siswa itu sendiri. Apersepsi adalah siswa itu sendiri. Maka berhati-hatilah dan bijaksanalah dalam mengelola tugas-tugasmu. Tugas-tugasmu adalah kekuasaanmu. Maka godaan yang paling besar bagi orang yang berkuasa adalah menggunakan kekuasaanmu. Padahal sifat dari kekuasaanmu itu selalu menimpa dan tertuju kepada obyek kekuasaanmu. Siapakah obyek kekuasaanmu itu. Tidak lain tidak bukan adalah murid-muridmu. Tiadalah daya dan upaya bagi murid-muridmu itu dalam genggaman kekuasaanmu kecuali hanya bersaksi kepada rumput yang bergoyang. Tetapi ingatlah bahwa suara rumput itu suara Tuhan. Maka barang siapa menyalahgunakan kekuasaan, dia itulah tergolong orang-orang yang berbuat dholim. Maka renungkanlah.

Mahasiswa:
Terimakasih pak Marsigit.

Marsigit:
Maafkan jika selama ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Pakailah yang baik dariku, dan campakkan yang buruk dariku. Semoga kecerdasan pikir dan kecerdasan hati senantiasa menyertaimu. Semoga kita semua selalu mendapat rakhmat dan hidayah dari Allah SWT. Amien. …Selamat berjuang.

18 comments:

Nina Agustyaningrum said...

Setelah mengikuti kuliah micro dan filsafat dengan bapak, saya menyadari bahwa mengajar itu memang tidak semudah yang saya bayangkan dulu,yaitu mengajar dengan metode ceramah atau tradisional yang ternyata hal tersebut telah merenggut kemerdekaan berfikir siswa,tidak memfasilitasi siswa untuk mengkaryakan pikiran dan ide - ide kreatifnya..

semoga saya dan teman - teman yang lain mampu melaksankan dengan baik ilmu-ilmu yang telah bapak sampaikan kepada kami..
amin ya rabbal 'alamin..

Ika Septiana said...

saya mendapat banyak ilmu dan pandangan lain dari elegi - elegi yang Bapak buat. semoga saya bisa lebih mengembangkan olah pikir saya. Amien..
Saya juga memberitahu bahwa tugas filsafat sudah saya posting melalui blog saya. terimakasih..

erma said...

ass pak marsigit.
setelah membaca elegi-elegi bapak, saya menjadi sadar masih banyak hal yang belum saya ketahui dan ilmu saya ternyata amatlah sedikit.sehingga saya makin terdorong untuk terus belajar dan menambah ilmu saya.
pak,saya sudah mempostingkan tugas saya.
terima kasih pak.

Luthfiana Fatmawati said...

Alhamdulillaah..
Segala puji hanya bagi Alloh, Tuhan Semesta Alam atas segala apa yang Ia ciptakan, termasuk semua ilmu ciptaan-Nya. Dan sesungguh-Nya tidaklah Ia menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia.

Betapa luasnya ilmu itu..semoga kita dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh sehingga membawa manfaat di dunia dan di akherat. Amin..

Luthfiana Fatmawati said...

Terima kasih atas ilmu, waktu, dan apa yang telah Bapak berikan kepada kami. Semoga Alloh menerima segala amal ibadah kita.
Amin..

Luthfiana Fatmawati said...

Aslm..
Maaf,pak.
Dengan ini saya memberitahukan bahwa saya telah mem-posting-kan elegi karya saya di blog saya.
Saya bermaksud mengundang Bapak untuk berkunjung ke blog saya, jika tidak keberatan.
Mohon bimbingannya,
Sebelumnya terima kasih..
Waslmkum wr. wb

Achira said...

Elegi ucapan selamat jalan seakan menyiratkan suatu pepisahan terhadap elegi dalam pembelajaran filsafat untuk semester ini. Semester ini mungkin akan segera berakhir, akan tetapi kebutuhan siswa -siswa bapak terhadap filsafat akan tetap ada selama kita masih berfikir karena filsafat merupakan olah pikir...
Terimakasih pak, dari elegi-elegi bapak telah banyak ilmu yang saya peroleh...yang membuat saya semakin sadar bahwa ilmu tak terhingga banyaknya...dan ilmu ini tidak akan berkembang jika tidak kita aplikasikan dalam kehidupan kita...
Hal inilah yang membuat ilmu akan tetap ada selama kita masih hidup....

