Tuesday, May 5, 2009

Elegi Konferensi Para Keliru

Oleh Marsigit

Keliru:
Aku sedang berada dipersimpangan jalan. Aku dalam keadaan ragu-ragu antara harus berbicara atau diam saja. Tetapi aku melihat bahwa para anggotaku ternyata sama seperti saya. Mereka juga tampak mulai gelisah. Ternyata aku mengetahui sebabnya. Sebabnya adalah adanya konferensi yang baru saja diselenggarakan oleh para benar. Konferensi para benar telah mengusikku dan mengusik semua pengikutku, para keliru. Baiklah kalau begitu aku juga ingin mengadakan konferensi para keliru agar para anggotaku bisa mempresentasikan pemikirannya. Wahai para keliru, aku akan segera mengadakan konferensi. Maka dengan ini aku mengundang engkau semua untuk hadir. Silahkan aku memberi kesempatan kepada dirimu semua untuk menyampaikan pemikiranmu.

Kekeliruan generalisasi:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari enggotamu. Aku adalah kekeliruan generalisasi. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan atau sengaja melakukan kekeliruan menggunakan generalisasi. Ketika aku bertemu dengan beberapa orang Indonesia dan ternyata mereka melakukan korupsi, maka aku mengambil generalisasi bahwa semua orang indonesia melakukan korupsi. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Itulah sebenar-benar aku, yaitu kekeliruan generalisasi. Maka kekeliruan generalisasi merupakan tempat persembunyianku. Aku akan selalu menggoda manusia baik mereka menyadari atau tidak, untuk melakukan kesalahan generalisasi. Itulah permohonanku kepadamu.

Kekeliruan spesifikasi:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan spesifikasi. Banyak orang melakukan kekeliruan spesifikasi baik sengaja ataupun tidak sengaja. Ketika aku mengatakan bahwa negara telah makmur, belum tentu si Suto atau si Noyo telah makmur. Ketika aku katakan bahwa organisasi telah maju, belum tentu anggota-anggotanya juga telah maju. Ketika aku katakan kelas kuliah ini telah sukses, belum tentu si Udin di dalamnya juga telah sukses. Itulah sebenar-benar kekeliruan spesifikasi, yaitu kekeliruan dimana oarng sengaja atau tidak sengaja keliru menganbil spesifikasi. Itulah temapt persembunyianku. Maka aku selalu berusaha untuk menggoda manusia agar mereka selalu melakukan kekeliruan spesifikasi. Itulah permohonanku kepadamu.

Kekeliruan arti karena sama bunyi :
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan arti karena sama bunyi . Banyak orang-orang mengalami kekeliruan atau sengaja melakukan kekeliruan menggunakan ku. Ketika aku bunyikan pengertian yang berbeda dengan hal-hal yang sama maka sebagian dari mereka mengalami kekeliruan. Mereka ternyata salah paham terhadap hal-hal yang aku bunyikan sama. Misal ketika aku berkata “bisa”, maka sebagian orang berpikir bahwa yang aku maksud adalah racun, padahal aku berkehendak mengatakan dapat. Maka “bisa” merupakan salah satu tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Diriku adalah kekeliruan sama bunyi. Aku akan selalu menggoda manusia agar mereka selalu mengalami kekeliruan. Itulah permohonanku kepadamu.

Kekeliruan karena lupa:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan karena lupa. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan karena lupa, atau sengaja melupakan sesuatu hal. Ketika aku tidak dapat menelponmu, itu karena aku lupa nomor HP mu. Maka lupa adalah tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu lupa. Itulah permohonanku.

Kekeliruan logika:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan logika. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan logika, atau sengaja melakukan kekeliruan logika. Aku sebetulnya masihlah bermacam-macam bentukku. Kekeliruan logika itu meliputi kekeliruan deduksi, kekeliruan indukasi, kekeliruan mengurutkan, kekeliruan menjumlah, kekeliruan mengurangi, kekeliruan mengalikan, kekeliruan membagi, kekeliruan menghitung, kekeliruan menyimpulkan, kekeliruan memilih, kekeliruan mengambil keputusan dan kekeliruan matematika. Maka kekeliruan logika adalah tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan logika. Itulah permohonanku.

