Thursday, April 23, 2009

Elegi Menggapai Ada

Oleh Marsigit

Ada:
Wahai orang tua berambut putih, aku ingin bertanya kepadamu siapakah diriku itu. Kenapa aku disebut ADA. Bilamana aku itu disebut ada.

Orang tua berambut putih:
Ada banyak sifatmu itu. Tetapi aku dapat menyatakan bahwa ADA adalah kenyataan. Aku dapat menyebut engkau sebagai ada jika engkau itu nyata.

Ada:
Bagaimana aku atau orang lain selain diriku mengetahui bahwa aku itu nyata? Jika aku memang ada, maka aku itu berada di mana?

Orang tua berambut putih:
Engkau nyata jika aku dapat menunjuk satu atau beberapa sifatmu. Sedangkan keberadaanmu itu ada 2 (dua) kemungkinan. Pertama, engkau itu berada di dalam pikiranku; atau kedua, engkau berada di luar pikiranku.

Ada:
Apakah sifat-sifatku yang lainnya, sehingga engkau mengerti keberadaanku?

Orang tua berambut putih:
Engkau ada jika engkau nyata. Engkau nyata jika aku dapat menunjuk jumlahmu. Jika aku dapat menunjuk engkau itu sebagai “satu” maka engkau itu ada. Jika aku dapat menunjuk engkau itu sebagai “dua” maka engkau itu ada. Jika aku dapat menunjuk engkau itu sebagai “tiga” maka engkau itu ada. Dst... Jika aku dapat menunjuk bahwa engkau itu sedikit, maka engkau itu ada. Jika aku dapat menunuk engkau sebagai banyak, maka engkau itu ada. Jika aku dapat menunjuk bahwa engkau itu sedang-sedang saja, maka engkau itu ada. Engkau itu juga nyata jika aku dapat membedakan engkau dari yang lainnya. Jika aku dapat menunjuk bahwa engkau itu lebih kecil, lebih besar, lebih baik, lebih indah, lebih penting, lebih produktif, lebih luas, lebih berat, lebih....dst, atau kurang....dst, ...dari yang lainnya, maka engkau itu ada. Jika aku dapat menunjuk bahwa engkau sama dengan yang lainnya, maka engkau itu ada. Jika aku dapat menunjuk bahwa engkau berbeda dengan yang lainnya, maka engkau itu ada.

Ada:
Apakah masih ada sifat-sifatku yang lainnya, sehingga engkau dapat menentukan keberadaanku?

Orang tua berambut putih:
Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk anggotamu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk unsur-unsurmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk isimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk wadahmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk manfaatmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kehebatanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk relasimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk pikiranmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk keraguanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kata-katamu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk keputusanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk nilai-nilaimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk tanggungjawabmu. Engkau juga ada jika aku dapat membaca tulisanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk bahasamu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk karyamu. Engkau juga ada jika aku dapat mendengar doa-doamu.

Ada:
Apakah masih ada sifat-sifatku yang lainnya, sehingga engkau dapat menentukan keberadaanku?

Orang tua berambut putih:
Engkau juga ada jika aku dapat mendengar nyanyianmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk hukum-hukummu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk Tuhan mu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk mimpi-mimpimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk keraguanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk pengalamanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk keunikanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk perubahanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk rumahmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kreativitasmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk keterbatasanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk logikamu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk komunikasimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kemandirianmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk penampakanmu.

Ada:
Apakah masih ada sifat-sifatku yang lainnya, sehingga engkau dapat menentukan keberadaanku?

Orang tua berambut putih:
Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk prestasimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk riwayat hidupmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kebutuhanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kesederhanaanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kompleksitasmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk potensimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk motivasimu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk kestabilanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk aktivitasmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk perlengkapanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk nasibmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk netralitasmu.

Ada:
Apakah masih ada sifat-sifatku yang lainnya, sehingga engkau dapat menentukan keberadaanku?

Orang tua berambut putih:
Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk dis/harmonimu.Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk strukturmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk amal perbuatanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk dosa-dosamu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk sakit/sehatmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk awal/akhirmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk prosesmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk dimensi ruang/waktu mu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk obyek/subyek mu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk pilihanmu. Engkau juga ada jika aku dapat menunjuk moral/etika mu.
Demikian seterusnya, maka aku mempunyai banyak cara untuk mengetahui tentang keberadaanmu.

Ada:
Apakah bedanya aku yang berada di dalam pikiranmu dan aku yang berada di luar pikiranmu?

