Thursday, May 14, 2009

Elegi Perbincangan Para Banyak

Oleh Marsigit
(Khusus untuk perbincangan filsafat, dan bukan untuk referensi langsung ke pembelajaran matematika)

Para banyak:
Wahai orang tua berambut putih, sebentar dulu...janganlah tergesa pergi... Aku para banyak masih ingin menyampaikan pemikiranku kepadamu. Selama ini tiadalah orang itu peduli terhadapku dan terhadap para anggotaku. Tetapi aku selalu tertimpakan oleh pemikiran, sikap dan perbuatan mereka. Kalau yang lain juga sudah menyampaikan pemikiran melalui berbagai forum misalnya konferensi, seminar,perbincangan, dst, maka kami juga ingin melakukan hal yang sama.

Orang tua berambut putih:
Oh engkau para banyak. Aku minta maaf belum bisa memberimu kesempatan untuk menyampaikan pemikiranmu dan para anggotamu. Sebetulnya aku untuk sementara akan off dulu, untuk memberikan kesempatan para subyek dan para obyek merenungkan pemikirannya. Tetapi ternyata engkau telah mendatangiku. Baiklah, silahkan.

Satu:
Kenalkan, aku adalah satu. Satu adalah anggota dari para banyak. Tiadalah banyak itu tanpa pernah dimulai dari diriku. Satu itu bukanlah satu. Oleh karena satu itu bukan satu, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan satu. Padahal engkau tahu bahwa satu itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan satu di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan satu buku, satu pensil, satu guru, satu siswa, satu lautan, satu bicara, satu pikiran, satu pendapat, satu tingkat, satu dimensi, satu dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa satu itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar satu, yaitu bahwa satu adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Dua:
Kenalkan, aku adalah dua. Dua adalah anggota dari para banyak. Dua itu bukanlah dua. Oleh karena dua itu bukan dua, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan dua. Padahal engkau tahu bahwa dua itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan dua di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan dua buku, dua, pensil, dua guru, dua siswa, dua lautan, dua bicara, dua pikiran, dua pendapat, dua tingkat, dua dimensi, dua dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa dua itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar dua, yaitu bahwa dua adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Tiga:
Kenalkan, aku adalah tiga. Tiga adalah anggota dari para banyak. Tiga itu bukanlah tiga. Oleh karena tiga itu bukan tiga, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan tiga. Padahal engkau tahu bahwa tiga itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan tiga di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan tiga buku, tiga pensil, tiga guru, tiga siswa, tiga lautan, tiga bicara, tiga pikiran, tiga pendapat, tiga tingkat, tiga dimensi, tiga dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa tiga itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar tiga, yaitu bahwa tiga adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Empat:
Kenalkan, aku adalah empat. Empat adalah anggota dari para banyak. Empat itu bukanlah empat. Oleh karena empat itu bukan empat, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan empat. Padahal engkau tahu bahwa empat itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan empat di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan empat buku, empat pensil, empat guru, empat siswa, empat lautan, empat bicara, empat pikiran, empat pendapat, empat tingkat, empat dimensi, empat dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa empat itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar empat, yaitu bahwa empat adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Lima:
Kenalkan, aku adalah lima. Lima adalah anggota dari para banyak. Lima itu bukanlah lima. Oleh karena lima itu bukan lima, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan lima. Padahal engkau tahu bahwa lima itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan lima di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan lima buku, lima pensil, lima guru, lima siswa, lima lautan, lima bicara, lima pikiran, lima pendapat, lima tingkat, lima dimensi, lima dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa lima itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar lima, yaitu bahwa lima adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Banyak:
Kenalkan, aku adalah banyak. Banyak adalah anggota dari para banyak. Banyak itu bukanlah banyak. Oleh karena banyak itu bukan banyak, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan banyak. Padahal engkau tahu bahwa banyak itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan banyak di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan banyak buku, banyak pensil, banyak guru, banyak siswa, banyak lautan, banyak bicara, banyak pikiran, banyak pendapat, banyak tingkat, banyak dimensi, banyak dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa banyak itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar banyak, yaitu bahwa banyak adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Para banyak:
Kenalkan, aku adalah para banyak. Para banyak adalah anggota dari para banyak. Para banyak itu bukanlah para banyak. Oleh karena para banyak itu bukan para banyak, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan para banyak. Padahal engkau tahu bahwa para banyak itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan para banyak di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan para banyak buku, para banyak pensil, para banyak guru, para banyak siswa, para banyak lautan, para banyak bicara, para banyak pikiran, para banyak pendapat, para banyak tingkat, para banyak dimensi, para banyak dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa para banyak itu ada para banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar para banyak, yaitu bahwa para banyak adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Orang tua berambut putih:
Lantas, apa masalahmu jika engkau semua telah menyampailkan pemikiranmu?