Rossa Kristiana said...

Sebelumnya terimakasih Bapak telah bersedia dengan tulus ikhlas membagi ilmu kepada kami semua..
Saya mewakili teman-teman ingin mengucapkan terimakasih...
Atas nama pribadi terimakasih ya, Pak telah memberi wawasan mengenai filsafat, yang sebelumnya saya pikir filsafat itu ilmu yang berat bahkan dapat membuat seseorang menjadi gila... Apalagi jika tau filsafat itu suatu olah pikir, menurut saya bahasa itu cukup berat untuk dicerna oleh otak saya yang serba pas-pasan...:-)
Tapi Bapak mengenalkan filsafat dengan sesuatu yang dekat dengan lingkungan... Bahkan hal yang begitu simple 3+5 saya pikir akan selalu 8 jawabannya ternyata tidak ya?? dan ternyata hal tersebut dapat dijelaskan filsafat dengan matematika juga hanya saja klo 3+5=8 berlaku jika terdapat pada persamaan satu variabel tapi jika itu terdapt pd persamaan 2 variabel maka hal tersebut tidak dapat diselesaikan..
Bukankah begitu, Pak??

Rossa Kristiana
06301241040
Pend Mat '06

herry prasetyo said...

assalamu'alaikum wr wb...
sedih rasanya mengucapkan selamat tinggal. tapi itulah suratan takdir.
saya hanya bisa mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan bapak yang tak ternilai harganya.
semoga semua ilmu yang bapak berikan dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan umumnya bagi mahasiswa pendidikan matematika UNY.
maaf atas segala kesalahan.
terimakasih pak...

Tegar said...

Assallamualaikum Wr.Wb...

sedih banget pak rasanya diakhir elegi ini...tapi saya bersyukur karena bapak telah spesial memberikan elegi-elegi bapak untuk membuat kami menjadi lebih berarti lagi. membuat kami bisa mengerti sekali artinya hidup.
tapi memang benar pak pastiakan ada akhirnya dari semua ini, semua akan jadi pengalaman bagi saya pada khususnya, dan kita mahasiswa bapak pada umumnya...

saya tidak bisa mengucap banyak kata lagi kecuali terima kasih yang sebesar-besarnya...^_^
Wasssalamualaikum Wr.Wb...

Iwan Tegar Mandiri
06301244003

Anonymous said...

assalam...
Bapak, apa yang saya tanyakan pada elegi sebelumnya sedikit banyak saya dapatkan jawabannya pada elegi ini.
Rasa tanggung jawab bapak terhadap anak didik meninggalkan kesan yang mendalam untuk saya. Semoga saya bisa mengamalkan ilmu2 yang saya peroleh dengan perantara bapak.
Semua memang tidak hanya diukur dengan nilai A, B, C, atau D yang tercetak pada KRS tetapi lebih dari itu. Insyaallah, ilmu ini tidak hanya digunakan pada semester ini. Ilmu ini adalah bekal untuk awal kehidupan kami yang sebenarnya....
Saya pribadi juga meminta maaf atas kesalahan saya dan banyak ucapan terimakasih kepada bapak.
wassalam...

Betty Wijayanti (06301241034)

ARIF MU'NANDA'R said...

Saya mengucakpan terima kasih atas berbagai kesadaran dan pengalaman yang bapak share kan kepada kami semua...
mungkin perkuliahan ini memang akan segera berakhir. akan tetapi, saya yakin Bp. Marsigit tidak akan pernah berhenti berkarya,mengingat luasnya ilmu. Karena itu,saya tetap akan menunggu karya-karya selanjutnya...kebutuhan akan berfilsafat tidak akan pernah berhenti selama kita masih hidup di dunia ini.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman,yang berkat pertanyaan dan komentarnya telah memperluas dan memperdalam kajian kita. tentu perkuliahan ini semakin hidup. kreatifitas kalian juga aku tunggu. mari bersiap-siap untuk melangkah ke rimba yang dimaksud Bp.Marsigit kepada kita.

Bapak, saya baru saja menyelesaikan elegi kedua saya. mohon bimbingannya. layak ataukah tidaknya.

Yunanti_Nice said...