Orang tua berambut putih:
Jika engkau berada di luar pikiranku, maka yang menjadi persoalan adalah bagaimana aku dapat memahamimu. Padahal aku tahu bahwa terdapat jarak antara aku dan dirimu. Maka sebetul-betulnya yang terjadi adalah bahwa aku tidak akan pernah bisa memahamimu. Yang benar adalah bahwa aku berusaha memahamimu. Sedangkan jika engkau berada di dalam pikiranku, maka yang menjadi persoalan adalah bagaimana aku dapat menjelaskan keberadaan dirimu kepada orang lain. Semua kata dan kalimatku tidak akan pernah cukup untuk menjelaskan dirimu yang ada di dalam pikiranku. Maka aku tak pernah bisa menjelaskan dirimu itu kepada orang lain. Yang benar adalah aku berusaha menjelaskan keberadaan dirimu kepada orang lain.

Orang tua berambut putih:
Wahai ada, apakah masih ada lagi pertanyaanmu?

Ada:
Masih. Bagaimana jika aku tidak ada dalam pikiranmu?

Orang tua berambut putih:
Jika aku dapat menyebut bahwa engkau itu tidak ada dalam pikiranku, maka engkau itu pun ada.

Ada:
Bilamana aku dikatakan tidak ada?

Orang tua berambut putih:
Jika aku tidak dapat menyebut bahwa engkau itu ada atau tidak ada.

39 comments:

Tegar said...

maaf pak saya mencoba mengganggu bapak lagi...
sebelumnya maaf juga bila saya menyinggung masalah pribadi...

menurut bapak saya berada dalam pikiran bapak/diluar pikiran bapak?
bila didalam pikiran bapak, apa yang berusaha bapak jelaskan tentang saya?

bila diluar pikiran bapak, apa yang berusaha bapak pahami tentang saya?

sesudahnya saya juga minta maaf bila kata-kata saya menyinggung perasaan bapak...terima kasih.

Iwan Tegar Mandiri
06301244003

c@sEy_05301244102 said...

Assalamu'alaikum....

"ADA"
Banyak sekali cara untuk mengetahui keberadaan kita...
Ada bisa berada dalam pikiran dan bisa juga di luar pikiran.
Dikatakan ada jika merupakan sebuah kenyataan.
Lalu bagaimana terhadap sesuatu yang abstrak/ tidak nyata atau bisa dikatakan tak tampak seperti makhluk ghaib misalnya..
Bukankah itu sesuatu yang abstrak tetapi kita umat manusia itu haruslah percaya bahwa sesuatu yang ghaib itu "ADA"...
Bagaimana pak...
Terima kasih.

_Kesi Rusdiana Dewanti_
05301244102

Marsigit said...

Kesi Rusdiana Dewanti...abstrak itu nyata dalam pikiranku. Sedangkan yang ghaib itu mungkin ada dalam pikiranku. Tetapi ghaib itu pasti ada dalam hatiku.

Marsigit said...

Tegar...jika aku berkomunikasi denganmu melalui tulisanmu, maka aku memikirkanmu sebagai obyek pikir yang ada dalam pikiranku. Tetapi jika aku berbicara langsung dengan engkau, maka engkau itu sekaligus berada di dalam dan di luar pikiranku. Sebetulnya pengetahunku tentang dirimu itu berada pada pertemuan antara pengetahun a priori ku tentang dirimu dan pengetahuai a posteriori. Maka pengetahuanku tentang dirimu dan tentang diri yang lain itu bersifat sintetik a priori. Maka bacalah dan pelajarilah istilah yang terakhir ini.

herry prasetyo said...

Assalamu'alaikum wr wb
dari komentar Kesi Rusdiana Dewanti "kita umat manusia itu haruslah percaya bahwa sesuatu yang ghaib itu ADA..."
sebelumya saya minta maaf, ini hanya sebagai permisalan saja.
Bagaimana kalau saya tidak percaya akan hal tersebut? padahal yang sebenar-benarnya yang ghoib itu ada?
termasuk golongan apakah saya ini pak?
terimakasih.

Dr. Marsigit, M.A said...