Kekeliruan persepsi:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan persepsi. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan persepsi baik disengaja atau tidak. Ketika aku mengiyakan isi surat perjanjian ini, padahal terdapat kesalahan tanggal, bulan dan tahun, maka itu karena aku salah melihat. Ketahuilah bahwa diriku itu bermacam-macam. Kekeliruan persepsi itu meliputi kekeliruan melihat, kekeliruan mendengar, dan kekeliruan mempersepsi dengan panca indera. Maka kekeliruan persepsi adalah tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan persepsi. Itulah permohonanku.

Kekeliruan komitmen:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan komitmen. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan komitmen baik disengaja atau tidak. Ketika aku telah berjanji kemudian aku mengingkarinya, maka itulah kekeliruan komitmen. Ketika aku berkomitmen kemudian aku tidak dapat memenuhi komitmenku maka itulah kekeliruan komitmen. Maka kekeliruan komitmen adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan komitmen. Itulah permohonanku.

Kekeliruan tindakan:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan tindakan. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan tindakan baik disengaja atau tidak. Segala macam tindakan tak terpuji adalah kekeliruan tindakan. Ketahuilah bahwa tidak bertindak juga belum tentu bukan kekeliruan tindakan. Salah menunjuk adalah juga kekeliruan tindakan. Kekeliruan menulis, kekeliruan menyebut, dst adalah kekeliruan tindakan. Maka kekeliruan tindakan adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan tindakan. Itulah permohonanku.

Kekeliruan niat:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan niat. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan niat baik disengaja atau tidak. Semua niat buruk adalah kekeliruan niat. Kekeliruan doa adalah juga kekeliruan niat. Kekeliruan misi, visi atau tujuan adalah kekeliruan niat. Maka kekeliruan niat adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan niat. Itulah permohonanku.

Kekeliruan metode:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan metode. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan metode baik disengaja atau tidak. Diriku itu bermacam-macam misal kekeliruan metode langsung, tidak langsung, kuantitatif, kualitatif, menyelesaikan persoalan, dst. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan metode. Itulah permohonanku.

Kekeliruan individu:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan individu. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan individu baik disengaja atau tidak. Kekeliruan individu adalah kekeliruan diriku sendiri, dan tidak melibatkan orang lain. Maka kekeliruan individu adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan individu. Itulah permohonanku.

Kekeliruan kolektif:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan kolektif. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan kolektif baik disengaja atau tidak. Kekeliruan kolektif adalah kekeliruan yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Maka kekeliruan kolektif adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan kolektif. Itulah permohonanku.

Kekeliruan sistemik:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan sistemik. Banyak kekeliruan sistemik terjadi baik disengaja atau tidak. Kekeliruan sistemik adalah kekeliruan yang dilakukan secara kelembagaan atau oleh institusi atau oleh negara. Membiarkan korupsi meraja lela adalah kekeliruan sistemik. Merambah hutan adalah kekeliruan sistemik. Tidak menyantuni rakyat miskin adalah kekeliruan sistemik. Maka kekeliruan sistemik adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda sistem-sistem atau institusi agar selalu melakukan kekeliruan sistemik. Itulah permohonanku.

Kekeliruan umum:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan umum. Banyak orang-orang mengalami mengalami kekeliruan umum baik disengaja atau tidak. Kekeliruan umum adalah kekeliruan yang umum terjadi. Kekeliruan umum sering juga disebut sebagai salah kaprah. Para koruptor, penjahat, pembunuh berdarah dingin ditayangkan di TV untuk diwawancara adalah kekeliruan umum, sehingga justeru mereka itu seakan menjadi pahlawan atau selebritis. Maka kekeliruan umum adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan kolektif. Itulah permohonanku.

Hati dan logos bersama-sama protes dan membuat perjanjian:
Wahai para keliru, baiklah aku telah mendengarkan presentasimu semua. Adalah hakmu untuk bicara untuk menunjukkan bahwa engkau itu memang benar-benar ada. Tetapi ketahuilah bahka sebenar-benar musuhmu adalah hati dan logosku. Maka jangan coba-coba menggoda para anggotaku semua selagi mereka itu selalu berikhtiar mencari kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dan jangan sekali kali engkau menggoda para anggotaku selagi mereka khusuk berdoa. Inilah perjanjianku terhadapmu semua. Dalam kesempatan ini aku ingin berpesan kepada para hati dan para logos, kenalilah dan ketahui sifat dan perilaku para keliru agar engkau selalu terhindar dari bujuk rayunya. Berikhtiarlah selalu seraya melantunkan doa-doa dalam hatimu. Niscaya Allah SWT akan selalu mendengar dan mengabulkan doa-doa kami. Amien.

