Friday, April 3, 2009

Elegi Guru Mengetahui Mengapa Perlu Meneliti

Oleh Marsigit
(Digali dari Grouws dan Elliot)

Guru:
Aku ingin meneliti, tetapi aku bingung apa, mengapa, bagaimana, untuk apa meneliti buatku?

Konseptual:
Wahai guru, sebenar-benar dirimu itu tidak perlu meneliti jika engkau tidak mempunyai pemahaman tentang hakekat penelitian. Jika engkau paksakan meneliti, padahal engkau tidak tahu hakekat meneliti, maka engkau itu sebenarnya berpura-pura meneliti. Maka ancaman bagi dirimu adalah terjebak konseptual. Ketahuilah bahwa sebenar-benar hakekat meneliti itu adalah rasa ingin tahu. Apakah engkau sudah mempunyai rasa ingin tahu tentang pekerjaanmu itu?

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, tetapi aku masih bingung apa, mengapa, bagaimana, untuk apa meneliti buatku?

Manfaat:
Wahai guru, sebenar-benar dirimu itu tidak perlu meneliti jika engkau tidak mempunyai pemahaman tentang manfaat penelitian. Jika engkau paksakan meneliti, padahal engkau tidak tahu manfaat meneliti, maka engkau itu sebenarnya berpura-pura meneliti. Maka ancaman bagi dirimu adalah terjebak hakekat manfaat. Ketahuilah bahwa sebenar-benar manfaat meneliti itu adalah untuk meningkatkan dimensimu pikiranmu, dimensi keterampilanmu, dimensi pengalamanmu serta dimensi hidupmu. Apakah engkau sudah mengetahui manfaat penelitian bagi pekerjaanmu itu?

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, saya juga merasa sudah mengetahui manfaat meneliti bagi pekerjaanku, tetapi aku masih bingung apa, mengapa, bagaimana, untuk apa meneliti buatku?

Pengalaman meneliti:
Wahai guru, sebenar-benar dirimu itu tidak perlu meneliti jika engkau tidak ingin mempunyai pengalaman meneliti. Jika engkau paksakan meneliti, padahal engkau tidak berkehendak mencari pengalaman meneliti, maka engkau itu sebenarnya berpura-pura meneliti. Maka ancaman bagi dirimu adalah terjebak hakekat pengalaman. Ketahuilah bahwa sebenar-benar pengalaman meneliti itu adalah
dimulai dari yang sederhana. Pengalaman meneliti itu tidak harus diakhiri dengan membuat laporan. Engkau dapat melakukan penelitian mandiri untuk kepentinganmu sendiri. Jikalau engkau berkehendak memperbaiki praktek pembelajaranmu berdasar pengalamanmu maka itulah sudah dapat disebut sebagai penelitian sederhana. Apakah engkau sudah berkeinginan untuk memperoleh pengalaman penelitian?

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, saya juga merasa sudah mengetahui manfaat meneliti bagi pekerjaanku, saya juga sudah mempunyai keinginan untuk memperoleh pengalaman meneliti, tetapi aku masih bingung apa, mengapa, bagaimana, untuk apa meneliti buatku?

Faktor penunjang:
Wahai guru, sebenar-benar dirimu itu tidak perlu meneliti jika engkau tidak mempunyai faktor penunjang dalam meneliti. Jika engkau paksakan meneliti, padahal engkau tidak mempunyai faktor penunjang maka, maka engkau itu sebenarnya memaksakan diri meneliti. Maka ancaman bagi dirimu adalah terjebak hakekat inefisiensi. Ketahuilah bahwa sebenar-benar faktor penunjang dalam penelitianmu adalah keadaan sekolahmu, keadaan kelasmu, keadaan keluargamu, kepala sekolahmu, MGMP mu, baik mikro maupun makro, adanya bantuan dana, adanya pengertian dan pemahaman dari sekolah dan dinas, tersedianya referensi atau bacaan, dan follow up hasil penelitian. Apakah engkau sudah menemukan faktor-faktor pendudkung untuk penelitianmu?

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, saya juga merasa sudah mengetahui manfaat meneliti bagi pekerjaanku, saya juga sudah mempunyai keinginan untuk memperoleh pengalaman meneliti, saya juga sudah menemukan faktor-faktor pendukung, tetapi aku masih bingung apa, mengapa, bagaimana, untuk apa meneliti buatku?