Herry Prasetya...hatiku berkata bahwa yang ghaib itu ada, karena itu keyakinanku. Pikiranku dahulu kala mengalami kesulitan memahami tentang keberadaan yang ghaib. Pengalamanku telah membuktikan bahwa aku pernah mengalami hal-hal ghaib. Aku menyimpulkan bahwa mengalami hal ghaib itu pun semata-mata kehendak Tuhan ku. Mengetahui bahwa yang ghaib itu ada dan mengetahui tentang yang ghaib, itu sungguh-sungguh berbeda. Tetapi meyakini adanya ghaib itu mutlak dalam hatiku. Karena Tuhan sendiri itu bersifat ghaib. Amien.

ARIF MU'NANDA'R said...

puff... banyak banget syarat untuk menunjukkan keberadaanku. lalu selama ini sebenarnya aku ada atau tidak? mengingat tidak semua syarat dapat aku penuhi atau tidak selalu setiap waktu aku penuhi dan (mungkin) aku tidak akan dapat memenuhi semua persyaratan kalo aku "ada". fana donk

)|(

.

Dr. Marsigit, M.A said...

Arif Munandar...anda telah salah paham. Aku dapat menyebut bahwa anda itu ada jika aku dapat menyebut satu atau beberapa dari sifatmu. Bukan semuanya. Maka bacalah kembali elegi ini.

Dr. Marsigit, M.A said...

Tugas Membuat Elegi:
Untuk semuanya...Buatlah elegi anda masing-masing, dengan judul "Elegi Perbincangan Matematika". Silahkan ganti matematika dengan konten matematika, misal segitiga, lingkaran, dst. dan postingkan di blog anda masing-masing. Sekali lagi postingkan di blog anda masing-masing, jangan di kolom comment ini. Di kolom comment ini cukup informasikan saja kepadaku atau teman yang lain bahwa anda telah membuat elegi dengan judul “Elegi Perbincangan ...”

ARIF MU'NANDA'R said...

ups? 0 iy pak? saya kira semua persyaratan. ternyata hanya satu atau beberapa saja .. he ^_^

maaf

\arif

c@sEy_05301244102 said...

A (bertanya kepada B):"B apa kamu tau di mana si C?"
B (menjawab) :"Aku enggak tau, tadi sih di sini, tapi sekarang enggak tau kemana dia pergi."

Berdasarkan dialog singkat tersebut, apakah C bisa dikatakan "tidak ada" pak?
Dikarenakan A tidak mengetahui keberadaan si C dan B juga tidak bisa menyebutkan keberadaan(ada dan tidak adanya si C)...
Terima kasih.

_Kesi Rusdiana Dewanti_
05301244102

Marsigit said...

Kesi Rusdiana Dewanti...engkau ada jika aku dapat menunjuk satu atau beberapa sifatmu. Ternyata aku dapat menggunakan beberapa cara untuk menunjukmu. Aku dapat menggunakan penglihatanku, pendengaranku, ..dan semua panca inderaku. Seorang yang terlatih dapat mengetahui keberadaan makhluk hulus di sekitarnya menggunakan hatinya. Tetapi konsep ada juga dapat digunakan sesuai peruntukannya. Ketika aku sedang berbicara atau memikirkan atau bekerja dengan dunia "bertanya". Sedangkan engkau secara fisik berada di depanku, dan ternyata tidak bertanya. Maka aku dapat mengatakan bahwa dirimu itu tidak ada di depanku, karena tidak bertanya.
Jadi "ada" itu menyangkut sifatmu yang mana, dan bagi sifatku yang mana pula. Maka sekarang ini aku dapat mengatakan bahwa suaramu itu tidak ada bagi pendengaranku. Tetapi pikiranku itu ternyata ada bagi pikiranku. Photomu itu ada bagi penglihatanku, tetapi nama ayahmu itu tidak ada dalam catatanku. Demikian seterusnya. Maka sebenar-benar ada absolut adalah ada nya Tuhan YME.

Marsigit said...

Masih untuk Kesi...seorang pahlawan yang ada adalah jasa-jasanya, seorang ikhlas yang ada adalah doa-doanya, seorang yang meninggal yang ada adalah amal perbuatannya, api itu yang ada adalah panas, caleg itu yang ada adalah terpilih, seorang guru yang ada adalah mendidik, filsafat yang ada adalah berpikir, ibadah itu yang ada adalah ikhlas (jika engkau tidak ikhlas maka Tuhan tidak melihat ibadahmu), neraka yang ada adalah buruk, dan surga itu yang ada adalah baik. Maka renungkanlah

erma said...

ass.
Benar bahwa sesuatu itu bisa ada dalam pikiran atau di luar pikiran.
Sekarang ini saya kos di jogja. saya jauh dari kedua orang tua saya. Mereka berada di Ambarawa. Tubuh mereka memang tidak berada di sini bersama saya. Tapi hati mereka, doa-doa mereka selalu bersama saya. Mereka ada dalam pikiran saya, mereka ada di dalam hati saya.
Terima kasih pak, elegi bapak membuat saya menjadi ingat akan keberadaan dan perjuangan kedua orang tua saya agar saya sukses.
wass.