Asalamu`alaykum…
Setiap ada Pertemuan pasti ada suatu Perpisahan..itulah hakikat kehidupan..kuliah Filsafat bersama Bapak membukakan pikiran dan hati saya bahwa sebenarnya kita hidup itu tak luput dari Filsafat. Banyak pengalaman yang dapat saya petik..ilmu dari Bapak bisa menambah referensi bagi hidup saya…Terimakasih Bapak…Maaf atas ketidak sempurnaan saya sebagai mahasiswa..

Apriyani said...

Assalamualaikum pak...
Saya ingin mengucapkan terima kasih atas ilmu yang telah bapak berikan..
Walaupun saya masih asing di kolom comment elegi-elegi bapak, namun ada banyak pelajaran yang saya petik dariny...
Sekali lagi terima kasih dan juga maaf untuk segala kekhilafan..

Endang Wahyuningsih said...

REFLEKSI DI AKHIR PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
Ketika pertama kali mengikuti perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika, saya kurang begitu memahami dengan apa yang dikatakan Bapak Marsigit. Belajar filsafat kelihatannya sulit. Oleh karena itu saya dan dua teman saya dari Pendidikan Matematika NR C 07 menjadi ragu apakah kami akan jadi menambah dua sks lagi yaitu mata kuliah semester enam (Filsafat Pendidikan Matematika) atau tidak. Namun dengan tekat yang besar, kami bertiga akhirnya jadi mengambil mata kuliah ini.
Elegi yang pertama saya baca adalah Elegi Menggapai Ruang dan Waktu. Perlu berulang kali saya membaca untuk kemudian bisa memahaminya. Cukup aneh memang, mengapa ada tokoh “Makhluk pemangsa ruang dan waktu” yang karakternya sesuai dengan sifat buruk manusia. Ada juga benda-benda lain yang diperbincangkan layaknya manusia yang sedang bercakap-cakap dengan manusia yang lainnya. Ketika itu saya belum dapat memahami mengapa Bapak Marsigit menuliskan hal-hal yang seperti itu.
Setelah beberapa kali mengikuti perkuliahan, saya sedikit lebih tahu bahwa belajar filsafat cukup menyenangkan karena di sana kita dapat belajar hal-hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari yang mungkin tidak kita sadari sebelum kita belajar filsafat. Dalam eleginya, Bapak Marsigit biasanya menceritakan sesuatu yang merupakan refleksi hidup dengan komunikasi bersifat netral ,tidak memaksa, tapi biasanya mengena di hati.
Saat ini saya menyadari bahwa belajar filsafat sangat penting bagi para calon guru. Setelah para calon guru belajar filsafat maka ketika menjadi guru nantinya mereka diharapkan akan mampu memahami siswa-siswanya. Selain itu para calon guru juga diharapkan mampu mengetahui faktor-faktor yang perlu dikuasai guru untuk menunjang kesuksesan kegiatan belajar-mengajar.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Marsigit yang sudah memberi banyak ilmu sebagai bekal saya nanti di masa yang akan datang. Semoga saya dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang saya peroleh dengan sebaik-baiknya. Amien.

Dini Wirianti, S.Pd::Graduate student::LTA::09706251003 said...

Dalam setiap akhir perjumpaaan dengan manusia lain, manusia dapat meyerap ilmu kehidupan darinya. Ilmu itu sebagai bekal perjuangan hidup selanjutnya. Sehingga setiap perjumpaaan dengan siapa pun saja, itu sama dengan peningkatan kialitas hidup manusia jika dia dapat memaknainya. Sebagai contohnya: "Elegi Ucapan Selamat Jalan" dapat mengantarkan manusia pada "nyanyian Pagi"

indriati dwi astuti said...

Assalamualaikum pak Marsigit
secara formal sudah ujian mid mata kuliah filsafat,dengan hasil nilai,dengan nilai itu maka secara kuantitatif maupun kualitatif filsafat mahasiswa apakah sudah terukur bapak? bukankah 3+5=8 tidak pasti 8 tergantung ruang dan waktu?
maaf pak saya mahasiswa LT, tapi comment di topik ini karena, bukankah
Wittegeustein berpendapat matematika adalah bahasa.
Wassalamualaikum

santi towansiba said...

NAMA : santi Towansiba
nim : 06410341
UPY
Siapakah para elegi itu?