Inovasi:
Wahai guru, sebenar-benar dirimu itu tidak perlu meneliti jika engkau belum paham mengenai inovasi pembelajaran. Jika engkau paksakan meneliti, padahal engkau belum paham mengenai inovasi pembelajaran, maka engkau sebenar-benarnya sia-sia melakukan penelitian. Maka ancaman bagi dirimu adalah terjebak hakekat sia-sia. Ketahuilah bahwa sebenar-benar inovasi pembelajaran adalah mengetahui kompetensi apa yang harus dikuasai siswa, mengetahui bagaimana siswa dapat memperoleh kompetensi demikian, mengetahui bagaimana guru mampu melayani kebutuhan belajar siswa, mengetahui bagaimana mempersiapkan pembelajaran dan mengelolan kelas pembelajaran. Lebih dari itu, inovasi pembelajaran juga mengandung arti guru mengerti mengapa siswa melakukan apa, kapan, di mana dan bagaimana. Apakah engkau sudah memahami inovasi pembelajaran?

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, saya juga merasa sudah mengetahui manfaat meneliti bagi pekerjaanku, saya juga sudah mempunyai keinginan untuk memperoleh pengalaman meneliti, saya juga sudah menemukan faktor-faktor pendukung, dan saya juga sudah merasa mengetahui apa itu inovasi pembelajaran, tetapi aku masih bingung apa, mengapa, bagaimana, untuk apa meneliti buatku?

Kemampuan guru:
Wahai guru, sebenar-benar dirimu itu tidak perlu meneliti jika engkau belum paham mengenai apa saja kemampuan guru yang harus dikembangkan. Jika engkau paksakan meneliti, padahal engkau belum paham mengenai apa saja kemampuan guru yang harus dikembangkan, maka engkau sebenar-benar kehilangan orientasi dalam penelitianmu. Maka ancaman bagi dirimu adalah terjebak hakekat disorientasi. Ketahuilah bahwa sebenar-benar kemampuan guru itu meliputi tiga hal, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan keterampilan sosial. Kemampuan merencanakan pembelajaran meliputi merencanakan kegiatan pembelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan media dan sumbar ajar, serta merencanakan penilaian. Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran engkau perlu menguasai prosedur mengajar, menguasai materi, menguasai dan mengembangkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran, menguasai dan penggunaan media, menguasai dan menggunakan alat peraga, mengembangkan pola interaksi, mengaktifkan siswa, alokasi waktu, mengembangkan penggunaan alat bantu pembelajaran, dan melakukan evaluasi. Apakah engkau sudah mengerti tentang kemampuan guru yang harus dikembangkan?

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, saya juga merasa sudah mengetahui manfaat meneliti bagi pekerjaanku, saya juga sudah mempunyai keinginan untuk memperoleh pengalaman meneliti, saya juga sudah menemukan faktor-faktor pendukung, dan saya juga sudah merasa mengetahui apa itu inovasi pembelajaran, tetapi aku masih bingung bagaimana mengembangkan keterampilan sosial?

Kemampuan sosial:
Wahai guru, aku adalah sikap dan berpikir positif. Sikap dan berpikir positif adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai sikap dan berpikir positif.
Wahai guru, akau adalah percaya dirimu. Percaya diri adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai kepercayaan diri.
Wahai guru, aku adalah kemandirianmu. Kemandirianmu adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai kemandirian.
Wahai guru, aku adalah sosio-emosionalmu. Sosio-emosionalmu adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai sosio-emosional yang baik.
Wahai guru, aku adalah keterbukaan. Keterbukaan adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai keterbukaan.
Wahai guru, aku adalah fleksibel. Fleksibilitas adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai fleksibilitas.
Wahai guru, aku adalah motivasi. Motivasimu adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai motivasi.
Wahai guru, aku adalah semangat. Semangatmu adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai semangat.
Wahai guru, aku adalah fleksibel. Fleksibilitas adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai fleksibilitas.
Wahai guru, aku adalah melayani. Melayani kebutuhan belajar siswamu adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai keterampilan melayani.
Wahai guru, aku adalah mengembangkan konsep. Kemampuan mengembangkan konsep adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus mempunyai kemampuan megembangkan konsep.
Wahai guru, aku adalah keputusan pedagogik. Keputusan pedagogik adalah salah satu keterampilan sosialmu. Maka agar engkau dapat mengembangkan kompetensimu, engkau harus dapat mengambil keputusan pedagogik yang tepat.

Guru:
Aku ingin meneliti, saya merasa sudah mempunyai rasa ingin tahu, saya juga merasa sudah mengetahui manfaat meneliti bagi pekerjaanku, saya juga sudah mempunyai keinginan untuk memperoleh pengalaman meneliti, saya juga sudah menemukan faktor-faktor pendukung, dan saya juga sudah merasa mengetahui apa itu inovasi pembelajaran, saya sedikit mengetahui bagaimana mengembangkan keterampilan sosial? Wah tak terasa aku telah diliputi semangat untuk meneliti. Ya Tuhan berilah petunjuk kepadaku agar aku dapat meningkatkan kompetensiku sebagai guru melalui kegiatan penelitian. Amien.