ERVINTA DEWI said...

assalamualaikum...

pernah saya membaca mengenai hakekat metafisika dalam sebuah buku usang disudut perpustakaan. mungkin saya akan mencarinya kembali, untuk menuntaskan membaca.

Ada hal yang sedikit terpikirkan, Masalah elegi menggapai ada ini banyak hal yang perlu kita renungkan, dunia metafisik itu ada tapi susah diungkapkan, bahkan kata saeorang filsuf dalam bagian buku yang berisi hakekat metafisika tadi (maaf lupa namanya), "bahwasanya sesungguhnya kita ini berada dalam peti dengan langit sebagai tutupnya dan tanah sebagai dasarnya". dalam buku ini ada penjelasan bahwa mungkin kita ini juga sebatas sebuah makhluk kecil yang masih ada makhluk lebih besar lainnya diluar peti kita, seperti halnya kuman yang tak tampak, bisa jadi kita adalah semacam itu, hanya ini batas penglihatan dan kemampuan kita.

Kalau tidak ingat ajaran agama, mungkin bisa jadi ketika membaca pernyataan ini saya membenarkan, tetapi meski sudah belajar agama pun saya juga tidak yakin hal tersebut juga salah karena memang ada penjelasan agamis tentang dunia metafisik. Tetapi saya pun sulit menjelaskan kenyataan dunia tersebut Ada dan seperti apa karena saya tidak punya kemampuan dan pengalaman, tetapi tidak anehkan kalau saya bilang dunia metafisik itu ada karena saya yakin akan kebenaran penjelasan dari kitab suci (Alquran) dan beberapa penjelasan yang ada dijelaskan oleh para ahli dan filsuf? Kemudian bagaimankah dengan mimpi? apakah selain melibatkan keseluruhan indera kita, mimpi itu juga ADA atau bagian metafisik?

Banyak orang bermimpi, itu benar terjadi kita berada dalam dunia angan-angan, tetapi kita tidak bisa menyebutkan sifat-sifatnya secara kongkrit, apa itu bisa dikatakan tiada? Tetapi kalau kita mimpi jatuh rasnya tidak sedikit orang yang merasakan "griul" seperti badan jatuh juga meski dalam kondisi tidur rasanya kok nyata? Apakah ini batasan kita, sehingga kita dapat merenungkan bahwa sejatinya yang mengetahui sebenar-benarnya ada dan tiada itu hanya Yang Maha Mengetyahui Allah SWT semata...

Marsigit said...

Ervinta...itulah sesungguhnya salah satu manfaat mempelajari filsafat. Yaitu aku harus selalu dalam posisi logos untuk menghadapi pemikiran orang lain. Dengan posisi logos ini maka setiap pemikiran orang, sehebat apapun dia, maka pemikiran itu hanyalah berupa tesis. Maka logosku segera memproduksi anti- tesisnya. Bisa saja anti-tesis itu sama dengan tesisnya. Padahal sebagian besar dari orang-orang apalagi murid-murid kita selalu dalam posisi mitos, untuk mempelajari sesuatu termasuk dari gurunya. Sekali lagi itulah manfaat filsafat, yaitu memerdekakan manusia dari belenggu mitos, yaitu memerdekakan pikiran mereka.
Segala usaha pikiran untuk mengetahui lebih lanjut, itu sebetulnya telah masuk metafisik. Metafisik itu tidak rumit dan tidak sulit, dia cuma "apa yang dimaksud", begitu saja.
Dirimu itu ada jika aku dapat menunjuk satu atau beberapa dari sifatmu. Jika engkau dapat menyebut satu saja gejala mimpimu, maka mimpimu itu tentu ada. Mimpimu itu tidak ada jika engkau itu berpura-pura mimpi.

Marsigit said...

Erma...amien.

Endang Wahyuningsih said...