Para banyak:
Yang menjadi masalah adalah sulitnya manusia memahami tentang satu bukanlah satu, dua bukanlah dua, tiga bukanlah tiga, empat bukanlah empat, lima bukanlah lima, dan banyak bukanlah banyak, serta para banyak bukanlah para banyak.

Orang tua berambut putih:
Apa pentingnya memahami hal yang demikian itu?

Para banyak:
Jika mereka belum memahami para banyak maka mereka akan mengalami kesulitan untuk memahami obyek yang bicara, mengalami kesulitan untuk memahami subyek yang menjadi obyek, mengalami kesulitan untuk memahami obyek yang menjadi subyek, mengalami kesulitan untuk memahami kuasa yang dikuasai, mengalami kesulitan untuk memahami yang ada dan yang mungkin ada, mengalami kesulitan untuk memahami tetap yang berubah, mengalami kesulitan untuk memahami berubah yang tetap, mengalami kesulitan untuk memahami benar yang salah, mengalami kesulitan untuk memahami salah yang benar, mengalami kesulitan untuk memahami baik yang buruk, mengalami kesulitan untuk memahami buruk yang baik, mengalami kesulitan untuk memahami awal yang tidak berawal, mengalami kesulitan untuk memahami akhir yang tidak berakhir, mengalami kesulitan untuk memahami pertanyaan yang bukan pertanyaan, mengalami kesulitan untuk memahami reduksi menuju kelengkapan, mengalami kesulitan untuk memahami kelengkapan yang tereduksi, mengalami kesulitan untuk memahami hidup yang mati, mengalami kesulitan untuk memahami mati yang hidup, mengalami kesulitan untuk memahami dunia di syurga, mengalami kesulitan untuk memahami syurga di dunia, mengalami kesulitan untuk memahami dunia di neraka, mengalami kesulitan untuk memahami neraka di dunia, mengalami kesulitan untuk memahami logosnya mitos, mengalami kesulitan untuk memahami mitosnya logos, mengalami kesulitan untuk memahami pikiran di hati, mengalami kesulitan untuk memahami hati di pikiran, mengalami kesulitan untuk memahami guru sebagai siswa, mengalami kesulitan untuk memahami siswa sebagai guru, mengalami kesulitan untuk memahami hakekat dibalik penampakan, mengalami kesulitan untuk memahami elegi-elegi, mengalami kesulitan untuk memahami merterjemahkan dan diterjemahkan, mengalami kesulitan untuk memahami memperbincangkan segala yang ada dan yang mungkin ada, mengalami kesulitan untuk memahami fatamorgana, mengalami kesulitan untuk mengenali para mitos, dan mengalami kesulitan untuk mengenali musuh-musuh hati.

Orang tua berambut putih:
Wahai para banyak. Sungguh mulia hatimu itu. Sungguh agung pemikiranmu itu. Semoga pemikiran-pemikiranmu itu dapat dibaca oleh para logos, sehingga para logos itu bisa selalu mengatasi para mitos-mitosnya. Mudah-mudahan uraianmu ini juga bisa menjadi jawaban dan solusi bagi yang masih kesulitan memahami elegi-elegi. Dan semoga apa yang telah engkau sampaikan dapat mencerdaskan kita semua dan menambah iman dan taqwa kita kepa Allah SWT. Amien.