20 comments:

Achira said...

Manusia adalah tempat SALAH dan LUPA....karena itulah tak jarang banyak kekeliruan yang dilakukan dalam kehidupannya....Akan tetapi juga sudah menjadi fithrah bahwasanya ketika kita melakukan kekeliruan pastilah Hati dan Akal pikiran kita memberontak kepadanya...

Sehingga yang dilakukan manusia sejatinya hanyalah berusaha mencapai benar walaupun tak jarang terjerembab dalam kekeliruan...
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita.......Amiin...

Ika Septiana said...

Elegi ini masih berkaitan dengan elegi konferensi kebenaran. Dalam proses kita yang ingin selalu menuju kebenaran tidak terlepas dengan kekelituan dan kesalahan baik yang kita sengaja maupun tidak disengaja. namun demikian pesan yang saya tangkap dari elegi ini adalah bahwa kita masih memiliki hati dan pikiran yang senantiasa mengontrol kita agar senantiasa menuju kebenaran. serta dengan perlindungan-Nya pula kita dapat menjauhi kekeliruan... Amien

Rossa Kristiana said...

Menanggapi elegi yang ada....
kekliruan selalu diartikan sebagi sebuah kesalahan bukankah itu berarti kita juga sudah menjudge sesuatu itu salah tanpa berusaha melihat dari sudut yang berbeda..
ataukah seseorang harus membentengi dirinya agar terhindar dari semua kekeliruan itu...
Dengan begitu apakah itu tidak berati seseorang tersebut terjebak dalam ruang yang gelap mungkin bahkan sangat gelap lkarena sudah menutup diri dari segala sesuatu yang mungkin ada??
Bagaimana menurut pendapat, Bapak??

Rossa Kristiana
06301241040
Pend Mat '06

yanuar pmr'06 said...

bagaimana pendapat bapak mengenai kekeliruan yang disebabkan karena ketidaktahuan kita? apakah karena kita belum mengetahui sesuatu yang benar kita dapat dikatakan sebagai orang yang keliru mutlak?

lia_purwaningrum_06301241032 said...

ketika setiap orang diajuakan pertanyaan "pernahkan anda berbuat kekeliruan?" pasti setiap orang akan menjawab, ya. kekeliruan menjadi bagian dari kehidupan. baik dia bernait atau tidak untuk melakukan kekeliruan-kekeliruan. karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Bagaimana kita menyadari bahwa kita telah melakukan kekeliruan? Bukankah seseorang yang telah melakukan kekliruan belum tentu menyadari?
Ketika terdapat sebuah kekeliruan, tetapi kita hanya menutup mata, bukankah itu kekeliruan yang lebih besar?

Lia Purwaningrum
06301241032

ERVINTA DEWI said...

assalamualaikum..

Untuk elegi ini saya ucapkan terimakasih atas warningnya. Semoga saja saya bisa belajar dan memahami maknanya. Semoga juga hati kita juga diberi kelapangan untuk bisa membedakan mana yang baik dan buruk sehingga kita juga bisa mengendalikan diri kita..

Maaf pak, untuk tugas elegi perbincangan matematika, saya mengalami kebimbangan dan kerisauan. Saya susah mengungkapkannya. InsyaAllah sedang saya persiapkan. Terimakasih

c@sEy_05301244102 said...

Assalamu'alaikum...

Selamat malam pak, alhamdulillah saya sudah berusaha membuat elegi menggapai sehat dan elegi perbincangan segitiga. Tetapi sebelumnya saya minta maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan saya dalam menulis dan kata-kata. Seperti dalam elegi konferensi para keliru ini, manusia adalah tempat salah dan dosa serta jauh dari sempurna. Saya hanya berusaha untuk belajar dan belajar supaya bisa mencapai benar.
Terima kasih.

_Kesi Rusdiana Dewanti_
05301244102

erma said...

Ass.
seringkali kita melakukan kekeliruan, dan sering pula kita tidak menyadarinya.
terkadang kita tau hal yang kita lakukan adalah keliru dan tidak benar, tapi tetap saja kita lakukan. mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah karena hati kita sudah dikuasai oleh pikiran kita?bagaimana cara kita menghindari hal tersebut?

MEINA berlianti said...

ASSALAMU'ALAIKUM.....