Assalamu'alaikum....
Kesimpulan saya setelah membaca Elegi Menggapai Ada yaitu sbb:
'Ada' adalah kenyataan.
Nyata berarti kita dapat menunjukkan satu atau beberapa sifat yang menyebabkan sesuatu menjadi ada.
Sesuatu dikatakan ‘tidak ada’ jika kita tidak dapat menyebut bahwa sesuatu itu ada atau tidak ada.
Jika kita dapat menyebut bahwa sesuatu itu tidak ada dalam pikiran kita, maka sesuatu itu pun ada.
Saya pernah mendengar sebuah judul lagu kalau tidak salah milik group band ‘COKELAT’ yatu lagu yang berjudul ‘Antara Ada dan Tiada’. Lalu yang akan saya tanyakan , apakah memang ada keadaan yang seperti itu pak, mengingat dalam elegi bapak hanya ada dua kemungkinan, bahwa hanya ada “ada “ dan “tidak ada”. Menurut Bapak antara ada dan tiada itu yang seperti apa?

Achira said...

Assalamu'alaikum...

Ma'af pak sebelumnya,... sebenarnya saya mulai bingung ketika kita harus bicara tentang ada dan tiada
Karena menurt saya banyak sekali hal didunia ini yang sebenarnya tidak ada tetapi selalu diada-adakan seolah ada...seperti monster-monsteran pada cerita film..
Begitu juga ada hal yang sebenarnya ada tetapi kadang ditiadakan padahal sebenarnya wujudnya begitu nyata....seoerti orang yang tidak dianggap keberadaannya.....

Tapi satu yang saya yakini di dunia ini memang ada yang gaib dan yang nyata karena itu semua memang ciptaan Tuhan YME....
Jadi segala sesuatu itu akan ada setidak-tidaknya dalam pikiran kita....jika kita memikirkannya...

Endang Wahyuningsih said...

Assalamu'alaikum....

Mengenai tugas bapak untuk membuat "Elegi Perbincangan Matematika" itu pak, saya mungkin masih sedikit ragu apakah karya saya layak disebut sebuah elegi karena saya memang masih cukup awam dengan dunia filsafat, dan mungkin pengalaman saya belum cukup untuk menghasilkan karya sebuah elegi. Namun sebelumnya saya akan menceritakan sedikit tentang elegi yang akan saya buat. yaitu sbb:
Saya akan membuat elegi yang berjudul "Elegi Perbincangan Segi Empat". Di sana akan saya uraikan macam-macam segi empat dengan beberapa pengelompokkan sesuai dengan sifat-sifatnya. Misalnya segi empat ada trapesium, jajar genjang, dan layang-layang. Pengelompokkan tersebut tentunya berdasarkan sifat-sifat tertentu. Kemudian dengan sifat-sifat khusus lagi maka trapesium dapat dijabarkan menjadi trapesium siku-siku dan trapesium sama kaki, jajar genjang dapat dijabarkan lagi menjadi persegi panjang dan belah ketupat. Kemudian dengan sifat-sifat khusus lagi persegi panjang atau belah ketupat bisa menjadi persegi. Menurut bapak, apakah yang demikian dapat dijadikan elegi pak? Jika bisa insya Allah nanti siang saya akan posting tugas tersebut pak .
Terima kasih,

Endang Wahyuningsih said...
This comment has been removed by the author.
Dr. Marsigit, M.A said...

Endang Wahyuningsih... filsafat ini telah memberi kesempatan berpikir merdeka. Mengapa engkau masih ragu akan sesuatu hal yang engkau anggap baik?

Dr. Marsigit, M.A said...

Masih untuk Endang Wahyuningsih..tentang ada dan tidak ada. Saya berkali-kali mengatakan bahwa ilmu itu antara ada dan tidak ada. Bagaimana maknanya? Tetapkan dulu satu sifat sebagai dunianya, misalnya BERTANYA. Maka engkau aku sebut ada jika engkau bertanya, dan jika engkau tidak bertanya, maka engkau aku anggap tidak ada. Jika sampai disini saja maka kita tidak akan mendapatkan ilmu apapun. Maka ketahuilah bahwa antara bertanya dan tidak bertanya, itu terdapat jarak yang sangat luas, seluas langit dan bumi. Maka sebenar-benar ilmumu adalah seberapa jauh engkau mampu menjelaskan apa saja yang ada diantara BERTANYA dan TIDAK BERTANYA.
Jadi ilmumu itu berada diantara ada dan tidak ada. Renungkanlah betapa pentingnya hal ini bagi seorang guru yang menghadapi persoalan ada pertanyaan dan tidak ada pertanyaan dari siwa-siswanya.