7 comments:

ARIF MU'NANDA'R said...

harus saya akui memang selama ini saya mengalami kesulitan terhadap apa-apa yang bapak sampaikan/maknawi.bahkan terkadan untuk membedakan (misal) 'kedua' sebagai jumlahan atau banyak dengan 'kedua' sebagai urutanpun butuh perhatian khusus...
pada awal uraian, bapak menyampaikan 'kedua' sebagai urutan, ternyata 'kedua' juga mewakili jumlah

HARYONO.S said...

Selamat malam Pak.,
Setelah membaca elegi Bapak, sama merasa untuk memahami semuanya maka butuh yang namanya pembelajaran. Butuh waktu untuk dapat mempelajari cara memahaminya. Karena daya pikir kita berbeda-beda maka cara memahaminya pun berbeda-beda. Dan kita juga butuh guru yang dapat mengajarkan kepada kita. Saya menyadari, bahwa saya pun kesulitan untuk memahami semua kesulitan-kesulitan tersebut. Lalu apakah saya takut menghadapi segala kesulitan-kesulitan tersebut? Jawabannya tidak, karena dengan seringnya kita menghadapi kesulitan maka kita akan semakin dewasa. Karena semakin sering kita menghadapi kesulitan, kita akan belajar menghadapi segala kesulitan tersebut.
Kesulitan-kesulitan tersebut akan selalu ada karena kita masih hidup di dunia. Dengan menyerahkan kepada Tuhan, maka kesulitan-kesulitan tersebut akan menjadi lebih ringan.

Dr. Marsigit, M.A said...

Haryono...selamat anda baru saja berusaha keluar dari jebakan filsafat. Jebakan apa itu? Keadaan dimana setelah ujian biasanya mungkin mahasiswa enggan untuk membaca. Itulah yang dimaksud jebakan. Sedangkan anda telah berusaha masih tetap membaca. Itulah keadaan engkau itu keluar dari jebakan. Tetapi waspadalah karena jebakan filsafat itu ada banyak sekali dan berlapis-lapis pula adanya.

Dr. Marsigit, M.A said...

Masih untuk Haryono...maka bacalah lagi Elegi Jebakan Filsafat

Anonymous said...

Assalam...
Pak, manusia-manusia biasa memiliki kelemahan yang membatasi dirinya untuk memahami dan menyelami semua hal di dunia ini, termasuk elegi-elegi bapak. Bekerja melampaui batas bisa berarti mendzolimi diri kita. Namun manusia belum bisa melihat secara jelas batasan dia miliki, sehingga banyak manusia-manusia yang menyerah karena mereka menganggap itulah batas yang dia miliki.
Menurut saya berhenti dibelakang garis batas merupakan sesuatu yang sangat merugikan.Mohon pendapatnya dan petunjuknya agar kami tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan tanpa merugi ataupun mendzolimi...
wassalam

Betty Wijayanti (06301241034)

Siti Salamah Graduate Student LT/A said...

tulisan ini kembali membuka pikiran saya, tentang bagaiman memahami filsafat. Belajar filsafat yang terasa sulit dan kering membuat saya tidak memahami lebih dalam tentang apa itu filsafat. samakah filsafat dengan ilmu, atau samakah filsafat dengan pengetahuan? lalu di mana batas filsafat dan agama (Islam)
terjebak pada kebingungan memahami filsafat lalu saya tak berani mengambil langkah untuk maju. arus logika begitu kuat di sini. kebebasan mempertanyakan segala hal membuat saya takut dan ragu. Ah, mungkin karena saya belum tahu hakikat filsafat.
jika tulisan bpk melalui elegi ini adalah satu upaya memberikan kemudahan bagi orang lain semoga hal ini membuka kemudahan untuk saya.
terimakasih bpk...

Dini Wirianti, S.Pd::Graduate student::LTA::09706251003 said...

Manusia bersama ruang dan waktu. Pemahaman manusia akan ruang dan waktu ('mpan papan') akan membuka hati dan cakrawala pikiran manusia. Merendah untuk menjadi lebih tinggi, mendengar untuk didengar, dan memahami untuk dipahami akan memperkaya manusia.