8 comments:

haris fadilah said...

menjadi peneliti diawali dari diri si calon peneliti tersebut.Rasa penasarannya terhadap sesuatu hal atau obyek yang membuat peneliti tergerak dengan sendirinya untuk mencari jawaban tentang sesuatu yang di penasaran kan nya dan tidak menemukan jawaban lain atau sudah menemukan jawaban tetapi tidak membuat jiwanya puas.Oleh karena itu dia meneliti.Begitu juga dengan guru.Akan tetapi ada juga penelitian yang di latarbelakangi di tujukan untuk bisnis,untuk kenaikan jabatan.Meskipun penelitian itu berhasil yang ingin saya tanyakan apakah peneliti yang seperti ini dapat di katakan sebagai peneliti yang sebenar-benarnya seorang peneliti?

Unknown said...

Setelah dibaca ternyata menunjukkan bahwa masih banyak yang belum saya tahu tentang guru, khususnya dalam melakukan penelitian sebagai guru, guru itu siapa sebenarnya? peran, tugas, kewajiban........ dan sejatinya guru itu seperti apa? meneliti itu masih satu hal, masih banyak hal-hal yang lain yang harus dilakukan sebagai seorang guru. Semoga tulisan-tulisan mendatang banyak membuka khasanah mengenai guru, saya sebagai seorang calon guru tertuntut untuk tahu banyak hal mengenai sejatinya seorang guru. Terima kasih, Pak Marsigit telah menorehkan tulisan-tulisan yang saya rasa banyak manfaatnya bagi saya dan semoga juga bagi yang lain.

Dr. Marsigit, M.A said...

Haris Fadilah dan Irnawati, hakekat meneliti itu ontologis, menggapai meneliti itu epistemologis, dan manfaat meneliti itu aksiologis.

Achira said...

Pak , jika " meneliti itu ontologis, menggapai meneliti itu epistemologis, dan manfaat meneliti itu aksiologis " sebagaimana dengan tiga aspek filsafat apakah sebenar-benarnya meneliti merupakan suatu proses berfilsafat???...
Dalam berfilsafat saya berusaha mendapatkan suatu pengetahuan begitu juga dalam meneliti orang-orang juga berusaha mendapatkan pengetahuan.....Apakah itu sama artinya dengan filsafat dan meneliti juga merupakan proses menggapai pengetahuan???


Terimakasih

Dr. Marsigit, M.A said...

Fithria Aisyah dan yang lain, ontologi penelitian, epistemologi penelitian dan aksiologi penelitian itulah yang engkau perlu ungkapkan. Niscaya engkau telah mempunyai bekal yang lebih baik karena filsafatmu itu.

Dr. Marsigit, M.A said...

Irnawati, kenapa engkau masih sembunyikan identitasmu?

c@sEy_05301244102 said...

Assalam......

Berdasar elegi tersebut, memang benar bahwa untuk menjadi seorang guru yakni sebenar-benar guru yang sejati itu haruslah mempunyai banyak pengalaman penelitian di mana penelitiaan itu untuk meningkatkan/ mengembangkan kompetensinya sebagai guru.
Guru yang sejati itu haruslah mempunyai keterampilan/ keahlian/ kemampuan dalam segala bidang/ dalam segala kondisi.
Yang saya tahu sebagian besar guru memang sudah banyak yang mempunyai kompetensi baik. Tapi menurut pengamatan saya ada juga guru yang bisa saya katakan itu kurang. Alasannya, Sebagai guru yang sejati sebelum mereka melakukan proses pembelajaran bukankah mereka harus membuat rencana pembelajaran, menyiapkan medianya, dsb..Tapi yang saya lihat itu kok guru tersebut malah menyiapkan bahkan membuat rencana pembelajaran (RPP) itu malah pada akhir semester, yang menurut mereka RPP itu tidak penting, pentingnya kalau waktu untuk membuat apa gitu saya kurang tau pak...jd mereka baru membuatnya.
Yang saya mau tanyakan dengan kondisi guru yang seperti itu apa bisa dikatakan bahwa guru itu berkompetensi??
Terima kasih...

_Kesi Rusdiana Dewanti_

dewiervianita_philosphy said...

Pak,saya ingin tahu apakah jika kita hendak meniliti harus selalu mempunyai modal yang cukup seperti apa yang telah dijelaskan dalam elegi Bapak?Tentunya penelitian bagi seorang guru.terima kasih.

Dewi Ervianita
07301244045
P.Nat R 06