Apiep Atul said...

Mengenai comment yang Bapak delete diatas, apakah bisa dikatakan bahwa Bapak telah membuat ada menjadi tidak ada?

Dan sebagai akibatnya, apakah bisa dikatakan bahwa Bapak juga telah membuat yang tidak ada menjadi ada ?(yaitu rasa penasaran saya tentang isi comment tersebut)

blog saya

Dr. Marsigit, M.A said...

Apiep Atul...saya tidak terlalu yakin apakah comment yang dihapus adalah comment dari sdr Endang W atau dari comment saya. Saya pernah men delete comment saya karena masalah teknis yaitu untuk menggabung dua comment, maka comment yang satu saya delete.

Dr. Marsigit, M.A said...

Fithria Aisyah...jika engkau ingin mengetahui seperti apa dunia itu, maka tengoklah pada pikiranmu. Karena dunia itu persis seperti apa yang engkau pikirkan. Engkau tidaklah mungkin memikirkan dunia tidak seperti pikiranmu. Jika engkau dapat memikirkan dunia tidak seperti pikiranmu, bukankah yang tidak seperti pikiranmu itu adalah pikiranmu juga. Maka untuk mengetahui segala yang ada di dunia, tengoklah juga segala yang ada dalam pikiranmu. Tetapi ternyata pikiranmu itu hanyalah satu cara untuk mengetahui yang ada. Padahal aku mempunyai hati juga untuk merasakan sesuatu yang ada. Engkau ada di situ jika aku dapat merasakan dengan hatiku bagaimana perasaanmu juga. Padahal aku tahu bahwa pikiranku tidaklah mampu memikirkan semua yang ada dalam hatiku. Maka renungkanlah.

Unknown said...

Saya ingin menambah panjang comment untuk Bapak, sebelumnya Assalamu'alaykum...
langsung saja y Pak, dalam Elegi Ada itu bertanya
"Bilamana aku dikatakan tidak ada?"
Orang tua berambut putih menjawab"
Jika aku tidak dapat menyebut bahwa engkau itu ada atau tidak ada." Dan di dalam Elegi juga dikatakan bahwa sesuatu itu ada jika aku bisa menyebutnya. Tapi menurut saya pernyataan Orang tua berambut putih tidak berlaku sebaliknya, karena menurut saya masih ada suatu hal yang dia itu ada tapi jika saya menyebutnya ia menjadi tidak ada. Bapak juga pernah menyampaikannya di dalam suatu elegi, yaitu tentang khusyuk, Bapak bilang jika khusyuk disebutkan maka ia menjadi tidak ada atau menjadi tidak khusyuk lagi namanya. Apa mungkin khusyuk itu tetap ada meskipun kita menyebutnya tapi nilainya yang menjadi tidak ada? tetapi kalau nilainya telah hilang itu berarti juga bukan khusyuk lagi namanya. ya bisa dikatakan cuma sekedar kata-kata khusyuk yang tanpa makna. Apa itu juga sudah mewakili keberadaan khusyuk? sehingga bisa dikatakan khusyuk itu ada? tapi saya kurang sependapat karena kalau cuma sekedar kata-kata saya tidak bisa merasakan keberadaannya karena ia tidak memiliki arti atau makna. Contoh yang lain, sesuatu itu ada, tetapi karena saya menyebutnya maka dia menjadi tidak ada, jika saya menyebut keheningan maka keheningan itu menjadi tidak ada, padahal Bapak bilang jika saya bisa menyebutnya berarti dia itu ada. Jadi bagaimana menurut Bapak? Saya tunggu jawabannya, terima kasih...

Dr. Marsigit, M.A said...