Pak....saya sudah posting "elegi perbincangan matematika"
Maaf jika banyak kesalahan dalam membuat elegi perbincangan metematika.
Mohon komentar dan bimbingannya Pak....

terima kasih....

Achira said...

maaf pak saya sudah membuat elegi perbincangan dengan judul "elegi menggapai pythagoras" mohon dilihat dan bimbingannya. terima kasih

Tegar said...

kekeliruan saya pikir dulu hanyalah hal yang biasa, tapi sekarang saya mulai sadar bila kita selalu berfikir dan berikhtiar, nicaya kita sudah berusaha membunuh kekeliruan itu...

maaf pak saya sudah membuat elegi perbincangan abstrak....mohon komentar dan bimbingannya biar saya bisa menulis lebih baik lagi....

Iwan Tegar Mandiri
06301244003

Dr. Marsigit, M.A said...

Yanuar...tidak tahu itu bukan suatu kekeliruan. Tidak tahu itu adalah suatu keadaan tertentu sebagai suatu sifat manusia. Hanya masalahnya adalah bahwa keadaan tidak tahu itu ternyata menjadi sebab banyak kekeliruan, misalnya kekeliruan bertindak, kekeliruan berpikir, kekeliruan persepsi, ..dst. Itulah mengapa sebabnya dalam agama, tidaklah ada hukumnya bagi orang-orang yang tidak tahu.

Dr. Marsigit, M.A said...

Masih untuk Yanuar...itulah sebabnya mengapa manusia berusaha mencari pengetahuan untuk mengurangi kekeliruan-kekeliruannya.

Dr. Marsigit, M.A said...

Erma dan semuanya...memang manusia itu adalah tempat bagi keliru, tetapi manusia itu diberi rakhmat untuk berikhtiar. Secara filsafat ikhtiar manusia itu adalah menterjemahkan dan diterjemahkan (yang telah saya adaptasi dari metode hermenitik)

ARIF MU'NANDA'R said...

puff..ternyata ada berbagai jenis kekeliruan yang selalu mengancam dalam mengambil suatu kesimpulan. pak,bagaimana pengelompokan para keliru itu menurut VERSI bapak? soalnya pada kuliah jumat kemaren bp.ariyadi mengelompokkan 'fallacy' kedalam 3jenis:kesalahan formal,informal, dan kekeliruan bahasa. tapi penjelasannya belum selesai.

Anonymous said...

Assalam...
Dalam kehidupan ini adalah lazim ketika seseorang menginginkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Kadang tidak terpikir bahwa ada orang-orang yang sengaja mencari kekeliruan. Padahal dari kekeliruan-kekeliruan itu dapat kita pelajari untuk pengalaman yang akan datang.
Bahkan dulu sempat tidak habis pikir ketika ada orang-orang yang mencari kesalahan. Setelah belajar matematika, saya baru menyadari dengan mencari kesalahan kita dapat memperoleh kebenaran (misalnya kontradiksi).
Dapat dipahami apabila tujuan mencari kesalahan seperti itu. Jadi tidak semua pencarian kesalahan itu salah.
Namun sayang, adapula orang-orang yang dengan sengaja mencari kesalahan denagn tujuan merugika orang lain.
Orang-orang inilah yang sebenarnya tidak bisa dipahami atau ditolerir.
Wassalam...

Betty Wijayanti
Pendidikan Matematika
(06301241034)

Dini Wirianti, S.Pd::Graduate student::LTA::09706251003 said...

Manusia adalah gudangnya kekeliruan, apalagi jika tindakannya hanya didasarkan pada logika. Agama meminimalisir kekeliruan-kekeliruan tersabut, sebab manusia harus melibatkan pula hati di dalamnya.
Logika dan hati hendaknya seiring sejalan sehingga sedapat mungkin manusia terhindar dari goda segala macam kekeliruan, tentunya berkat pertolongan Tuhan.

Anonymous said...

Assalamualaikum...

Sering orang bilang"manusia itu tempatnya salah dan dosa".Menurut pendapat saya tidak 100% pernyataan itu benar.manusia itu mahluk Allah SWT yang paling sempurna,punya akal dan hati/iman,jadi sebelum melakukan sesuatu hal yang menuju salah maka pertimbangkan akibat yang akan terjadi,dipikir jauh kedepan dan rasakan dengan hati atas Ridho Illahi.Saya juga tidak pungkiri,kita kadang berbuat salah,tapi paling tidak bagi saya,saya dan kita sudah lakukan kesalahan,maka kita akan menyesalinya,mohon ampun dan tidak akan mengulangnya.karena kalau kita mengulangnya,maka kita bukan manusia tapi diibaratkan keledai yang bodoh.
Atas petunjuk Allah dan pengetahuan yang kita punya,mari kita minimalkan dan hindari kesalahan.