Untuk Irna...sebetulnya ada itu tentang yang ada dan yang mungkin ada. Jadi ada itu adalah tentang semuanya. Tetapi jangan salah paham bahwa tidak ada itu juga tentang yang ada dan yang mungkin ada. Jadi tidak ada itu juga tentang semuanya. Jika engkau ingin mengetahui yang ada dan yang mungkin ada, maka tengoklah ke dalam pikiranmu. Jika engkau ingin mengetahui yang tidak ada, maka juga tengoklah ke dalam pikiranmu. Jika engkau dapat mengatakan bahwa Marsigit tidak ada dalam pikiranmu, bukankah engkau itu telah menyebut Marsigit. Bagaimana engkau bisa menyebutkan Marsigit kalau hal demikian tidak berada dalam pikiranmu? Walau dengan tujuan engkau ingin menyebut tidak ada untuk Marsigit di dalam pikiranmu. Maka sebenar-benar bahwa Marsigit tidak ada dalam pikiranmu yaitu jika engkau tidak dapat menyebut bahwa Marsigit ada atau tidak ada. Mengatahui yang ada dan meyakini yang ada itu adalah hal berbeda. Jika engkau ingin meyakini yang ada atau yang tidak ada maka tengoklah ke dalam hatimu. Maka engkau dapat mengetahui atau merasakan atau mengalami yang ada, menggunakan satu atau beberapa sifatmu. Ketahuilah bahwa pikiranmu hanyalah satu dari banyak sifatmu. Hatimu juga hanyalah satu dari sekian banyak sifatmu. Padahal engkau tahu bahwa ada itu meliputi semuanya, artinya bahwa satu itu juga termasuk dalam semuanya. Tiadalah manusia sebenar-benar mengetahuai yang ada dan yang mungkin ada. Yang benar adalah bahwa manusia itu hanya berusaha mengetahui yang ada dan yang mungkin ada. Tepatnya engkau hanya berusaha mengetahui satu atau beberapa atau semuanya yang ada dengan satu atau beberapa atau semua sifat-sifatmu. Maka khusuk itu adalah ada dan yang mungkin ada bagi pikiranku. Tetapi khusuk itu pastilah ada dalam hatiku, karena aku yakin tentang hal itu. Jangankan kata-kataku, pikiranku saja tidak dapat mengetahui semua tentang yang khusuk. Karena sebenar-benar khusuk itu adalah hatiku. Maka pikiranku hanya mengetahui satu atau beberapa sifat khusukku itu. Maka aku mengetahui bahwa khusuk itu ada karena aku dapat memikirkannya satu atau sebagian darinya. Jika aku melihat engkau sedang berdoa kemudian engkau meneteskan air mata, maka aku melihat engkau itu sebagai khusuk dalam doamu, karena menangis ketika berdoa itu salah satu tanda khusuk. Tetapi pikiranku mengatakan bahwa mungkin ada khusuk di dalam dirimu, karena aku sadar tidak dapat mengetahui semua sifatmu. Dan hatiku hanyalah berdoa semoga engkau itu memang benar-benar khusuk. Jangankan hatimu, hatiku sendiri aku tidak dapat memikirkan semuanya.

dewiervianita_philosphy said...

Setelah saya membaca elegi menggapai ada...Menurut saya kita bisa mangatakan susuatu itu ada jika dapat diindera baik di luar dan di dalam pikiran kita.
Sejujurnya saya masih ragu memberi argumen demikian.Apakah bapak bisa menjelaskan lebih tepatnya seperti apa??maaf ya Pak...

Dewi Ervianita
07301244045
P.mat R 06

haris fadilah said...

Ada berarti bisa disentuh,dilihat,dirasakan kehadirannya.itu secara konkret nya.Saya bisa memikirkan sesuatu yang tidak bisa disentuh,dilihat tetapi bisa dirasakan kehadirannya.Berarti sesuatu itu ada.Saya juga berkeyakinan yang orang lain asumsikan tidak ada bisa saya katakan ada.Ada dan tidaknya sesuatu tergantung pada diri kita bagaimana hati kita untuk meyakini dan merasakan keadaanya.

Unknown said...

terima kasih atas jawabannya, saya memang tidak sepenuhnya yakin sebenar-benarnya dapat menyebut sesuatu itu ada atau tidak, seperti sulitnya mengatakan benar atau salah, saya memang hanya berusaha mengetahui yang ada dan yang mungkin ada, ada itu nyata, tapi yang mungkin ada itu hanya dalam ide2 saya, argumen saya, angan-angan saya, di luar pikiran saya yang mungkin bisa jadi ada/nyata bila memang itu terjadi n menjadi nyata. Hidup ini juga tidak pasti, hari esok adalah sesuatu yang mungkin ada tetapi saya belum mengetahuinya sehingga saya tidak bisa menyebutnya hari esok itu seperti apa, berarti hari esok tidak ada jika saya mengatakannya hari ini, tapi hari esok itu ada jika saya bisa menyebutnya ketika itu terjadi atau benar adanya. Agak njelimet tapi saya dapat sedikit pengertian. Ada itu "segalanya" yang ada dan yang mungkin ada. masalahnya kemarin saya tidak dalam konteks itu he...
Yang diluar pikiran saya yang belum saya ketahui tentu lebih banyak dibanding apa yang sudah saya ketahui. Sekali lagi terima kasih Pak :)

izatul ifada said...

izatul ifada
06301241052

pak , saya sudah membuat elegi berjudul "elegi menggapai makna matematika"
mohon bapak bersedia membaca dan memberi kmentar agar saya dapat membuat tulisan yang ebih baik lagi, dan pikiran saya juga lebih berkembang. terimakasih.

Dini Wirianti, S.Pd::Graduate student::LTA::09706251003 said...

Wahai ada dan tiada, batasnya hanyalah sehelai rambut. Logika manusia tidak ada yang mampu menjabarkannya secara tuntas karena pikiran ada batasnya. Mari serahkan saja "ada dan tiada" pada Yang Kuasa.

vivin riyani (lt kls a) said...

Vivin Riyani
PPS LT A (09706251017)
Elegi menggapai ada
Ass. Sesuatu dikatakan ada apabila bisa dilihat, dirasakan, didengar, disentuh keberadaannya atau nyata jelas terlihat oleh panca indra, dia dikatakan ada karena ada yang tidak ada. Yang tidak ada yang tidak dapat dilihat oleh panca indra atau tidak nampak.

Safrin said...

Safrin Hamataher/ LTA. sesuatu dikatakan ada bila dapat dilihat, disentuh, dapat didengar, dapat dihitung dan dapat di jelaskan sifat-sifatnya.
namun tidak semua"ada" dapat dilihat, dijelaskan sifat-sifatnya, karna dibalik ada terdapat ketidakadaan, artinya sesuatu yang ada tidak semuanya dapat dilihat dan dijelaskan sifat-sifatnya hanya dengan pendekatan iman manusia bisa mengatakan bahwa itu ada.

Unknown said...

Yang kami masih belum mengerti Pak,yaitu jika ada himpunan A maka akan ada A complement. Himpunan A ada, A complement pun ada. Yang jadi pertanyaan apakah ada batas antara A dan A complement. Jika ada, himpunan apakah itu? Jika tidak kenapa kita bisa menggunakannya? trims

Marsigit said...

Ass..Pak Gun, ada itu bisa berupa subyek, obyek, sifat atau predikat atau apapun yang bisa kita pikirkan. Keberadaan himpunan A dan komplemennya itu memuat adanya A, adanya komplemen A dan adanya hubungan antara A dan komplemen A. Tetapi hubungan keduanya dibatasi sangat ketat oleh ruang tetapi tidak oleh waktu. Ruangnya berupa himpunan semesta. Tetapi semestanya matematika itu berbeda dengan semestanya kehidupan/filsafat. Dalam filsafat, komplemen dari A bisa diartikan semuanya yang bukan A, bisa B, bisa C, dst. Jadi terserah kita, apakah akan tetap konsisten pada kebenaran koherensi matematika, atau akan melakukan ekstensi konsep menjadi luas seluasnya. Penjelasanku ini juga merupakan batas pemahamanku tentang hal itu. Tentu Pak Gun mempunyai dan mampu menjelaskan dengan versi yang lain, itulah batas pemikiran anda. Itu pulalah filsafat anda. Selamat berjuang semoga sukses. Amiiin.

Marsigit said...

Sdr Dini Wirianti...pernyataan anda "mari serahkan saja "ada dan tiada" pada Yang Kuasa" memuat beberapa implikasi. Pertama jika kita kemudian tidak mau lagi berusaha memahami yang ada dan tiada, artinya tidak mau lagi memikirkannya, maka ancamannya adalah "mitos". Jika kita kemudian menyerah tidak mau lagi berusaha atau ikhtiar maka ancamannya adalah "fatal". Ketahuilah bahwa kaum fatalist itu 100 persen menyandarkan hidupnya kepada takdir, dan menihilkan usaha atau ikhtiar. Sebaliknaya kaum Vitalist, 100 persen hidupnya mengandalkan usaha manusia dan tidak percaya takdir. Maka renungkanlah.

khidmatul irfani said...

dari elegi diatas dapat saya simpulkan bahwa saya itu "ada" karena saya bertingkahlaku, hidup, bergerak, beradaptasi dengan lingkungan,berteman dengan orang lain, berinteraksi dengan orang disekitar saya. dan saya menjadi "ada" dalam pikiran orang lain. maka dari itu saya "ada"

10709251037
P.MAT B