Krisdiyanto
04410134
pend.matematika
univ.PGRI.Yogyakarta

Unknown said...

Assalamu’alaikum Guru Pikiranku
Komentar
Hakekat
Kekeliruan adalah teguran yang diturunkan Tuhan untuk menguji kesadaran manusia akan aksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Keliru akan nampak pada saat manusia tidak mampu lagi menangkap makna hidayah dan kurang menghiraukan hidayah itu sendiri. Sehingga muncullah Kekeliruan generalisasi, Kekeliruan spesifikasi, Kekeliruan arti karena sama bunyi , Kekeliruan karena lupa, Kekeliruan logika, Kekeliruan persepsi, Kekeliruan komitmen, Kekeliruan tindakan, Kekeliruan niat, Kekeliruan metode, Kekeliruan individu, Kekeliruan kolektif, Kekeliruan sistemik, Kekeliruan umum, yang semuanya itu memilki konsekuensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Ada yang benar-benar sadar dengan kekeliruan itu sehingga segera dilakukan perubahan menuju kebenaran yang dianut, ada yang sadar dengan kekeliruan itu tapi tidak mau tahu untuk melakukan perbaikan, padahal selalu ditemani logos, ini mungkin yang kita kenal berilmu tapi sesat bahkan tidak punya hati, itu mungkin yang dicontohkan para koruptor itu. Ada juga kekeliruan yang dilakukan orang awam dengan keterbatasan ilmu yang dimilki dia selalu berusaha melakukan pembenahan diri dan memperbaiki diri setelah diberikan pencerahan terhadap bentuk kekeliruannya itu dia menggunakan hati untuk merasakan kelemahan yang dimilki, bahkan ada kekeliruan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hati & logos ditegur atau tidak ditegur dia tidak mau gubris, ini mungkin orang yang disebut dalam agama orang yang dibutakan hati, telinga, dan matanya. Orang baik bukan orang yang tidak pernah melakukan kekeliruan, tapi orang yang baik apabila dia menyadari yang dilakukan itu keliru setelah diberi pertimbangan oleh hati dan logos, maka dia segera bersujud merendahkan dirinya dihadapan pencipta kebenaran hakiki, dan mengakui kekeliruan itu, dan berjanji tidak akan mengulangi lagi dan akan mengganti dengan amal-amal baik sesuai dengan kebenaran yang diarahkan Tuhan.
Metode
Perlu disadari manusia tempat singgahnya keliru. Jika hati dan logos selalu mendapatkan pencerahan dari kebenaran hakiki (Tuhan), kekeliruan akan semakin diminimalisir dan bisa dirasakan kehadirannya dalam bentuk was-was. Sebelum beraktifitas berlindunglah kepada Allah sebagai Tuhan dalam keyakinan kita sebagai sumber kebenaran hakiki, sehingga kapan dan di mana saja keberadaan kita, kekeliruan bisa kita rasakan kehadirannya, dan kita dianjurkan untuk selalu bersama pecinta kebenaran.
Manfaat
Allah menciptakan keliru sebagai bentuk pernyataan bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa tanpa pertolongan Allah (mempelajari, memahami, dan mengamalkan kebenaran hakiki yang Allah turunkan) dan mengikutkan hati dan logos yang berpatokan pada kebenaran sempurna.

DAFID SLAMET SETIANA said...

Tidak ada manusia yang sempurna. Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kekeliruan. Setiap manusia pasti pernah melakukan hal yang keliru, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Jangan pernah menyibukkan diri untuk menghitung kekeliruan diri sendiri yang pernah dilakukan, apalagi menghitung kekeliruan orang lain. Yang paling penting adalah bagaimana kita dapat membedakan hal yang benar dan yang keliru, mengetahui hal-hal apa saja yang keliru, berusaha untuk menghindari hal-hal yang keliru, membentengi diri agar tidak mudah terpengaruh dari hal-hal yang keliru, dan berusaha untuk memohon ampun atas segala kekeliruan yang telah dilakukan baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia yang lain, maupun manusia dengan lingkungannya, serta tidak mengulangi kekeliruan-kekeliruannya itu.